Pak Nas, Jenderal Besar TNI Yang “Tukang Solat”

Pak Nas, Jenderal Besar TNI Yang “Tukang Solat”

Pak Nas,  Jenderal Besar TNI Yang “Tukang Solat”
Aankomst van generaal Abdul Harris Nasution van Indonesië op Schiphol *3 mei 1971

Sebuah anekdot di kalangan TNI tentang Jenderal besar AH Nasution ketika memimpin TNI Angkatan Darat. “Kalau mau naik pangkat, rajinlah bersembahyang, dan diketahui oleh Jenderal Nasution”. Sholat memang menjadi bagian tak terpisahkan dari AH Nasution. Sebagai orang islam yang taat, mendirikan solat adalah hal yang kewajiban utama. Tapi yang menarik dimanapun Pak Nas (panggilan akrab ) berada selalu moncoba untuk solat tepat pada waktunya. Bahkan ketika menjabat KSAD, Pak Nas menyusun buku pedoman Agama Islam Untuk TNI.

Di masa Pak Nas menjabat KSAD disusun buku berjudul Pedoman Agama Islam Untuk TNI. Dalam surat keputusan KSAD dinyatakan, “Mewajibkan kepada setiap anggota AD yang beragama Islam memahami isi buku tersebut di atas dan mengamalkannya.” Dalam setiap kesatuan TNI pada waktu itu diangkat imam tentara. Pak Nas lah yang membangun mushalla di MBAD (Markas Besar Angkatan Darat) tahun 1950-an.

Jenderal Abdul Haris Nasution lahir 3 Desember 1918 di Kotanopan, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara. Lahir dari keluarga petani yang bersahaja dan taat beragama. Ia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Ayahnya adalah seorang aktivis Sarekat Islam di Kotanopan, Tapanuli Selatan. Nasution kecil dikenal sangat gemar membaca. Buku-buku seperti biografi tokoh dunia, sejarah dan kisah Nabi Muhammad serta perang kemerdekaan Belanda dan Perancis adalah bacaan keseharian di waktu kecil.

Pada hari kelahiran TNI, 5 Oktober ada baiknya kita mengenang tokoh yang satu ini, Abdul Haris Nasution, utamanya soal disiplinnya menjalankan solat pada waktunya. Disebutkan dalam tulisan di laman milik M Fuad Nasar pada saat kunjungan ke mana pun, termasuk keluar negeri harus ada standing order terkait dengan jadwal shalat wajib diperhatikan oleh protokol.

Dikisahkan sewaktu Pak Nas melakukan kunjungan ke Australia menjadi tamu Angkatan Perang negeri tersebut. Ada seorang kolonel selalau melaporkan bila waktu solat telah datang. Dikisahkan pula ketika asyik berbincang dengan Perdana Menteri Australia, tiba-tiba seorang Kolonel Australia menyela. Prajurit itu melapor dan mempersilahkan Pak Nas untuk menunaikan solat. Padahal ketika itu Pak Nas sudah menjamak solatnya.

Pun dengan kunjungannya di negeri komunis Uni Sovyet (sekarang Rusia). Protokol militer negara tdersebut setempat harus menyesuaikan jadwal solat dalam seluruh agenda kegiatan kunjungan pak nas. Ada kisah menarik ketika Pak Nas berkunjung ke Rusia. Saat itu hari Jumat. Pak Nas melihat jam, padahal perundingan belum selesai. Berhubung waktu solat Jumat telah tiba, didepan sidang Pak Nas meminta diri untuk pergi solat. Seorang perwira militer kemudian mengantarkan pergi. Waktu Pak Nas membuka sepatu membuka sepatu, perwira itupun mengikuti membuka sapatunya. Uniknya ketika Pak nas melakukan solat prajurit Rusiapun turut solat. Kemudian setelah selesai solat, ditanyalah perwira Rusia itu. “ Apakah Anda seorang muslim,” tanya Pak Nas. Perwira Rusia itupun menjawab dengan menggelengkan kepalanya.

Tidak salah kalau dalam buku Islam Di Mata Para Jenderal (Bandung: Mizan, 1997) Jenderal AH Nasution berkata, “Sebagai seorang Muslim kita diperintahkan untuk melaksanakan ajaran Islam di mana pun kita berada. Kita harus merasa yakin seyakin-yakinnya bahwa Islam adalah jalan untuk mencapai kebahagiaan yang hakiki dunia maupun akhirat. Dalam menghadapi masalah, misalnya, kalau agama kita kuat maka semuanya bisa dibereskan.”

.