“ Perbatasan antar negara yang terdiri dari sungai lebar, pegunungan atau padang pasir, semua rintangan rintangan ini menghambat pergerakan pasukan. Rintangan yang paling sulit adalah padang pasir, kemudian pegunungan dan yang paling mudah adalah sungai lebar ”. Ucap Napoleon Sang Jendral Agung dan Kaisar Perancis saat mengatur pasukan untuk menaklukkan Iskandariah, Mesir. Lihat Napoleon dan Strategi perang modern, Conrad H. Lanza, terj. Gatot Triwira.
Napoleon Bonaparte adalah seorang jendral agung dan kaisar Prancis yang telah ikut andil dalam pengembangan pemikiran modern dalam islam. Ia lahir di Ajjaccio, Corsia yaitu suatu pulau bagian perbatasan Perancis dan Italia pada tahun 1769 M. Ketika muda ia dikirim masuk akademi militer Perancis dan tamat pada 1785 M di usia 15 tahun. Inilah yang menjadi dasar atas munculnya rasa Nasionalisme Napoleon terhadap negeri kelahirannya.
Tak lama dengan dibuktikan atas keahlian dan karir militernya, ia menjabat sebagai letnan tentara perancis. Disusul empat tahun pasca Revolusi Perancis, penaklukan Napoleon berhasil merebut kota bagian Perancis dari jajahan Inggris di pertempuran Toulon. Sampai pada tahun 1798 – 1799 Napoleon memimpin invansi militer ke negara-negara luar termasuk yang menjadi sasaran utama adalah Mesir, pusat peradaban dan ilmu pengetahuan pada masanya.
Inspirasi dan Ekspedisi Napoleon ke Mesir
Dalam rekam jejak sejarah negeri Mesir, bahwa wilayah ini tercatat sebagai pusat peradaban dan ilmu pengetahuan. Tentunya Mesir menjadi primadona bagi siapa saja yang haus akan peradaban, pengetahuan dan kekuasaan. Sejarah mancatat wilayah ini pernah dikuasai oleh beberapa kerajaan, yaitu dimulai dari kekuasaan Fir’aun, Yunani, Kerajaan Romawi, Khulafa Ar-Rasyidin, Dinasti Umayah, Abbasyiah, Mamlukiyah dan Utsmaniayah.
Penting diketahui bagi kita, Alexander The Great ( w.323 SM) merupakan seorang tokoh yang mengispirasi Napoleon dan mewujudkan tekadnya menginjakkan kaki di Padang pasir. Daerah gurun yang panas, akan tetapi menjadi suatu hal yang istimewa baginya. Berkat Alexander-lah terjadi peleburan budaya dan pengetahuan antara Yunani dan Timur Tengah. Ia juga merupakan seorang intelektual yang berada di bawah bimbingan Aristoteles, Sang bapak Logika.
Mengetahui betapa gemilangnya Alexander melakukan ekspansi dan membangun suatu peradaban negara – kota, hal ini mengispirasi Napoleon untuk mengikuti jejaknya. Bersamaan waktu itu terjadi berbagai kemuduran di berbagi kerajaan Islam, di masa pertengahan sejarah Islam dan Eropa (Barat).
Pada tahun 1798 Napoleon menuju Mesir dengan membawa 36.000 pasukan. Bukan hanya itu, ia juga menyertakan 500 orang sipil, diantaranya 176 Ahli ilmu pengetahuan, dan orang-orang ahli bahasa – kebudayaan.
Pada saat itu juga, ia berhasil menaklukkan kota Malta, dan mendarat di Iskandariah Mesir. Konon bahwa tak sampai tiga minggu Napoleon berhasil menguasai Mesir. Mustahil bukan, kerajaan sangat besar dapat ditaklukan dalam waktu yang sangat singkat ?
Beberapa waktu setelah itu, pengusaan Napoleon atas mesir mendapat perlawanan dari Turki Utsmani. Akan tetapi ia berhasil memenangkan pertempurannya pada tahun 1799, disatu sisi lain kondisi politik Perancis sedang memburuk dan dengan terpaksa Napoleon pulang kenegerinya sebagai bukti Nasionalisme, cinta terhadap bangsa – negaranya. Kekuasaan dipindahkan ke Jendran Kleber untuk memimpin pemerintahan, namun hanya bertahan selama sepuluh bulan, dia mati terbunuh oleh pasukan gabungan Turki-Inggris pada tahun 1800 M. Dan pada waktu itulah Perancis angkat kaki dari Mesir.
Hikmah Ekspansi Napoleon dan Korelasi Terhadap Pembaharuan Islam
Pasca Nopoleon menguasi Mesir, ia tak hanya meninggalkan kekuasaan akan tetapi ada ibrah dan hikmah yang dapat kita ambil di antaranya yaitu perlengkapan ilmiah, dunia percetakan. Yang kemudian seiring berjalan waktu berubah menjadi (Mutha’ al- Bulaq) Lembaga Percertakan Bulaq yang telah menerbitkan buku-buku dan arsip keilmuan di Pusat Perpustakaan Iskandariah Mesir. Di sisi lain, Napoleon juga mengembangkan lembaga ilmiah yang bernama d’Egypte yang fokus pada : Ilmu Murni, Ilmu Alam, Ekonomi-Politik dan Sastra-Seni.
Dari sinilah persilangan peradaban Yunani, Timur Tengah dan Eropa (Barat) melebur menjadi satu dan tercipta peradaban yang maju. Dan di sinilah awal pertama kali orang-orang Islam Mesir bersentuhan langsung dengan peradaban Eropa yang baru dan asing baginya.
Peninggalan Napoleon yang lain dalam hal pembaruan pemikiran Islam diantaranya yaitu:
Pertama, sistem pemerintahan republik. Sebelumnya orang-orang dan bangsa Mesir hanya mengenal kasta, raja-raja yang berkuasa mutlak. Republik inilah yang dikenalkan sebagai suatu sistem pemerintahan kedaulatan rakyat, bahwa rakyatlah kekuasaan tertinggi dalam pemerintahan.
Kedua, Ide Persamaan (Egalite) yaitu sistem persamaan kedudukan dalam ikut andil berserta masyarakat dalam membangun pemerintahan dan kenegaraan. Ia membangun Diwan al-Ummah, lembaga kenegaraan yang terdiri dari ulama-ulama al-Azhar Mesir dan para tokoh dagang dunia.
Ketiga, Ide kebangsaan. Penerapan persaudaraan sebangsa dan setanah air inilah yang diterapkan olehnya ketika di Mesir dan kecocokan idenya telah dirasakan oleh orang-orang Mesir.
Terakhir, Napoleon percaya dengan Tuhan Yang Maha Kuasa dan lebih menghormati (Nabi) Muhammad dan al-Qur’an dari pada yang dilakukan oleh kaum Mamluk, sebagaimana ditulis Ris’an Rusli dalam “ Pembaharuan Pemikiran Modern dalam Islam.” Terlepas dari agama yang dianutnya, Napoleon telah banyak diakui sebagai tokoh pembaharu.
Oleh: M. Siswanto
Alumni Kelas Pemikiran Gus Dur (KPG) II Ciganjur, Gusdurian Jakarta. Mahasiswa Sem. V Aqidah Filsafat dan Pemikiran Islam Fak. Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. CP: 085749961331. E-mail: