Ada dua hal yang biasanya membuat kita merasa lebih baik dari orang lain: nasab dan nasib. Ada yang cenderung membanggakan dirinya karena jalur nasabnya. Boleh jadi ada di antara kita yang keturunan bangsawan tersohor, ataupun keturunan pejabat utama, atau lahir dari keluarga ulama besar, bahkan dipanggil dengan sebutan khusus karena keturunan dari Rasulullah SAW. Tapi bukankah Allah sudah mendeklarasikan bahwa yang paling mulia di sisi Allah adalah mereka yang bertakwa? (QS 49:13) Bahkan seringkali al-Qur'an mengecam mereka yang menolak tuntunan ilahi karena semata-mata berpegang pada apa yang bapak dan nenek moyang mereka kerjakan (QS 5: 104; 2:170; 7:28).
Banyak pula yang merasa lebih baik dari orang lain karena masalah nasib. Ada yang nasibnya bagus dikaruniai kecantikan atau ketampanan, ada yang nasibnya bagus karena bekerja di tempat yang 'basah', atau nasibnya mendadak bagus karena menempel pada tokoh tertentu, dan ada pula yang nasibnya bagus karena berderet gelar di depan dan di belakang namanya, dan tentu ada pula yang nasibnya jadi berubah karena menikah dengan keluarga terpandang. Tapi ingatlah Allah akan pergilirkan nasib itu. Allah akan beri dan cabut kekuasaan kepada siapa yang Allah kehendaki. Allah sanggup mengangkat nasib kita setinggi langit dan kemudian mampu menghempaskannya sehina-hinanya ke dasar bumi.
Tidak mengapa kalau kebetulan nasab dan/atau nasib anda bagus. Yang penting anda tidak lupa bersyukur dan tidak lantas merasa diri paling hebat dan paling beruntung lalu merendahkan orang lain. "Ana khairun minhu" (QS 38:76) adalah ucapan Iblis saat menolak perintah allah: aku lebih baik dari dia (Adam). Merasa diri lebih baik, merendahkan yg lain dan kemudian melanggar tuntunan ilahi adalah sikap takabur iblis.
Yang repot itu kalau ada yang hendak mengubah nasib hanya berdasarkan nasab semata; atau ada yang merekayasa nasab agar nasibnya jadi bagus, atau lupa pada nasab karena nasibnya tengah bagus smile emoticon
Selamat menikmati long weekend! Semoga Allah pelihara nasab dan nasib anak-cucu keturunan kita. Shallu 'alan Nabi.