Istilah Mukhodrom dikaitkan oleh para sejarawan, sebagai orang yang melewati dua masa, masa Jahiliyyah dan Islam, kemudian atas izin Allah Swt mereka masuk islam.
Dalam kamus Lisanul Arobi dikatakan, Seorang Mukhodrom adalah mereka yang separuh umurnya di masa Jahiliyyah, separuh lagi di masa islam, sedangkan penyair Mukhodrom adalah penyair yang hidup di dua masa tadi.
Sedangkan dalam ilmu Musthalah Hadis, mukhodrom adalah orang yang beriman pada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada masa hidupnya namun tidak bertemu dengan Rasulullah Saw.
Sebenarnya, penyair mukhodrom begitu banyak. Setelah masuk islam syair-syair mereka pun alur dan genrenya berubah, bahkan ada yang berhenti dari aktivitasnya tersebut, kecuali hanya beberapa syair saja yang mereka senandungkan.
Dintaranya para penyair Mukhodrom yang terkenal, yaitu:
1. Labid bin Rabi’ah
Labid bin Rabi’ah Al-‘Amiri adalah sastrawan ulung sejak masa jahiliyyah, ia juga termasuk salah satu dari tujuh orang Ashabul muallaqot as-sab’ah. Beliau dikenal seorang yang murah hati, lapang dada, dermawan, berani da memiliki jiwa pemimpin.
Dalam kitab Syi’rul mukhodromin wa atsarul islam fiihi dikatakan, Labid bin Rabi’ah masuk Islam pada tahun ke-9 Hijriyyah. Beliau tinggal di Kufah dengan umur yang sangat panjang.
Banyak para periwayat yang mengatakan bahwa beliau tidak pernah menyenandungkan syair lagi, kecuali satu, yaitu:
الحمد لله إذ لم يأتني أجلي # حتى لبست من الإسلام مسربلا
“Segala puji bagi Allah, karena aku tidak menemui ajalku, kecuali aku menggunakan pakaian Islam terlebih dahulu.”
Di syair tersebut, beliau mengungkapkan rasa syukurnya kepada Allah Swt yang telah memberinya hidayah. Namun, ada beberapa riwayat yang mengatakan bahwa syair beliau bukanlah syair itu, namun yang di maksud satu-satunya syair yang beliau senandungkan pada keislamannya adalah:
ألا كلّ شيئ ما خلا الله باطل # وكل نعيم لا محالة زائل
“Ketahuilah, segala sesuatu selain Allah adalah batil (taka da apa-apanya) # dan setiap nikmat tidak mustahil akan lenyap.”
2. Ka’ab bin Zuhair
Beliau adalah anak dari Ashabul muallaqot as-sab’ah, Zuhair bin Abi Sulma. Nama lengkap beliau, Ka’ab bin Zuhair bin Abi Sulma bin Rabi’ah bin Robah bin Qurth bin Al-Harits bin Mazin bin Tsa’labah bin Tsaur bin Hadzmah bin Lathim bin Utsman bin Muzainah.
Beliau masuk islam setelah Fathu Makkah, tepatnya setelah Nabi Saw pergi dari kota Thaif. Perantaranya masuk Islam adalah saudaranya sendiri yang lebih dulu mendahuluinya masuk Islam, Bujair bin Zuhair.
Bujair menganjurkan Ka’ab untuk masuk Islam, sebab darahnya sudah dihalalkan oleh Rasulullah Saw. Sebab penghalalan darahnya, ia mencela Bujair karena menyatakan dirinya untuk masuk Islam. Bujair pun menulis surat kepada ka’ab, “Kalau engkau masih menyayangi dirimu maka datanglah kepada Rasulullah karena beliau tidak membunuh orang yang datang bertaubat. Jika tidak. maka selamatkanlah dirimu.”
Dunia terasa sempit, Ka’ab pun khawatir akan ancaman tersebut, ia meminta pertolongan kesana-sini namun tidak menemukannya.
