Nyai Hj. Sinta Nuriyah Abdurrahman Wahid menuturkan bahwa ulama perempuan harus mampu merespon realitas yang selalu berubah dengan pemahaman atas teks-teks agama yang transformatif.
“Teks-teks agama harus merespon realitas, karena realitas selalu berubah,” tutur istri Gus Dur ini dalam Konferensi Internasional KUPI 2 di UIN Walisongo Semarang, 23 November 2022.
Bu Sinta, panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa pemaknaan teks agama yang mampu merespon realitas tersebut diharapkan bisa menghasilkan nilai transformatif, relevan, dan tidak membahayakan orang lain.
“Sehingga pemaknaan teks menghasilkan nilai yang transformatif yang relevan dan adil la darara wala darara,” tambah Bu Sinta.
Perempuan pertama yang masuk jajaran kepengurusan PBNU (Pengurus Besar Nahdatul Ulama) pertama ini, sangat menyayangkan apabila pemaknaan teks-teks keagamaan hanya dimaknai secara tekstual tanpa melihat sejarah dan asal muasal terciptanya teks tersebut.
Bu Sinta berharap kepada para ulama perempuan yang tergabung dalam KUPI bisa menghasilkan pemaknaan teks-teks agama yang transformatif tersebut dan mampu merespon realitas umat yang semakin berkembang.
Selain Bu Sinta, pembukaan Konferensi Internasional Kupi 2 ini juga dihadiri oleh beberapa tokoh nasional maupun internasional. Bahkan, kongres dibuka langsung oleh Wakil Presiden K.H Maruf Amin dan Wakil Gubernur Jawa Barat Taj Yasin Maimoen.
Konferensi International Kupi 2 ini diselenggarakan oleh berbagai lembaga seperti Aman Indonesia, Alimat, Rahima, Gusdurian, Fahmina, PP Hasyim Asyari Jepara, dan UIN Walisongo Semarang mulai 23-26 November 2022. (AN)