Akar kata Islam itu salah satunya bermakna penyerahan diri alias pasrah. Submission. Kita serahkan diri kita total 100 persen ikhlas mengikuti kehendakNya. Namun kalau cuma pasrah, apa artinya kita cuma pasif dan berdiam diri saja?
Islam itu pasrah, bukan mengalah. Orang yang mengalah itu cenderung untuk kalah sebelum bertanding. Mengalah itu bukan pasrah. Mengalah itu memilih untuk tidak melakukan hal yang seharusnya kita lakukan. Islam tidak menghendaki kita mengalah pada nasib.
Islam itu pasrah, bukan menyerah. Orang yang menyerah itu adalah orang yang baru maju satu langkah lantas kena ujian, dan dia memilih untuk kembali mundur. Menyerah itu bukan pasrah. Menyerah itu tidak tahan dengan ujian, cobaan dan musibah. Menyerah itu jatuh terduduk dan tak bisa bangun lagi. Islam tidak menghendaki kita untuk menyerah pada keadaan.
Banyak yang menyangka dia sudah ber-islam, sudah pasrah dan berserah diri, padahal sejatinya mereka cuma mencari alasan untuk mengalah dan kemudian menyerah. Pasrah itu artinya, kita harus bekerja dan menjemput hak kita. Tidak disebut pasrah kecuali kita sudah melakukan sesuatu sesuai aturan main. Pasrah itu menyerahkan hasil akhir kepada keputusanNya, bukan belum bertindak sudah mengalah atau baru satu langkah sudah menyerah. Pasrah itu berjuang sampai garis akhir dan berserah diri atas hasilnya. Pasrah itu tiada daya dan kekuatan kecuali dengan ijin Allah. Pasrah itu sami’na wa atha’na.
Dan katakanlah: “Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mu’min akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”. (Q.S. At-Taubah: 105)
Mereka yang berserah diri akan meraih kedamaian –makna berikutnya dari akar kata Islam. Berdamai dengan diri sendiri, berdamai dengan keluarga dan lingkungan. Berdamai di jalan raya, dan berdamai di kantor. Itu tidak bisa dilakukan dengan sikap mengalah dan menyerah. Hanya bisa lewat penyerahan diri secara total pada ijin dan kehendakNya.
Ibadah Puasa melatih diri kita untuk pasrah. Dengan penuh kesadaran kita hindari makanan dan minuman di siang hari, bukan karena kita tidak mampu atau tidak punya dan lantas mengalah dan kemudian menyerah tidak bisa mengonsumsi makanan-minuman, tapi karena kita memilih untuk memasrahkan diri kita dan lalu menyerahkan diri kita semata-mata pada ketentuan Allah.
Marhaban Ya Ramadan!