Dikisahkan ada seorang polisi yang berkunjung kepada Ulama kharismatik dari Madura, namanya Kiai Kholil Bangkalan. Polisi ini hendak berkeluh kesah karena tidak berhasil menangkap seorang penjahat yang telah mengganggu di daerahnya.
Pihak kepolisian sangat kewalahan menghadapi penjahat yang satu ini yang dikenal lihai dalam melakukan persembunyian. Padahal sudah melakukan berbagai upaya, namun hasilnya nihil.
Kedatangannya ke ulama tersebut atas rekomendasi komandannya setelah melakukan musyawarah.
Setibanya di hadapan Kiai Kholil polisi tersebut menceritakan maksud dan tujuannya.
“Mohon petunjuk Pak Kiai,” kata polisi tersebut. Sang kiai mendengar secara seksama dengan sorot mata yang tajam.
Sesaat kemudian Kiai Kholil memanggil santrinya dan menyuruhnya membeli obat cuci perut. Santri itu pun dengan melaksanakan perintah Kiai Kholil.
Beberapa saat kemudian santri itu kembali dengan membawa obat cuci perut. Selanjutnya obat tersebut diserahkan kepada polisi itu.
“Ayo minum obat cuci perut ini,” perintah Kiai Kholil. Tentu saja hal tersebut membuat polisi itu terbengong-bengong. Ia tidak habis pikir mengapa diberi obat cuci perut.
“Kenapa aku disuruh minum obat ini. Apa hubungannya dengan pencarian penjahat?” tanyanya dalam hati. Namun dengan tekad bulat akhirnya polisi itu meminum juga.
Setelah selesai minum, polisi itu langsung disuruh pulang oleh Kiai Kholil memakai kendaraan umum. Setelah pamit, obat itu bereaksi. Perut polisi itu terasa mulas dan ingin buang air besar. Akhirnya karena tidak kuat ia turun di tengah jalan yang dekat dengan sungai.
Ia kemudian menuju sungai untuk buang hajat. Ditelusurilah jalan yang curam hingga sampai ke bawah. Ketika sampai ke tepi sungai yang ia melihat sesuatu yang mencurigakan di rimbunan pohon. Ia pun menelisik dan ternyata menemukan penjahat yang dicarinya. Dengan sigap ia menangkap penjahat itu lalu memborgolnya.
Keberhasilannya menangkap maling itu menjadikannya polisi itu berpikir tentang pemberian obat cuci perut Kiai Kholil. “Rupanya ini jalan yang harus ditempuh untuk menangkap si penjahat itu,” gumamnya dalam hati.