Larangan menggambar (dalam segala teknik dan objeknya) makhluk hidup bersumber dari hadis sahih Bukhari dan Sahih Muslim. Sebuah hadis yang validitas riwayatnya memang tidak diragukan.
Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah:
عن عبد الله بن مسعود قال سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول : إن أشد الناس عذابا عند الله يوم القيامة المصورون . رواه البخاري ( 5606 ) ومسلم ( 2109 ) .
“Manusia yang mendapat adzab paling keras pada hari kiamat kelak adalah mereka seniman Gambar”. Dalam riwayat lain disebutkan:
عن عبد الله بن عمر رضي الله عنهما أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : إن الذين يصنعون هذه الصور يعذبون يوم القيامة يقال لهم أحيوا ما خلقتم . رواه البخاري ( 5607 ) ومسلم ( 2108 ) .
“Orang-orang yang membuat gambar ini akan disiksa oleh Allah kelak pada hari kiamat dan mereka diperintah untuk menghidupkan apa yang mereka gambar”. Hadis Bukhari.
عن أبي طلحة قال : سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول : ” لا تدخل الملائكة بيتا فيه كلب ولا صورة تماثيل ” . رواه البخاري ( 3053 ) ومسلم ( 2106 ) .
“Malaikat tidak masuk kedalam rumah yang terdapat anjing, dan gambar-gambar.” (Hadis Bukhari)
Pertanyaanya adalah apakah memang hadis-hadis di atas harus dipahami secara harfiah? Ataukah ada maksud atau makna lain di sebalik teks tersebut?
Sebuah hadis tidak mesti dimaknai tunggal dan tekstual, melainkan bisa bahkan harus dimaknai secara kontekstual. Sebagaimana kisah Perintah Rasulullah saw untuk salat Ashar di Bani Quraidhah. Sebagian sahabat memahami wajib salat asar di Bani Quraidzah walaupun baru sampai ke Bani Quraidhah pada saat Isya. Sebagian lagi memahami secara kontekstual-subtansial, di mana perintah itu dipahami bahwa mereka mempercepat perjalanan, dan mereka tetap salat asar di Bani Quraidhah pada waktunya.
Masalah patung dan gambar makhluk hidup dalam hadis-hadis itu sama dengan kisah diatas. Sebagian besar sahabat memahami secara subtansial saja. Misalnya, “malaikat tidak akan masuk rumah yang terdapat gambar”. Menurut ulama itu hanya malaikat pembawa wahyu yaitu Malaikat Jibril. Dan tentu rumah yang dimaksud adalah rumah Rasulullah saw.
Simak keterangan berikut,
. أما الأحاديث التي فيها أن الملائكة لا تدخل بيتاً فيه صورة أو كلب، فالراجح أن المقصود هي ملائكة الوحي، لا غيرها. ولذلك جعل ابن حبان هذا خاصاً بالنبي . وإلا فالملكين الموكلين بالمرء يدخلون مثل هذه البيوت. والله أعلم
“Hadis-hadis yang menjelaskan ‘Malaikat tidak akan masuk rumah yang terdapat gambar atau anjing’, menurut fatwa ulama yang rajih (unggul) adalah malaikat wahyu. Oleh karena itu Ibn Hibban mengatakan hadis ini khususiah bagi Nabi saw. Jika tidak demikian, maka bagaimana dengan malaikat muwakilain, dua malaikat yang senantiasa menyertai manusia apakah meninggalkan manusia dirumah mereka saat disana terdapat gambar dan anjing?”
Sekarang bagaimana hukum patung-patung? Patung yang disembah disebut ashnam, berhala. Sedangkan selain untuk keperluan sesembahan disebut tamatsil, التّماثيل, kita namai patung saja.
{ولسليمان الريح غدوها شهر ورواحها شهر وأسلنا له عين القطر ومن الجن من يعمل بين يديه بإذن ربه ومن يزغ منهم عن أمرنا نذقه من عذاب السعير* يعملون له ما يشاء من محاريب وتماثيل وجِفانٍ كالجَوابِ وقُدورٍ راسيات اعملوا آل داودَ شكرًا وقليلٌ من عبادي الشكور} (سبأ:12-13)
Dalam ayat tersebut patung-patung yang menghiasi Istana Nabi Sulaiman disebut التّماثيل (Patung).
Jika patung dilarang karena ini persoalan akidah, tauhid maka kenapa Allah menoleransi patung-patung di istana Sulaiman As? Bukankah akidah termasuk yang tidak berubah sejak Nabi-Nabi terdahulu? Sebagaimana dijelaskan dalam ayat,
. {شرع لكم من الدّين ما وصّى به نوحاً والذي أوحينا إليك، وما وصّينا به إبراهيم وموسى وعيسى، أن أقيموا الدّين ولا تفرّقوا فيه…} (الشّورى:13).
Ternyata larangan dalam hadis-hadis diatas bukan soal objek, melainkan subjek. Yaitu karena banyak penyembah berhala yang baru masuk Islam. Sebagai kehati-hatian mereka melarang semua bentuk gambar ditempatkan diposisi terhormat karena khawatir sebagian umat yang belum kuat kembali menyembah berhala.
