Nuzulul Quran juga memiliki pesan penting, yakni membaca Quran. Baik dibaca sendirian atau bersama-sama atau yang kita kenal sebagai tadarus. Tadarrus yang dicontohkan para ulama, seperti disampaikan oleh Syaikh Nawawi al-Bantani dalam kitabnya Nihayatuzzain, adalah mudarasah, atau idarah, yakni membaca Al-Qurán secara tartil, bersama orang lain, untuk kemudian saling mengoreksi makhraj, tajwid maupun jenis qiroáh atau langgam yang dibacakan. Hal ini meniru tradisi tadarrus Nabi Muhammad Saw, di hadapan malaikat Jibril, pada setiap bulan Ramadhan, seperti diriwayatkan dalam hadist yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan dikutip dalam musnad Imam Ahmad:
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال: ((كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ وَكَانَ جِبْرِيلُ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ الْقُرْآنَ فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ أَجْوَدُ بِالْخَيْرِ مِنْ الرِّيحِ الْمُرْسَلَةِ
“Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang paling murah hatinya dengan (berbagi-pen) kebaikan, dan beliau lebih bermurah hati ketika di dalam bulan Ramadhan, ketika ditemui oleh Jibril ‘alaihissalam, dan Jibril ‘alaihissalam menemui beliau setiap malam dalam Ramadhan samapi berakhir (bulan), ia menyampaikan Alquran kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka jika Jibril ‘alaihissalam menemui beliau maka beliau adalah seorang yang lebih bermurah hati dengan (berbagi) kebaikan daripada angin yang mengalir.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadist tersebut juga menyimpan makna tentang pentingnya mempelajari tajwid, makharijul huruf serta jenis-jenis qiroáh atau langgam pembacaan Al-Qurán agar mampu membaca Qurán secara tartil, juga memahami keberagaman model langgam atau nada pembacaan A;-Qurán. Sehingga tidak mudah menyalahkan langgam pembacaan Al-Qurán yang dibaca seorang Qari. Hal ini selaras dengan kandungan Surah Al-Furqan 32:
وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْلا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْقُرْآنُ جُمْلَةً وَاحِدَةً كَذَلِكَ لِنُثَبِّتَ بِهِ فُؤَادَكَ وَرَتَّلْنَاهُ تَرْتِيلا (٣٢)
Artinya : berkatalah orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?”; demikianlah. supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan agar kamu membacanya secara tartil (teratur dan benar).
Jadi, bagaimana tadarus kita di Ramadhan ini?