Nasihat Sufi Hasan Al-Bashri yang Membuat Hati Kita Sejuk

Nasihat Sufi Hasan Al-Bashri yang Membuat Hati Kita Sejuk

Hasan Al Bashri dan nasihat sufi ini mengingatkan kita banyak hal

Nasihat Sufi Hasan Al-Bashri yang Membuat Hati Kita Sejuk

Bernama lengkap Abu Sa’id hasan ibn Abil Husain al-Bashri. Beliau termasuk dari golongan tabi’in (orang yang sempat berjumpa dengan sahabat Rasulullah Saw). Beliau lahir pada tahun 21 H. / 642 M di kota Madinah di masa kekhalifaan Umar ibn al-Khathab Ra. Beliau lahir dari seorang ayah yang menjadi salah satu penulis wahyu, Yassar Maula Zaid ibn Tsabit dan seorang ibu yang menjadi pelayan Ummu Salamah, salah satu istri Baginda Rasulullah Saw.

Hasan al-Bashri adalah termasuk tabiin yang terkenal memiliki kecerdasan tinggi. Akalnya sempurna hingga mempesona siapapun yang mengajarinya. Beliau sangat cepat menerima dan menghafal semua ilmu dan pelajaran yang diikutinya hingga membuat para ulama’ masa itu menyatakan bahwa hasan al-Bashri adalah seorang yang alim di semua ilmu. Saat berbicara dan berceramah maka akan nampak kefasihan lisannya dan artikulasinya yang menawan. Beliau juga berwajah tampan dan selalu dihiasai dengan senyuman. Selain itu, hasan al-Bashri juga dikenal sebagai orang yang wira’i serta zuhud. Apa yang beliau lakukan semata-mata hanya karena Allah Swt. Bagi beliau, hal-hal yang bersifat duniawi begitu kecil dan “remeh temeh”.

Suatu ketika ada seorang lelaki dari daerah Khurasan mengikuti pengajian Hasan al-Basri. Setelah selesai, ia menghampiri beliau dengan membawa hadiah uang lima ribu dirham dan sepuluh kain sutra halus.

Ia berkata, “Wahai Aba Sa’id (panggilan Hasan), ini hadiah untuk anda.” Beliau kemudian menjawab, “Bawalah uang dan kain suteramu karena aku tidak membutuhkan. Sesungguhnya, orang yang duduk di tempat seperti tempatku (mengajarkan ilmu) ini dan ia menerima dari manusia sesamanya hadiah ini, maka ia akan menghadap kepada Allah Swt. di hari kiamat tanpa mendapat bagian apa-apa.”

Hasan al-Bashri sering menghabiskan waktu bersama para sahabat Rasulullah Saw. seperti Abu Khurairah, Anas ibn Malik dan lainnya. Dari mereka beliau mendengar hadis-hadis Rasulullah Saw. Beliau berhasil menghafal al-Qur’an dan sangat mengerti terhadap tafsir-tafsirnya hingga mencuri perhatian pada ulama’ masa itu. Nama beliau sangat terkenal di semua kalangan, baik atas maupun bawah. Tatkala hasan datang ke kota Makkah, maka tempat duduk khusus telah dipersiapkan untuk beliau. Kealimannya yang masyhur menarik minat banyak orang dari segala penjuru dunia Islam untuk mengikuti pengajian beliau.

Tak pelak, kealiman dan kezuhudan Hasan al-Bashri menuai banyak pujian dari sejumlah ulama di masanya. Hal ini sebagaimana tergambar dari pujian yang dilontarkan oleh seorang ulama Makkah. Ia berkata, “Kami tidak pernah melihat orang sehebat Hasan al-Bashri.” Bahkan ada sebagian ulama yang berkata, “Hasan al-Bashri bagaikan Umar ibn al-Khathab.”

Nasihat-Nasihat Hasan Al-Bashri

Hasan al-Bashri selalu berpesan agar manusia selalu waspada terhadap dunia. Karena dunia bagaikan ular, lembut sentuhannya namun sangat mematikan bisanya. Berpalinglah dari pesonanya dan berhati-hatilah. Beliau menilai bahwa kita telah mendapatkan teladan dari baginda Rasulullah Saw., yang mana Allah Swt. menawarkan dunia dan kunci-kuncinya serta seisinya kepada Baginda Rasulullah Saw. tanpa mengurangi kedudukan beliau di hadapan-Nya, namun beliau menolaknya karena dunia penuh dengan pesona dan tipu daya.

Hasan berkata, “Hukuman bagi seorang ulama’ adalah kematian hati. Dan matinya hati adalah sebab mencari dunia dengan amal akhirat.” Beliau berkata, “Setiap umat mempunyai berhala yang mereka sembah. Dan berhala umat ini (umat Nabi Muhammd Saw.) adalah dinar dan dirham (uang).” Beliau berkata, “Teman dan sahabat terjelek adalah emas dan perak. Keduanya tidak akan memberi manfaat padamu kecuali keduanya telah berpisah denganmu.”

Di lain waktu beliau berkata, “Belajarlah (ilmu-ilmu) apapun yang ingin kalian pelajari, namun demi Allah kalian tidak akan diberi pahala oleh Allah Swt. kecuali kalian mengamalkannya (sesuai dengan tuntunan syariat).” Dan beliau berkata, “Keterpercayaan seseorang tidaklah bisa terjaga kecuali ia bisa menjaga lisannya. Dan lisan seseorang tidaklah bisa terjaga kecuali hatinya telah terjaga.”Wallahu a’lam