Jika ruh orang yang telah meninggal dapat bertemu dengan ruh orang yang masih hidup, lantas apakah orang yang telah meninggal juga dapat mengetahui amal perbuatan keluarganya yang masih hidup? Lalu apakah amal perbuatan tersebut dapat memberikan dampak terhadap ruh tersebut?
Jawaban untuk dua pertanyaan di atas adalah iya, para ahli kubur dapat mengetahui amal perbuatan keluarganya, bahkan teman-temannya juga dan amal perbuatan keluarganya yang masih hidup bisa memberikan dampak bagi ahli kubur.
Bukti bahwa ahli kubur dapat mengetahui amal perbuatan keluarga dan sahabatnya yang masih hidup adalah ungkapan yang disampaikan oleh Abdullah bin Mubarak (seorang hafidz/ahli hadits dan dijuluki syaikhul hadits semasa hidupnya). Abdullah mendapatkan keterangan ini dari Tsaur bin Yazid, dari Ibrahim, dari Abu Ayyub yang mengatakan bahwa amal perbuatan orang-orang yang masih bisa menghirup udara di bumi akan diperlihatkan pada orang-orang yang tidak bisa lagi menginjakkan kakinya di bumi.
Jika mereka (ahli kubur) melihat amal perbuatan yang baik dari keluarga atau teman-temannya (yang masih hidup), maka mereka akan bahagia dan bergembira. Namun jika mereka (ahli kubur) melihat hal yang sebaliknya, maka mereka akan berkata, “Ya Allah, jauhkanlah itu dariku.”
Pernyataan Abdullah bin Mubarak di atas menunjukkan bahwa orang-orang yang telah meninggal tidak ingin melihat amal perbuatan yang buruk dari orang-orang yang masih hidup. Mengapa ahli kubur tidak ingin melihatnya? Karena amal perbuatan yang buruk dari sanak keluarganya membuat ahli kubur sedih dan malu.
Bukti bahwa ahli kubur sedih dan malu atas amal perbuatan yang buruk dari sanak keluarganya di dunia adalah cerita dari Ibnu Abi ad-Dunya (memiliki nama asli al-Hafidz Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Ubaid bin Sufyan bin Qais al-Baghdady al-Umawi al-Qurasyi). Beliau mendapatkan cerita dari Khalid bin Amr al-Umawi, dari Shadaqah bin Sulaiman al-Ja’fary.
Ia bercerita, “Aku adalah seorang lelaki yang berkarakter buruk. Ketika Ayahku telah kembali kepada Pemiliknya, Aku sungguh menyesal atas perbuatan-perbuatan burukku dan Aku memutuskan bertobat kepada-Nya. Hingga suatu waktu, Aku kembali tergelincir ke dalam lembah kemaksiatan dan Aku bermimpi bertemu dengan Ayahku. Beliau berkata kepadaku, “Wahai anakku, ketahuilah. Hal yang paling membuat Ayah sangat bahagia adalah amal perbuatanmu (amal perbuatan yang menyerupai amal perbuatan orang-orang sholih) yang diperlihatkan kepada Ayah, namun perbuatanmu kali ini (tergelincir dalam lembah kemaksiatan) benar-benar membuat Ayah sangat malu. Oleh sebab itu, jangan membuat Ayah susah dan malu di hadapan orang-orang yang telah mati lainnya di sekitar Ayah.”
Bukti lainnya berasal dari atsar para Sahabat adalah doa dari sebagian Sahabat Anshor yang merupakan kerabat Abdullah bin Rahawaih (salah satu Sahabat Nabi Muhammad yang turut serta dalam perang Badar dan Uhud). Doa yang dipanjatkan adalah, “Ya Allah, sesungguhnya Aku berlindung kepada-Mu dari amalan yang bisa membuat Abdullah bin Rawahah terhina”. Doa ini dipanjatkan pasca Abdullah bin Rawahah meninggal dalam keadaan syahid.
Keterangan-keterangan di atas jika divisualisasikan pada zaman modern saat ini, dapat diimajinasikan bahwa di alam kubur terdapat banyak CCTV dengan layar sangat besar yang merekam segala amal manusia yang masih hidup di bumi dan dilihat oleh seluruh penghuni alam kubur.
Ketika ada keluarga/teman dari salah satu ahli kubur yang tampil di CCTV tersebut, maka akan diketahui oleh seluruh penghuni alam kubur. Bayangkan jika yang ditampilkan saat itu adalah amal perbuatan yang hina, tentu saja membuat sang ahli kubur sangat malu dan sedih. Ini hanya sekadar visualisasi dan imajinasi untuk mempermudah pemahaman tentang keterangan-keterangan di atas, sebab penulis juga belum pernah meninggal dan memasuki alam kubur.
Wallahu A’lam