Dikisahkan bahwa Syaqiq al Balkhi dikenal sebagai seorang putra dari saudagar kaya raya. Ia juga dikenal sebagai sufi besar di zamannya. Pada suatu hari ia berdagang ke Turki. Usianya kala itu masih muda. Di perjalanan Syaqiq masuk pada sebuah kuil yang didalamnya ada sejumlah berhala yang disembah. Tampak seorang dengan kepala gundul dan berbaju hijau menyembah berhala itu.
Apa yang dilihatnya membuat Syaqiq penasaran. Ia tidak bisa diam dan kemudian mendekat. “ Wahai pelayan sesungguhnya kamu mempunyai Tuhan yang Maha Menciptakan, Hidup, Maha Tahu, dan Maha Kuasa. Maka sembahlah Dia, jangan engkau menyembah berhala-berhala ini yang tidak bisa mencelakakan dan menguntungkan.”
Mendengar pertanyaan Syaqiq ini, penyembah berhala itu berkata,” Jika yang engkau ucapkan itu benar, bahwa Tuhanmu Maha Kuasa untuk memberi kamu rezeki di negerimu, mengapa engkau susah-susah datang kemari untuk berdagang.” Jawaban tersebut membuat Syaqiq tercekat. Kata-kata itu menusuk hatinya. Syaqiq kemudian sadar bahwa selama ini dirinya sibuk dengan dunia. Semenjak itu Syaqiq memilih untuk hidup zuhud.
Namun ada cerita lain yang menyebabkan Syaqiq menjadi zuhud. Dikisahkan bahwa pada suatu hari di tengah kemarau dan paceklik, Syaqiq melihat bermain dan bersenang-senang. Banyak yang menonton peristiwa itu. Syaqiqpun penasaran dan bertanya kepada si budak,” Kegiatan apa ini yang kamu lakukan. Tidaklah engkau melihat keadaan yang paceklik ini?”
“ Saya tidak susah pada musim paceklik ini. Karena tuan saya mempunyai ladang yang bebas untuk diambil apa saja yang kami butuhkan,” jawab si budak. Mendengar hal itu Syaqiqpun merenung.” Jika tuannya hanya memiliki sebuah ladang dan tuannya adalah orang miskin, budak itu juga tidak pusing dengan rezekinya, maka bagaimana seorang muslim bisa pusing dengan rezekinya , sedangkan Tuhannya adalah Maha Kaya,” gumam Syaqiq.