Sebuah kisah yang sangat mengharukan datang saat hijrahnya Rasulullah saw. Seorang perempuan mulia bernama Ummu Aiman hijrah dalam keadaan puasa. Hebatnya lagi pengasuh Rasulullah saw. ini hijrah sendirian dan berjalan kaki dari Mekkah ke Madinah.
Suasana padang pasir yang sepi dan cuaca yang terik membuat Ummu Aiman sangat kehauasan. Bahkan dirinya hampir meninggal. Tiba saat berbuka, tidak ada bekal air yang diminum untuk melepaskan rasa dahaganya. Tentu keadaan ini membuat kondisi tubuh Ummu Aiman semakin terpuruk.
Di tengah lunglainya tubuh dan kehausan yang amat sangat, tiba-tiba ada keajaiban datang. Tiba-tiba didapatinya setimba air terulur dari langit dengan tali timba yang berwarna putih. Ummu Aiman pun meminumnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan Ummu Aiman berkata, “Sesudah minum air itu, aku tidak merasakan haus lagi. Meskipun aku berpuasa di tengah hari yang biasanya aku merasa haus, kini aku tidak merasakan haus setelah minum air itu. Sejak saat itu, jika aku berpuasa pada hari yang sangat panas, aku tidak pernah merasakan haus.” Kemudian Ummu Aiman menuturkan, “Sejak itu, aku berpuasa di siang yang panas dan berjalan di bawah terik matahari agar aku merasa haus, namun aku tidak pernah merasakan dahaga.”
Rasulullah saw sangat menghormati Ummu Aiman dan hubungan keduannya sangat dekat. Bahkan Rasulullah saw. memanggilnya dengan ibu. Nabi Muhammad saw juga pernah berkat, ”Wanita ini adalah anggota keluargaku yang masih tersisa.” Pada kesempatan lain dia juga pernah berkata, ”Ummu Aiman adalah ibuku setelah ibuku (wafat).”
Ummu Aiman adalah seorang hamba sahaya yang diwariskan kepada Muhammad dari ayahnya, Abdullah bin Abdul Muthalib. Beliaulah yang mengasuh Nabi Muhammad saw hingga usia dewasa. Ummu Aiman dimerdekakan setelah ketika Rasulullah saw menikah dengan Khadijah binti Khuwailid. Ummu Aiman mengasuh Muhammad kecil dengan penuh kelembutan. Perempuan mulia ini wafat pada masa khalifah Utsman bin Affan, bertepatan 20 hari setelah wafatnya Umar.