Akhirnya ia datang ke Madinah dan meminta perlindungan seorang kenalannya dari Juhainah. Selesai shalat Subuh orang Juhainah tersebut memberi isyarat kepada Ka’ab agar menghadap Rasulullah, Kaab menghadap, dia duduk dengan meletakkan tangannya di atas tangan Rasulullah sementara Rasulullah belum mengetahui bahwa orang yang ada di depannya adalah Kaab.
Kaab berkata, “Ya Rasulullah, Kaab bin Zuhair telah datang sebagai muslim yang bertaubat memohon perlindunganmu. Apakah Anda berkenan menerimanya jika aku membawanya ke sini?”
Nabi saw menjawab, “Ya.’
Kaab berkata, “Akulah Kaab bin Zuhair.”
Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Ya Rasulullah, biarkan aku memenggal lehernya.”
Nabi saw menjawab, “Biarkan dia, dia datang bertaubat membuang masa lalunya.”
Dalam kondisi ini Kaab pun bersyair meminta maaf dan memuji Rasulullah dan para sahabat, di antara yang dikatakannya,
بَانَتْ سُعَادُ فَقَلْبِي اليَوْمَ مَتْبُوْلُ
مُتَيَّمٌ إِثْرَهَا لَمْ يُفْدَ مَكْبُوْلَ
يَسْعَى الغُوَاةُ جَنَابَيْهَا وَقَوْلُهُمْ
إِنَّكَ يَا ابْنَ أَبِي سُلْمَى لَمَقْتُوْلُ
وَقَالَ كُلُّ صَدِيْقٍ كُنْتُ آمُلُهُ
لا أُلْهِيَنَّكَ إني عَنْكَ مَشْغُوْلُ
فَقُلْتُ خَلُّوا طَرِيْقِي لاَ أَبَالَكُمْ
فَكُلُّ مَا قَدَّرَ الرَّحْمَنُ مَفْعُوْلُ
كُلُّ ابن أُنْثَى وإن طَالَتْ سَلاَمَتُه
يَوْمًا عَلَى آلةٍ حَدْبَاءَ مَحْمُوْلُ
نُبِّئْتُ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ أَوْعَدَنِي
وَالعَفْوُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ مَأْمُوْلُ
Suad telah pergi, pada hari ini hatiku sedih
Gelisah sesudahnya, ia masih teringat dan belum lepas
Para penyebar isu di sekitarnya beraksi dan berkata
Wahai Ibnu Abu Sulma kamu pasti mati
Sementara semua teman yang aku harapkan berkata
Aku tidak meninggalkanmu, aku sibuk darimu
Aku berkata biarkan jalanku tidak ada bapak bagimu
Segala apa yang ditakdirkan ar-Rahman pasti terjadi
Setiap anak seorang wanita meskipun berumur panjang
Suatu hari dia akan dipikul di atas keranda
Aku diberitahu bahwa Rasulullah mengancamku
Dan maaf di sisi Rasulullah benar-benar diharapkan
3. Bujair bin Zuhair
Zuhair memiliki dua anak yang menjadi sastrawan kesohor, Bujair dan ka’ab. Disebutkan dalam Mu’jam As-Syu’aro, Beliau pernah mengikuti beberapa perang dalam Islam, di antaranya perang Khaibar dan Fathu Makkah.
4. Al-‘Abbas bin Mirdas
Namanya adalah al-‘Abbas bin Mirdas bin Abi ‘Amir bin Rifa’ah bin Abdi ‘Anbas bin Rifa’ah bin al-Harits bin Bahtsah bin Sulaim bin Mansur bin Ikrimah bin Khafsah bin Qois bin ‘Aylan bin Mudhor. Kunyahnya adalah Abu al-Haitsam atau Abu al-Al-Fadhl.
Beliau sastrawan sekaligus salah satu pemimpin orang-orang jahili pada masanya. Dalam Mu’jam As-Syu’aro disebutkan, sekalipun beliau hidup pada masa Jahiliyyah, namun beliau termasuk orang yang mengharamkan khamr.