Misalnya bisa dilihat dalam hadis Ikrimah berikut
قال عكرمة: «كانوا يكرهون ما نُصِبَ من التماثيل نصباً، ولا يرون بأسا بما وطئته الأقدام». وعكرمة ينقل هنا عن الصحابة.
Para Sahabat tidak senang ada patung atau gambar terpasang (di dinding), tidak masalah jika gambar pada posisi yang terijnak (seperti karpet).
Muhammad bin Sirin juga menguatkan keterangan Ikrimah diatas.
وقال محمد بن سيرين: «كانوا لا يرون ما وُطِئَ وبُسِطَ من التصاوير مثل الذي نُصِبَ».
Klaim An-Nawawi yang meriwayatkan ijma (konsensus) haram membuat patung 3 dimensi (memiliki bayang-bayang) diberi catatan oleh Ibn Hajar dalam Fath Bari.
قال النّووي في شرح مسلم (14|82): «وأجمعوا على منع ما كان له ظلّ ووجوب تغييره». لكن ابن حجر استدرك في الفتح (10|388): «إن هذا الإجماع محلّه غير لعب الأطفال».
“Ijma yang diriwayatkan an-Nawawi selain patung (boneka) untuk mainan anak-anak”.
Diriwayatkan Rasulullah saw menggunakan ‘bantal’ yang terdapat gambar makhluk hidup. Dan sebagaimana diriwayatkan Sayidah A’isyah bahwa Rasulullah mengijinkan penggunaan patung (boneka) untuk mainan anak-anak. Berikut keterangannya,
وثبت أنّ رسول الله استعمل وسائد ومرافق فيها صور، ولكنّه كان ينقض التّصاليب ويزيلها. كما ثبت عنه إباحة لعب الأطفال- وهي تماثيل صغيرة- كما روت أم المؤمنين عائشة رضي الله عنها.
Bahkan ulama besar madzhab Syafi’i, al-Qadhi Iyadh meriwayatkan mayoritas ulama memperbolehkan memperjual belikan boneka (patung) untuk mainan dan pendidikan anak-anak.
وقد نقل القاضي عيّاض عن جمهور الفقهاء أنّهم أجازوا بيع هذه اللعب لتدريب البنات على إدارة شؤون الأطفال، وهذا من الأغراض المعتبرة شرعاً.
Kenapa gambar dan patung dalam keterangan itu ditoleransi? Karena jauh dari kemungkinan disembah. Mungkin seseorang menyembah gambar di karpet? Mungkin anak kecil menyembah boneka? Tidak.
فالصحيح أن ألعاب الأطفال جائزة للذكور والإناث بغير كراهة، لأنها بعيدة عن مظنة التعظيم. وكان أحد مشايخنا يقول: إن عقول الأطفال أكبر من عقول كثير من الكبار، ذلك أنك لا تجد أبداً طفلاً يعبد الدمية التي يلعب بها.
Nah saya tidak pernah menemukan umat Islam menyambah patung, jika ada mereka belum terdidik tauhidnya. Maka bukan mengharamkan dan menghancurkan patung tapi membenahi tauhid seperti yang dilakukan kiai-kiai kami.
Sejak kecil kiai kami tidak pernah membahas syirik dan bid’ah tapi membekali dengan metode mendeteksi kesyirikan melalui pengajaran tauhid yang benar. Akidah khomsin, akidah 50. Akidah uluhiyah, rububiyah yang diwarisi dari ahli hadis sudah kadaluarsa, expired. Dan terbukti memakan korban dan kerusakan di berbagai negara.
Bagaimana patung yang dibangun agama lain dan peninggalan umat agama lain?
Anda lihat patung-patung Firaun di Mesir, di Irak, di Siria, di Iran (sebelum dihancurkan ISIS). Kita bisa menyaksikan semuanya karena dibiarkan oleh para sahabat. Ratusan orang sahabat masuk ke Irak, Iran dan Mesir dan tidak ada satupun patung yang mereka hancurkan.
دخل سعد بن أبي وقاص (فاتح العراق وأحد المبشرين للجنة) قصر كسرى في المدائن. وفي ذلك القصر صور كثيرة على الجدران وتماثيل. ولم يهدم منها شيئاً، بل بقيت ليومنا هذا. ولم ينكر عليه أحد من الصحابة ولا على غيره. فهذا إجماع منهم على جواز إبقائها إن لم تكن تعبد من دون الله ولم يكن لها أي قدسية.
“Saat Saad bin Abi Waqash salah satu dari 10 sahabat yang dijangjikan pasti masuk surga, beliau membebaskan kota Irak dari cengkraman Persia. Dalam istana Raja Persia beliau melihat banyak patung baik di tembok maupun dihalaman. Tidak ada satupun yang dihancurkan beliau. Dan bisa kita saksikan hingga saat ini (sampai bajingan ISIS mengjancurkannya). Tidak asa seorang sahabatpun yang mengingkari sikap Saad yang membiarkan patung-patung di istana itu. Ini adalah Ijma (kesepakatan) yang memperbolehkan mengabadikan patung-patung itu, karena umat Islam tidak menyembah selain Allah.”
