Jakarta- Seorang Psikolog dan pendidik, Najeela Shihab mengungkapkan, jika ingin menjadi penggerak perubahan sosial, perlu hati-hati dengan popularitas. Hal ini sering dialami oleh beberapa orang yang dianggap memiliki gebrakan dan kreativitas, namun karena terlena dengan sorotan media, akhirnya tenggelam dan hilang.
Hal ini disampaikan dalam workshop “Peran Santri untuk Negeri” yang merupakan salah satu rangkaian agenda Reuni Akbar Ikatan Keluarga Alumni BQ-PSQ II dengan tema “Bergerak Kolektif untuk Berdampak”, yang diselenggarakan di Masjid Bayt al-Quran, South City, Tangerang Selatan.
Menurut putri Quraish Shihab ini, para penggerak perubahan sosial perlu mengembangkan lebih banyak para pengadopsi awal dan tidak terlena dengan popularitas. Para pengadopsi awal ini berperan untuk menduplikasi berbagai gerakan yang telah diciptakan agar dikenal dan ditiru banyak orang.
“Tenggelam” karena sering menghadiri event
“Biasanya jika ada penggerak perubahan sosial, lalu dia mulai dikenal, dapat undangan, dari panggung ke panggung, dari event ke event, akhirnya tidak mengembangkan para pengadopsi awal karena lebih sering keluar dan sibuk dengan sorotan,”
Ela, sapaan akrabnya, juga menyebutkan bahwa jebakan popularitas di awal-awal menjadi penggerak perubahan sosial bisa jadi akan membuat gerakan tersebut tenggelam dan hilang. Menurutnya, gerakan perubahan sosial akan bisa bertahan jika dipersiapkan generasinya.
“Tugas kita memastikan adanya pemimpin lain yang akan melanjutkan,” lanjutnya.
Gerakan Sosial Diawali dari Akar Rumput, bukan Pemerintah
Najeela Shihab juga menyebut bahwa setiap program pemerintah itu berawal dari gerakan-gerakan di akar rumput. Gerakan akar rumput itulah yang kemudian diadopsi pemerintah menjadi program. Sehingga siapapun yang ingin melakukan perubahan sosial, perlu memulainya dari bawah.
“Saat kita ingin melakukan gerakan perubahan sosial, jangan menunggu program pemerintah,” tuturnya.
Pendiri Sekolah Cikal ini juga mengkriti beberapa organisasi atau gerakan yang sering melakukan pendekatan top down. Padahal, yang paling penting adalah keberlanjutan sebuah program, dan itu bisa terjadi jika dilakukan dari bawah (bottom up).
“Kita juga perlu otokritik, ya, bahwa ada beberapa ormas atau gerakan, yang belum-belum, udah minta pemerintah,” ujarnya. (AN)