Para arkeolog menemukan sebuah masjid kuno di Balkh Afganistan. Disebutkan masjid dengan sembilan kubah ini dianggap menyimpan rahasia utamanya tentang struktur bangunan. Masjid yang diperkirakan berusia 1000 tahun ini hingga kini masih tegak berdiri.
Dari uji awal disebutkan bahwa majsid ini diperkirakan dibangun pada abad 8 atau setelah masuknya Islam di Asia Tengah. Dinamakan mesjid sembilan kubah karena kubahnya berkilau dari sisa-sisa batu lazuli lapis biru yang meghiasinya. Namun tentang sejarah pendiriannya hingga sekarang belum jelas. Yang unik adalah bagian yang ada hingga kini hanya berukuran 20×20 meter. Hal tersebut tentunya membingunkan para ahli.
Dalam laman GulfNews disebutkan bahwa masjid mampu bertahan melewati iklim gersang selama berabad-abad. Karena itulah bangunan tersebut dianggap sebagai bangunan Islam paling awet di dunia. “Ini adalah keajaiban yang masih berdiri meski dimakan waktu dan erosi,”ungkap Ugo Tonietti dari Universitas Florence seperti dikutip kantor berita AFP. Ia menambhakan bahwa masjid ini adalah sebuah mahakarya. “ Masjid ini dihiasi sepenuhnya dengan batu lapis lazuli, dan beberapa bagian berwarna merah, semuanya ditutup dan dilukis: seperti taman surga di dalamnya, dengan langit di atasnya, kubah dihiasi dengan warna putih dan biru,” ujarnya.
Sementara itu Delegasi Arkeologi Prancis di Afghanistan, Julio Sarmiento-Bendezu mengatakan bahwa masjid kubah sembilan ini sangat luar biasa dalam keindahan, konservasi, dekorasi, dan pengetahuan yang dimilikinya.
Masjid ini ditemukan secara kebetulan oleh arkeolog Amerika tahun 1960. Masjid yang memiliki nama Noh Gonbad ditentukan setelah masyarakat membawanya ke reruntuhan masjid yang katanya dihancurkan Genghis Khan. Lokasinya sekitar 20 kilometer di barat Mazar-i Sharif (salah satu kota di Afghanistan) Namun telah ditemukan bangunan ini tak bisa digali karena kecamuk perang yang melanda Afganistan.
“Awalnya kami mengira itu adalah monumen yang terisolasi, tapi saat kami melanjutkan, kami melihat bagunan itu menempel pada struktur tua lainnya,” kata Sarmiento-Bendezu.