Keterangan itu juga dijelaskan dalam Tarikh Tabari (Juz 3 hlm 464) dan Tarikh al-Islam karya adz-Dzahabi (juz 3 hlm 153),
«لما دخل سعد المدائن فرأى خلوتها، وانتهى إلى إيوان كسرى، أقبل يقرأ: {كم تركوا من جنات وعيون وزروع ومقام كريم ونعمة كانوا فيها فاكهين كذلك وأورثناها قوما آخرين}. وصلى فيه صلاة الفتح، ولا تصلى جماعة. فصلى ثماني ركعات لا يفصل بينهن. واتخذه مسجداً. وفيه تماثيل الجص: رجال وخيل. ولم يمتنع –ولا المسلمون لذلك– وتركوها على حالها. قالوا: وأتم سعد الصلاة يوم دخلها، وذلك أنه أراد المقام فيها. وكانت أول جمعة بالعراق جمعت جماعة بالمدائن في سنة ست عشرة».
Para sahabat Nabi tidak kurang 300 yang masuk Mesir seperti yang disebutkan as-Suyuthi dalam “Husnul Mahadir” dan para imam Besar seperti Imam Syafii yang menghabiskan usianya di Mesir membiarkan Piramida dan patung didalamnya. Dan patung yang berdiri tegak didepannya, Abul Hul.
Patung itu sudah disebut oleh al-Jahidz yang hidup satu generasi dengan Imam Syafii dan imam Ahmad bin Hanbal. Sebagaimana dikutip dalam husnul mahadir oleh Imam Suyuthi.
«وصنم الهرمين وهو بلهوية ويقال بلهنيت وتسميه العامة أبو الهول، ويقال إنه طلسم للرمل لئلا يغلب على الجيزة».
Yaqut Hamawi dalam Mu’jam Buldan mengatakan:
«وعلى ركن أحدهما (يعني الهرمان) صنم كبير يقال له بلهيت. ويقال إنه طلسم للرمل لئلا يغلب على كورة الجيزة. وهو صورة رأس آدمي ورقبته ورأساً كتفيه كالأسد. وهو عظيم جداً. وهو صورة مليحة كأن الصانع فرغ منه عن قرب. وهو مصبوغ بحمرة إلى موجودة إلى الآن مع تطاول المدة وتقدم الأعوام».
Penjelasan Ibn Bafadhal dalam Masalik Abshor:
وكلام البغدادي في “الإفادة والاعتبار في الأمور المشاهدة والحوادث المعاينة بأرض مصر” (ص96).
Juga disebut oleh al-Baghdadi yang hidup pada abad 6 Hijriyah, ia tulis dalam catatan perjalanannya (rihlah).
(ص96): «ومن ذلك الآثار التي بعين شمس. وهي مدينة صغيرة يشاهد سورها محدقاً بها مهدوماً، ويظهر من أمرها أنها قد كانت بيت عبادة. وفيها من الأصنام الهائلة العظيمة الشكل من نحت الحجارة، يكون طول الصنم زهاء ثلاثين ذراعاً، وأعضاؤه على تلك النسبة من العظم. وعلى معظم تلك الحجارة و تصاوير الإنسان وغيره من الحيوان كتابات كثيرة بالقلم المجهول».
Menurut riwayat-riwayat para ulama dan sejarahwan para sahabat menyaksikan Abul Hul. Tapi beliau semua tidak mengahncurkannya karena alasan khawatir disembah dan menyebabkan kemusyrikan.
Coba Anda saksikan bagaimana al-Baghdadi menggambarkan keindahan warisan budaya dan agama yang dilestarikan oleh para sahabat dan Ulama.
وأما الأصنام وكثرة عددها وعظم صورها، فأمر يفوت الوصف ويتجاوز التقدير. وأما إتقان أشكالها وإحكام هيئاتها والمحاكاة بها الأمور الطبيعية، فموضع تعجب بالحقيقة»(ص102«
Sayidina Saad bin Abi Waqash dan ribuan sahabat lainnya, demikian juga para ulama dari generasi kegenerasi melestarikan peninggalan umat dan bangsa sebelumnya.
Karena mereka paham keimanan itu di didik melalui pengajaran kedalam hati dan pikiran, menjauhkan umat dari kemusyrikan itu dengan ngaji bukan menghancur dan meluluh lantahkan peninggalan peradaban umat sebelum kita.
Jadi meributkan patung Kwan Sing Tee Koen di Tuban adalah menunjukan ketidak pahaman oknum umat Islam terhadap ajarannya sendiri (urusan ijin membangun dll beda masalah). Dan jelas melukai perasaan umat agama lain yang seharusnya kita jaga dan ayomi.
Jadi membenahi akidah itu bukan dengan mengatur keyakinan agama lain. Tapi terus meningkatkan pemahaman tauhid kita. Mari terus belajar, karena Islam adalah samudera ilmu. Dan Islam adalah peradaban teks bukan pedang apalagi pentungan.