Orangtua Nabi Masuk Neraka?

Orangtua Nabi Masuk Neraka?

Orangtua Nabi Masuk Neraka?

Tema-tema dakwah ustadz-ustadz wahabi sebenarnya merupakan repetisi dari materi dakwah kaum puritan sebelumnya. Temanya seputar penolakan mereka terhadap ritual pencarian barokah melalui ziarah kubur, mencium tangan kiai, mauludan dan haul.

Tahlil dan talqin buat orang mati pun mereka tolak sebagai bid’ah sesat yang harus diberantas. Sebab, begitu orang sudah mati, maka tak ada lagi “perbaikan nilai” buat yang bersangkutan melalui pembacaan tahlil dari sanak keluarganya yang masih hidup. Lagian, menurut mereka, tahlian itu tak pernah dicontohkan Nabi SAW.

Tak hanya itu. Melalui serangkaian dakwahnya, kaum wahabi di Indonesia belakangan terus menegaskan bahwa ayah-ibu Nabi SAW adalah ahli neraka bukan ahli surga. Begitu juga dengan Abu Thalib, mertua Fathimah al-Zahra.

Di beberapa pengajian di Jakarta, saya kerap ditanya jemaah perihal orang tua Nabi SAW masuk neraka ini. Umat seperti ingin dapat kepastian tentang nasib orang tua Nabi di akhirat nanti; ahli surga atau malah terjerembab ke neraka.

Pertanyaan itu biasanya saya jawab demikian, “ibu tak usah mengurus orang tua Nabi SAW masuk surga atau neraka. Biarlah itu menjadi urusan Nabi, Allah dan orang tua Nabi. Lebih baik ibu mengurus orang tua sendiri. Kita sendiri tak bisa memastikan apakah kita ini penghuni surga atau neraka. Jauh amat mengurus orang tua Nabi”.

Saya tidak tahu untuk kepentingan apa ustadz-ustadz wahabi mendakwahkan soal orang tua Nabi masuk neraka itu. Sebab, bagi saya, membawa tema-tema demikian ke tengah umat tak ada manfaatnya buat kemajuan umat Islam. Carilah tema dakwah lain yang lebih berguna bagi tercapainya cita-cita izzul Islam wal muslimin.

Senin, 6 Maret 2017
Salam,

Abdul Moqsith Ghazali