Islami.co (Haji 2024) — Pada musim haji tahun ini, sejumlah jemaah haji ilegal mengungkapkan berbagai kesulitan yang mereka alami selama menjalankan ibadah haji. Salah satu jemaah, Dina (nama samaran), menceritakan pengalaman pahitnya kepada redaksi Islamidotco ketika menjadi jemaah haji ilegal pada tahun 2024 ini. Dina adalah jemaah dengan visa non-haji karena terperdaya iming-iming haji tanpa antre.
Dina mengawali ceritanya dengan menyebutkan bahwa mereka tidak dapat mengunjungi Raudhah, salah satu tempat yang sangat didambakan oleh para jemaah haji untuk berdoa.
“Kami ke Raudhah tidak bisa,” ungkap Dina.
Perjalanan dari Madinah ke Makkah juga dilakukan secara kucing-kucingan. Mereka tidak dapat mengambil miqat di Bir Ali dan harus membayar dam (denda) sebagai akibatnya.
Sesampainya di Makkah, Dina dan rombongannya dihimbau untuk melakukan salat di kamar hotel atau musholla hotel. Mereka tidak diperkenankan keluar dari hotel transit. Bahkan saat perjalanan ke Arafah, mereka diturunkan di luar Arafah dan harus berjalan kaki beberapa kilometer menuju maktab (tenda) mereka. Dina mencatat bahwa ada informasi dari temannya yang menyebutkan jarak yang harus ditempuh adalah sekitar 8 km.
Pada tanggal 9 Dzulhijjah, Dina dan jemaah lainnya tidak mendapatkan catering dari pihak travel, mulai dari sarapan hingga makan malam.
“Kami tidak mendapatkan catering dari travel mulai dari sarapan – makan malam,” keluhnya.
Maktab yang mereka gunakan bernomor 502, namun ketika tiba di lokasi, tenda tersebut sudah penuh oleh jemaah lain. Akibatnya, Dina dan rombongannya harus berada di luar maktab hingga mereka bisa memasukinya sebelum waktu maghrib.
Perjalanan dari Arafah menuju Muzdalifah pun tidak berjalan lancar. Mereka harus menunggu bus yang datang terlambat, dan waktu mereka terasa terbuang sia-sia. Dina dan rombongannya merasa kebingungan karena mereka diberitahu bahwa mereka menggunakan tasreh (izin) resmi, namun terlihat ada perbedaan signifikan dalam layanan yang mereka terima. Bus yang mereka gunakan tidak seperti bus resmi, melainkan bus batangan.
“Kami juga bingung katanya bertasreh resmi, tapi resmi di mananya… bus yang disediakan seperti bus batangan, bukan bus resmi,” ungkap Dina dengan nada kecewa.
Dina juga mengeluhkan tentang smart card yang mereka dapatkan setelah scan, namun isinya ternyata jemaah Bangladesh. Rencana city tour di Makkah pun batal tanpa konfirmasi yang jelas. Ketika mencoba untuk menanyakan hal ini kepada pihak travel, Dina menyebut bahwa jawaban yang mereka dapat sangat mengecewakan.
“City tour Makkah tidak ada… mungkin karena busnya sulit pak… saya komen di FB beliau dijawab begitu, sesuai dengan screenshot yang saya tampilkan,” jelas Dina.
Dina berharap pihak travel seharusnya bertanggung jawab kepada jemaah. Ia juga kasihan dengan jemaah lain yang terjebak dalam situasi ini. Dina dan suaminya masih tergolong muda dan sehat, namun banyak jemaah lain yang lebih tua mengalami kesulitan yang lebih berat.
Selama perjalanan ke maktab di Arafah, banyak jemaah yang sudah sepuh (lanjut usia) tidak kuat berjalan jauh. Bahkan, pembimbing mereka pun kelelahan. Dina menyimpan foto-foto bukti dari perjalanan yang kacau ini, dimana banyak jemaah yang tercecer dan kebingungan.
“Apakah bapak tahu yang terjadi selama perjalanan ke maktab ketika di Arafah, banyak yang sepuh-sepuh tidak kuat… bahkan ustadz pembimbing juga ngedrop,” kata Dina sambil menunjukkan keprihatinannya.
Mengakhiri ceritanya, Dina mengatakan bahwa jika situasi ini adalah ujian, maka mereka telah terbuai dengan mengikuti haji tanpa antri yang katanya memiliki tasreh resmi dari pemerintah Saudi.
“Jika dikatakan ujian… memang ini ujian… ujian kami telah terbuai dengan mengikuti haji tanpa antri… yang infonya tasreh resmi dari pemerintah Saudi,” tambahnya.
Dina berharap Allah meridhai perjalanan mereka dan berharap ke depannya dapat mengedukasi teman, kerabat, dan saudara untuk berhati-hati jika ingin berhaji. Ia menekankan pentingnya menggunakan visa haji yang benar dan bukan visa turis yang disalahgunakan untuk berhaji.
(AN)