Dalam kitab Al-Isti’ab fii Ma’rifat As-Shohabah karya Abu ‘Amr Yusuf al-Qurtubi, salah satu syair Abbas bin Mirdas adalah:
يا خاتم النباء إنك مرسل # بالحق كل هدى السبيل هداكا
إن الإله بنى عليك محبة # في خلقه ومحمدا سماكا
“Wahai penutup para rasul, sesungguhnya engkau seorang yang diutus dengan kebenaran. Allah telah memberi engkau jalan petunjuk
Sesungguhnya Tuhan telah menjadikan cinta pada ciptaannya, dan memberi engkau nama “Muhammad” (orang yang dipuji-puji)”
5. An-Nabighoh Al-Ja’di
An-Nabighoh al-Ja’di Abu Laila termasuk penyair mashur. Umur beliau panjang sebagaimana yang disebutkan dalam kitab Al-Isti’ab fii Ma’rifat As-Shohabah, yaitu 120 tahun. Diriwayatkan, salah satu syair beliau adalah
الْمَرْءُ يَهْوِى أَنْ يَعْيـ # ـشَ وَطُوْلَ عُمْرٍ قَد يَضُرُّهُ
وَتَتَابُعَ الْأَيَامِ حَـ # ـتَّى مَا يَرَى شَيْئًا يَسُرُّهُ
تَفْنَى بَشَاشَتُهُ وَيَبْـ # ـقَى بَعْدَ حُلْوِ الْعَيْشِ مُرُّهُ
“Seseorang bernafsu untuk hidup, namun terkadang panjang umur membahayakannya
Begitu juga pergantian hari, sehingga ia tidak menemukan lagi sesuatu yang dapat menyenangkannya
Raut wajah yang berseri-seri pun hilang setelah manisnya kehidupan, dan yang tersisa hanyalah kepahitannya.”
6. Hasan bin Tsabit
Hassan bin Tsabit radhiyallahu anhu lahir di Yatsrib. Ia berasal dari suku Khazraj. Nama lengkapanya adalah Hassan bin Tsabit bin al-Mundzir al-Khazraji al-Anshari, dan kunyahnya adalah Abul Walid. Terkenal dengan sebutan “Penyair Rasulullah Saw”.
Umurnya cukup panjang, Allah Swt mengaruniai beliau dengan umur 120 tahun. Setelah masuk islam, beliau aktif dalam memperjuangkan islam dengan menciptakan syair-syair perjuangan.
Slah satu syair pujian beliau kepada Rasulullah Saw yaitu:
قَرَأْنَا فِي الضُّحَى وَلَسَوْفَ يُعْطِيْك # فَسَــــرَّ قُـــلُوْبـَـنَا ذَاكَ العـَـطَاءُ
وَأحْــسَنُ مِنْكَ لـَمْ تـَرَ قـطُّ عَـيْنِي # وَأجْـمَلُ مِـنْكَ لَـمْ تَلِدِ النِّسَـــاءُ
حَاشَـــاكَ يَا رَسُــــوْلَ اللهِ تـَــرْضَى # وَفِـــــيْنَا مَـنْ يُعَــذَّبُ أوْ يُسَــاءُ
خُــــــلِقْتَ مُـــبَرَّءًا مِــنْ كُلِّ عَيْبٍ # كَأنَّــكَ قَدْ خُلِـقْتَ كَــمَا تَشَـــاءُ
نـَـــــِبيٌّ هـَـــاشِــمِيٌّ أبـْـطَاحِيٌّ # شَـــمَائِلُهُ السَّـــمَاحَةُ وَالـْـوَفَاءُ
“Kami telah membaca dalam QS. ad-Dluha firman Allah “Walasawfa Yu’thika”; maka hati kami pun senang dengan karunia itu.
Mataku benar-benar tidak pernah melihat orang sebaik dirimu, dan tidak pernah ada seorang perempuan-pun yang melahirkan orang seperti dirimu.
Wahai Rasulullah, engkau pastilah tidak akan rela jika di antara kami ada yang disiksa atau dihinakan!
Engkau diciptakan dalam keadaan suci dari segala aib, seakan-akan diciptakan sesuai keinginan dirimu sendiri
Engkau adalah seorang nabi, dari Bani Hasyim, berasal dari Abtah, yang sifat-sifatnya sangat pemurah dan pema’af serta menepati janji.”