Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Malaysia Diyakini Sebagai Korban Perdagangan Manusia

Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Malaysia Diyakini Sebagai Korban Perdagangan Manusia

Pengungsi Rohingya yang Terdampar di Malaysia Diyakini Sebagai Korban Perdagangan Manusia

Sedikitnya 30 pengungsi Rohingya terdampar di malaysia. Mereka terdiri dari perempuan dan anak-anak ditemukan di sepanjang pantai di negara bagian paling utara Malaysia. Tragisnya lagi mereka diyakini sebagai korban perdagangan manusia.

Pihak berwenang Malaysia di Kangar, ibukota negara bagian Perlis Utara, mengatakan penduduk desa Jumat pagi menemukan 34 orang pengungsi tersebut. Sembilan diantaranya anak-anak dalam kondisi lemah, lapar dan tertutup lumpur. Mereka berjalan melalui pantai. Disebutkan sebuah organisasi di Myanmar bahwa mereka meyakini pengungsi tersebut diperdagangkan ke Thailand dari Bangladesh, sebelum menuju ke Malaysia.

Nur Aziah Mohamad Shariff, seorang pejabat Dewan Keamanan Nasional, mengatakan bahwa kantornya mengetahui adanya pendatang ilegal dan sedang diselidiki. Zafar Ahmad Ghani, yang mengepalai Organisasi Hak Asasi Manusia Rohingya Etnis Myanmar di Malaysia, mengatakan ia memperoleh informasi bahwa banyak lagi orang Rohingya yang ditipu oleh para pedagang manusia untuk meninggalkan Bangladesh setelah diperingatkan bahwa mereka mungkin akan menghadapi kematian jika dipulangkan ke Myanmar.

Laman Arabnews melansir bahwa pengungsi itu mereka telah diberi makan dan diserahkan kepada petugas imigrasi. Chris Lewa, yang bekerja dis sebuah organisasi yang menangani bagi etnis Rohingya, mengatakan bahwa para wanita dan anak-anak mungkin menjadi bagian dari kelompok besar yang berlayar dari Bangladesh dengan dua kapal pada pertengahan Februari. Dia mengatakan jumlah penumpang tidak jelas, dengan perkiraan sekitar 150 orang.

Majelis Umum PBB menyetujui resolusi bulan Desember yang mengutuk “pelanggaran berat hak asasi manusia dan pelanggaran” terhadap Rohingya di Myanmar. Pemerintah Myanmar membantah klaim genosida dan pembersihan etnis. Negara itu menolak pekerjaan penyelidik PBB dan resolusi Majelis Umum sebagai bias. Lebih dari 700.000 orang etnis Rohingya melarikan diri dari Myanmar ke Bangladesh sejak Agustus 2017.