Nasehat Kanjeng Nabi dan Gus Dur untuk Ahmad Dhani: Hadapi dengan Senyuman

Nasehat Kanjeng Nabi dan Gus Dur untuk Ahmad Dhani: Hadapi dengan Senyuman

Bagaimana jika nabi dan Gus Dur masih ada lalu menasehati Ahmad Dhani?

Nasehat Kanjeng Nabi dan Gus Dur untuk Ahmad Dhani: Hadapi dengan Senyuman
Poto Antara

Ketika sekilas melihat kasus Ahmad Dhani yang dipenjara karena ujaran kebencian dan vlog pencemaran nama baik, saya jadi teringat dengan kisah nabi ketika beliau mendapatkan ujaran kebencian dari seseorang yang memusuhinya.

Nabi diolok-olok sebagai orang gila, penyair, tukang bohong (terhadap wahyu yang disampaikan), (lihat QS. Almukminun ayat 67). Namun apa yang dilakukan oleh nabi kepada orang-orang yang memusuhinya itu? Nabi tetap bersabar, memaafkan, menyapa dan menjalin silaturrahim, menjenguknya ketika sakit, bahkan kisah yang sangat popular adalah nabi menyuapi seorang Yahudi yang buta setiap pagi, padahal setiap harinya selalu menghina dan mengolok-olok nabi.

Adakah orang yang seperti beliau dalam konteks saat ini?

***

Sebagaimana yang di mensyen dalam surat Ahmad Dhani yang viral, yaitu nama Gus Dur (KH. Abdurrahman Wahid). Mendekati karakter dan kepribadian Nabi—menurut hemat saya Gus Dur cukup mendekati. Di antaranya bagaimana sikap yang dilakukan oleh Gus Dur kepada seseorang yang mengolok-oloknya—dengan ungkapan buta mata dan buta hati dalam sebuah stasiun televisi. Gus Dur tidak dendam. Lalu bagaimana sikap Gus Dur kepada rival politiknya pada masa orde baru; yaitu Pak Harto. Beliau selalu sowan ketika hari raya Idul Fitri, menjalin silaturrahim dan masih berhubungan baik.

Sikap-sikap inilah yang patut kita tiru. Terutama oleh Mas Dhani yang mengaku sebagai Gusdurian. Menjadi Gusdurian itu berat loh mas. Tentu dia harus mengikuti nilai dan karakter yang diwariskan oleh Gus Dur. Termasuk nilai kemanusiaan, keadilan, dan kearifan. Sepertihalnya orang yang beragama Islam. Dia tentu mencerminkan nilai-nilai yang diajarkan dalam agama itu. Membawa kedamaian kepada yang lain, memberikan keselamatan kepada sesama, dan tunduk terhadap perintah agama.

Bagaimana bisa disebut sebagai Gusdurian kalau apa yang kita lakukan bertentangan dengan nilai-nilai yang diwariskan oleh Gus Dur? Bagaimana bisa disebut orang Islam kalau karakter atau perilaku kita justru memberikan keresahan atau mengundang permusuhan?

Sepertinya kita perlu belajar dari kearifan-kearifan yang dipraktekkan oleh Nabi Muhammad Saw dan sikap yang dilakukan oleh Gus Dur semasa beliau masih hidup. Meniru Nabi Muhammad tentu tidak mudah, apalagi jaraknya yang sangat jauh dengan kita, 14 abad. Kita bisa meneladaninya dari buku-buku sejarah dan hadis-hadis yang disabdakan olehnya.

Jika memang berat, kita bisa meniru Gus Dur, yang jaraknya sangat dekat dengan kita. Kita bisa belajar keteladanan dari kesaksian-kesaksian para sahabat atau murid yang sangat dekat dengannya.

Tidak semua orang mendapatkan kesempatan belajar di pesantren, Mas Dhani. Sebagaimana Mas Dhani yang menyebut Rutan Mandaeng sebagai pesantren. Biasanya orang yang dimasukkan ke pesantren setelah keluar ia menjadi orang yang lebih bijak dan santun—seperti Pak Basuki (Ahok) misalnya. Dan semoga saja Mas Dhani menjadi orang yang lebih alim, dapat banyak pelajaran dan hikmah, dan tentu mampu menjaga lisannya.

Kasus yang seperti Mas Dhani di media sosial ini sangat banyak. Ada ribuan akun yang kerjaannya selalu mengumpat dan marah-marah. Saya jadi tidak tega jika kedepan nanti akan banyak yang bernasib seperti Mbak Mulan Jamela yang sering mondar mandir dari rutan ke rumah.

Media sosial ibarat rimba. Siapa yang bertahan untuk survive dialah yang menang. Kekejaman dan kebaikan ada didalamnya. Tergantung kita mau membuat rimba itu dipenuhi orang-orang yang bijak dan baik atau orang-orang yang suka marah-marah?

Diakui, musim politik adalah ajang saling menjatuhkan lawan. Jika agama dibawa ke politik lalu ditampilkan dengan penuh dengan kebencian dan murka, orang akan lari. Anak muda saat ini kebanyakan sudah mulai skeptis terhadap agama, karena pembawanya yang suka marah-marah. Jangan salahkan jika generasi kita tidak memiliki kedekatan untuk menjadi orang yang beragama atau lebih memilih tidak beragama, karena pembawanya yang suka marah-marah dan memecah belah.

Mari kita kembali mendakwahkan Islam sesuai apa yang diajarkan oleh Nabi. Hijrah yang sebenarnya adalah membawa kemasalahatan bukan kemadharatan.

Salah satu hadis yang maknanya perlu diulang-ulang direnungkan adalah hadis yang diriwayatkan Imam muslim: “Jangan saling mendengki. Jangan saling menipu (menyebarkan hoax). Jangan saling membenci. Jangan saling mengacuhkan. Jangan pula menjual barang yang sudah dijual kepada orang lain. Jadilah kalian sebagai hamba-hamba Allah yang bersaudara.”

Saya doakan: ketika nanti Mas Dhani keluar dari penjara, semoga Mas Dhani menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya, bisa meniru keteladanan nabi Saw dan mengamalkan nilai-nilai yang diwariskan oleh Gus Dur. Semoga lulus ujian ya Mas Dhani. Hadapi dengan senyuman. Wallahhu a’lam.

Muhammad Autad An Nasher, penulis bisa disapa melalui akun twitter @autad.