Tahun ini, jagat Instagramku digemparkan oleh obrolan seru: “Pemilu 2024”. Sebagai anak pesantren dan mahasantri yang hanya bisa merasakan kehadiran gawai pintar seminggu sekali, saya tiba-tiba kepikiran, “Wah, nanti mau milih siapa ya?” Tanpa peduli sama sekali tentang gejolak opini di sekitarku.
Saat ikut Pemilu 2019, tidak lebih dari karena memiliki KTP dan sekedar menyoblos di TPS, tanpa berpikir panjang terhadap harapan bangsa ini ke depannya. Saya dulu layaknya bocah ingusan yang membubuhkan pensil di lembaran kertas dengan seenaknya. Pikiran saya waktu itu sungguh polos, menyoblos pun sambil lirik-lirik huruf “cap.. cip.. cup..” di bibir. Akan tetapi tahun ini, saya mengerahkan komitmen untuk tidak menjadi manusia asal-asalan lagi, bener-bener, deh! Hehe. Caraku memilih di era pemilihan 2019 memilukan sekali. Padahal, percaturan politik lima tahun sekali itu sangat berimbas pada kehidupan kita sehari-hari, salah satunya terkait perempuan.
Ada beberapa kasus terkait perempuan yang membuat kepalaku berat, mulai dari hal sepele seperti cat calling, urusan perkawinan anak di Indonesia, hingga KDRT. Terbaru, seorang istri meregang nyawa karena dibunuh suaminya, dan hal itu berawal dari KDRT. Tekadku untuk tahun berikutnya, kita harus punya pemimpin yang betul-betul terbuka terhadap masalah di atas. Lalu, kenapa perempuan? Berikut beberapa alasannya.
Perempuan Maju dengan Kapasitas, Bukan Jenis Kelamin
Kepercayaan diri perempuan untuk berada di barisan terdepan saat Pemilu 2024 adalah sebuah gerakan positif yang harus kita dukung sepenuhnya. Semua segmen masyarakat, termasuk perempuan dapat berpartisipasi untuk kemajuan bangsa Indonesia. Sila kelima Pancasila mewakili buah pikiran yang mendukung siapapun tanpa pandang gender untuk mampu berekspresi dalam PEMILU 2024.
Sayyidah ‘Aisyah R.A, perempuan yang menyertai Nabi Muhammad SAW, mengabarkan kepada umat Islam, beliau menyatakan:
إنَّمَا النِّسَاءُ شَقَائِقُ الرِّجَالِ
“Perempuan itu saudara kandung laki-laki” (Sunan Abi Dawud).
Pendefinisian Kiai Faqihuddin Abdul Kodir dalam 60 Hadit Shahih menjabarkan bahwa redaksi dalam hadis itu mengarah pada kesetaraan dan pengakuan Nabi Muhammad SAW terhadap kapasitas perempuan. Sebab kemampuan potensial dapat terpedam baik pada perempuan maupun laki-laki, termasuk dalam politik. Fondasi ini kuat menopang partisipasi perempuan. Tokoh yang meresapi konsep sikap aktif perempuan dalam semua aspek sebelum “kesetaraan” menjadi istilah resmi, adalah Nabi Muhammad SAW.
For your information, untuk bekal Pemilu 2024, mari kita telaah beberapa tokoh perempuan yang memiliki kualitas kepemimpinan, latar belakang, dan visi yang luar biasa dalam membangun Indonesia dalam konteks politik kita, termasuk langkah-langkah konkret yang pernah atau perlu mereka ambil untuk membawa perubahan positif bagi Indonesia. Kita juga perlu mempertimbangkan pentingnya perempuan untuk berbicara dan berpartisipasi secara bebas dalam ruang publik, terutama dalam arena politik.
Tokoh-tokoh Perempuan yang Bisa Dipertimbangkan untuk Dipilih Saat Pemilu 2024
- Khofifah Indar Parawansa
Gubernur Jawa Timur ini memiliki sejarah panjang pengabdian bagi bangsa sejak tahun 1999 hingga sekarang. Ia telah mengubah persepsi istilah “Gender” di Indonesia, yang sebelumnya diartikan sebagai persaingan dengan kaum laki-laki.
Selama masa jabatannya sebagai Menteri Pemberdayaan Perempuan, ia dengan tegas menyosialisasikan makna sebenarnya dari “Gender” di Indonesia. Ia memperjelas bahwa perempuan bukanlah objek yang selalu diatur, melainkan memiliki kebebasan yang setara dengan laki-laki dalam menentukan pilihan hidup mereka.
Mantan Menteri sosial ini juga telah menduduki posisi Ketua Komisi VII DPR-RI dari tahun 2004 hingga 2006, dan mencalonkan diri sebagai Gubernur Jawa Timur pada tahun 2013-2014. Meskipun perjalanannya penuh dengan tantangan, Khofifah tetap berkomitmen sebagai juru bicara dalam politik calon presiden dan wakil presiden pada tahun 2014-2019.
- Yenny Wahid
Sebagai Direktur Wahid Foundation, Yenny Wahid memiliki kepemimpinan yang tegas dan berani berbicara secara langsung. Ini telah menjadikannya sosok yang sangat dihormati dalam politik Indonesia, dan dukungannya di Pemilu 2024 layak diperhitungkan.
Gaya kepemimpinannya yang tegas dan jelas tercermin dalam berbagai media sosial, yang telah berhasil menarik perhatian banyak generasi muda Indonesia. Salah satu contoh nyata dari upayanya dalam mempromosikan kepemimpinan perempuan adalah akun Instagramnya yang telah mengumpulkan lebih dari 414 ribu pengikut.
Posisinya sebagai mantan Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) semasa Gus Dur, bukan hanya berbicara tentang politik; dia juga aktif dalam mempromosikan persatuan, budaya, toleransi, dan kesetaraan. Melalui kerjasama internasional, dia juga berkontribusi pada perubahan dunia. Dedikasinya pada negara dan masyarakatnya menjadikannya kandidat yang layak untuk Pemilu 2024.
Di salah satu acara program TV, anak kedua Gus Dur ini dengan tajam mengkritik calon yang akan maju sebagai Cawapres, Muhamimin Iskandar. Pada momen itu, Yenny melemparkan komentar-komentar yang bisa bikin Cak Imin panik. Persaingan mereka berdua bahkan memicu polarisasi di tengah masyarakat Indonesia.
Hajat yang Didamba pada Pemilu 2024
Menurut data Komisi Pemilihan Umum (KPU), peningkatan jumlah suara untuk calon perempuan dalam pemilihan umum menunjukkan bahwa masyarakat semakin menghargai kontribusi perempuan. Hal ini harus menjadi dorongan bagi perempuan untuk berpartisipasi lebih aktif dalam politik.
Pemilu 2024 adalah kesempatan untuk melanjutkan tren positif ini dan mengatasi isu-isu yang masih dihadapi oleh perempuan. Kehadiran perempuan dalam Pemilu adalah bentuk pelaksanaan asas-asas demokrasi, yang harus dilakukan dengan bijak dan adil. Kita harus memilih pemimpin dengan mempertimbangkan asas dan ideologi yang menjadi dasar bangsa ini. Sudah waktunya kita semua mendukung perempuan yang berani tampil dan memimpin dalam Pemilu 2024 untuk Indonesia yang lebih baik.
(AN)