Stiap zaman memiliki penyakit dan paranoia-nya masing-masing. Tahukah engkau, kawan, apa paranoia zaman kita sekarang?
Penyakit zaman kita ialah “narsisisme” (yang dalam bahasa disebut “al-narjisiyyah”) — yaitu hasrat yang begitu kuat untuk menikmati keindahan dan kecantikan diri kita. Kita ingin tampak ganteng dan cantik, dan meminta orang-orang lain di sekeliling untuk ikut memberikan persetujuan atas hasrat itu. Kita pun lalu hanya mau mendengarkan omongan-omongan orang lain yang makin mempertebal citra kecantikan kita.
Kita berhasrat agar pendapat kita dipandang sempurna, tak mengandung cacat sedikitpun, dan menuntut orang-orang lain memberikan persetujuan tanpa syarat.
Kita pun lalu mengusir jauh-jauh mereka yang ingin mengungkapkan pandangan jujur bahwa selain hal-hal yang cantik dan indah, ada hal-hal yang sebetulnya tak cantik dalam diri kita. Kita cenderung tak berani menghadapi kejujuran semacam itu. Kita sulit menerima kritik pihak lain yang hendak mendedahkan bahwa dalam pandangan kita ada bolong yang harus ditutup.
Sebab narsisme memang hasrat yang pada akhirnya akan menciptakan asap ilusi; ilusi bahwa kita cantik begitu sempurna, sehingga tak membuka ruang bagi adanya bagian yang bopeng dalam diri kita. Narsisme adalah ilusi tentang kesempurnaan yang sebetulnya salah arah.
Dan tahukah engkau, kawan, ilusi ini tidak saja bisa menerpa orang-perorang, tetapi juga bisa mendera sebuah masyarakat, komunitas, bangsa. Ada narsisme perorangan yang mafsadah-nya mungkin tidak terlalu besar, tetapi ada pula narsisme massal yang bahayanya jelas lebih besar. Narsisme massal tampak, misalnya, dalam sikap-sikap memuja golongan sendiri, kadang dengan disertai pandangan yang merendahkan golongan liyan.
Sebagaimana asap, ilusi narsisme itu akan cepat terhalau oleh hembusan angin yang paling lemah sekalipun.