Terlepas dari keragaman pendapat tentang tanggal nuzulul Qurán, jumhur ulama sepakat, di bulan Ramadhan lah, Nabi mendapat wahyu pertama dari Allah, yang berisi perintah untuk membaca, yang terrangkum dalam surat Al-Álaq ayat 1-5,:
اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ (*) خَلَقَ الْإِنْسَانَ مِنْ عَلَقٍ (*) اقْرَأْ وَرَبُّكَ الْأَكْرَمُ (*) الَّذِي عَلَّمَ بِالْقَلَمِ (*) عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ (*)
“Bacalah dengan (menyebut) nama Rabbmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Rabbmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qolam (pena). Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5).
Mengenai ayat pertama surat Al-Alaq ini, Syekh Jalaluddin Al-Mahalli dalam Tafsir Jalalain memaknainya sebagai perintah agar memulai segala sesuatu dengan menyertakan nama Allah. berdzikir, karena di dalamnya terdapat perintah menyebut asma Allah. Perintah untuk senantiasa memulai sesuatu dengan menyebut nama Allah yang maha pencipta.
Sementara Prof Dr. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, menjelaskan bahwa perintah membaca dalam surat Al-Alaq menyimpan beragan makna. Sebagai kalimat perintah yang berakar dari kata qaraá yang bermakna menghimpun. Dari kata menghimpun itu, lahir makna lain, meneliti, mengamati, menelaah dan mendalami.
Ayat pertama surat Al-Alaq ini, menurut Tafsir Al-Mishbah, bermakna perintah membaca segala sesuatu dengan lillahi taála. Membaca demi nama Allah yang maha menciptakan seluruh mahluk. Dalam hal ini, Quraish Shihab menekankan pentingnya menyertakan niat lillahi taála dalam setiap perbuatan, terutama dalam hal membaca dan menuntut ilmu.
Dari uraian tersebut, tersirat bahwa peristiwa nuzulul qurán sangat erat kaitannya dengan perintah Allah Swt kepada seluruh manusia untuk senantiasa membaca. Terutama membaca Al-Qurán. Karena itulah di bulan Ramadhan, terdapat tradisi tadarrus Al-Qurán. Pentingnya tadarrus qurán di bulan Ramadhan, menurut para ulama, merupakan bagian dari sunnah.