Nasihat Umar bin Khattab: Perut Buncit itu Bahaya!

Nasihat Umar bin Khattab: Perut Buncit itu Bahaya!

Umar pernah marah sama orang yang punya perut buncit.

Nasihat Umar bin Khattab: Perut Buncit itu Bahaya!
Perut Buncit (Freepik)

Sebagian orang menganggap perut buncit sebagai tanda kemakmuran atau kenyamanan. Namun, dalam prespektif kesehatan, itu merupakan sebuah alarm bahaya. Selain itu juga bikin penampilan kurang bagus dan estetik. Beberapa orang yang berperut buncit biasanya menahan napas saat foto bareng.

Bagi Umar bin Khattab, bahkan, perut buncit justru menjadi simbol kemalasan dan potensi rusaknya kesehatan fisik serta spiritual. Nasihat Umar dalam sebuah riwayat yang disampaikan oleh Khalid bin Mirdas menjadi peringatan yang sangat relevan, terutama di era ketika gaya hidup berlebihan seringkali dimaklumi.

Dikutip dari al-Ju’ karya Ibnu Abid Dunya, Umar pernah berkata,

٨١ – حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ مِرْدَاسٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا الْمُعَلَّى الْجُعْفِيُّ، عَنِ ابْنِ أَبِي نَجِيحٍ، عَنْ مُجَاهِدٍ، قَالَ: قَالَ عُمَرُ: «أَيُّهَا النَّاسُ، إِيَّاكُمْ وَالْبِطْنَةَ مِنَ الطَّعَامِ، فَإِنَّهَا مَكْسَلَةٌ عَنِ الصَّلَاةِ، مُفْسِدَةٌ لِلِجَسَدِ، مُوَرِّثَةٌ لِلسَّقَمِ، وَأَنَّ اللَّهَ  يُبْغِضُ الْحَبْرَ السَّمِينَ، وَلَكِنَ عَلَيْكُمْ بِالْقَصْدِ فِي قُوتِكُمْ، فَإِنَّهُ أَدْنَى مِنَ الْإِصْلَاحِ، وَأَبْعَدُ مِنَ السَّرَفِ، وَأَقْوَى عَلَى عِبَادَةِ اللَّهِ، وَإِنَّهُ لَنْ يَهْلِكَ عَبْدٌ حَتَّى يُؤْثَرَ شَهْوَتَهُ عَلَى دِينِهِ»

“Wahai manusia, waspadalah terhadap perut yang buncit karena terlalu banyak makan, sebab ia membuat malas dalam melaksanakan salat, merusak tubuh, mewariskan penyakit, dan Allah SWT membenci orang yang buncit perutnya. Namun hendaklah kalian bersikap sederhana dalam makan, karena hal itu lebih dekat kepada kebaikan, lebih jauh dari pemborosan, dan lebih kuat untuk beribadah kepada Allah. Tidak akan binasa seseorang sampai ia lebih mengutamakan syahwatnya daripada agamanya.”

Kesehatan Terancam, Penampilan Kurang Meyakinkan

Peringatan Umar tentang perut buncit bukan sekadar peringatan fisik, tetapi juga berakar pada aspek spiritual. Kelebihan makan, menurut Umar, tidak hanya berdampak pada penampilan seseorang tetapi juga pada hubungan mereka dengan Allah. Perut yang dipenuhi makanan berlebihan menimbulkan rasa malas untuk melaksanakan ibadah, terutama salat yang merupakan kewajiban utama dalam Islam. Ketika tubuh menjadi berat dan lelah karena kebanyakan makan, seseorang akan kehilangan semangat untuk berdiri lama dalam salat, melakukan rukuk, atau sujud dengan khusyuk.

Lebih lanjut, Umar juga menyoroti dampak fisik dari kebiasaan makan berlebihan. Tubuh yang terus-menerus diberi asupan berlebih menjadi rentan terhadap berbagai penyakit. Obesitas, masalah pencernaan, hingga risiko penyakit jantung adalah beberapa contoh dampak buruk dari kebiasaan ini. Apa yang dikatakan Umar sangat sesuai dengan penelitian modern yang menunjukkan bahwa pola makan yang tidak terkontrol dapat mengarah pada berbagai penyakit kronis.

Atur Pola Makan Agar Kuat Beribadah

Selain memperingatkan bahaya perut buncit, Umar juga menawarkan solusi sederhana: bersikap sederhana saat makan. Dalam pandangannya, kesederhanaan dalam asupan makanan bukan hanya untuk menjaga kesehatan tubuh, tetapi juga untuk memperkuat seseorang dalam menjalani ibadah kepada Allah. Ketika tubuh tidak terlalu dibebani dengan makanan berlebihan, ia akan lebih siap untuk bergerak, bekerja, dan yang terpenting, beribadah.

Islam sangat memperhatikan keseimbangan antara kebutuhan fisik dan spiritual. Pola makan yang baik dan sederhana dapat mendekatkan seseorang kepada kebaikan, menjauhkannya dari pemborosan, dan membuatnya lebih kuat dalam menjalankan kewajiban agama.

Pernyataan Umar yang terakhir menjadi puncak dari pesannya: “Tidak akan binasa seseorang sampai ia lebih mengutamakan syahwatnya daripada agamanya.” Hal ini sekaligus menjadi pengingat bahwa segala hal yang berlebihan, termasuk dalam makan, pada akhirnya akan mengalahkan kepentingan agama seseorang. Ketika seseorang lebih memilih untuk memenuhi keinginannya yang bersifat sementara daripada memprioritaskan kewajiban agama, ia berada di jalan kehancuran.

Nasihat ini sangat relevan bagi kehidupan modern di mana godaan untuk mengutamakan kesenangan duniawi sering kali sangat kuat. Gaya hidup yang berfokus pada konsumsi makanan berlebihan, hiburan, dan kenikmatan fisik dapat dengan cepat menjauhkan seseorang dari tujuan spiritual yang lebih besar.

Perut buncit bukanlah sekadar masalah penampilan, tetapi juga tanda dari potensi bahaya yang lebih dalam: kemalasan dalam ibadah, kerusakan tubuh, dan kecenderungan mengutamakan syahwat di atas agama. Nasihat Umar menjadi pengingat penting bahwa kesederhanaan dalam segala hal, termasuk dalam makan, adalah kunci untuk hidup yang lebih sehat, baik secara fisik maupun spiritual.

(AN)