Kisah Berkurban dalam Quran: Ayah Rasulullah dan Nabi Ismail

Kisah Berkurban dalam Quran: Ayah Rasulullah dan Nabi Ismail

Nabi Muhammad merupakan seorang anak dari dua orang yang tersembelih (Qurban). Bagaimana kisahnya?

Kisah Berkurban dalam Quran: Ayah Rasulullah dan Nabi Ismail

Beliau merupakan anak dari Abdullah. Kakek beliau, Abdul Muthalib, pernah bernadzar kepada Allah agar diberi sepuluh anak laki-laki. Satu di antaranya akan dikurbankan. Allah mengabulkan dan Abdul Muthalib mengundi di antara kesepuluh anaknya.

Pengundian berlangsung dan keluar nama Abdullah. banyak yang tidak rela sebab Abdullah merupakan pemuda yang disukai banyak orang. Hal itu, membuat Abdul Mutholib ragu. Ia pun mengikuti usulan para kabilah untuk mengundi kembali.  Mereka usul agar Abdul Muthalib mengundi lagi Abdullah dengan sepuluh unta. Namun, tetap saja keluar nama Abdullah.

Akhirnya setelah mengundi dengan seratus ekor unta, nama Abdullah tidak keluar. Seratus ekor unta disembelih dan dibagikan ke penduduk. Lalu, siapakah satu orang lagi yang dimaksud?

Dia adalah Ismail. Abdul Mutholib merupakan keturunan Ismail. Ismail hampir saja disembelih oleh ayahnya, Ibrahim. Kala Ibrahim diperintah oleh Allah melalui mimpinya, Ibrahim tak kuasa menolak. Namun, ketika hendak disembelih, Allah menggantinya dengan domba. Selamatlah Ismail.

Air itu bernama zam-zam

Ismail merupakan putra Nabi Ibrahim dari Hajar. Ia merupakan putra pertama Ibrahim karena istri pertamanya, Sarah adalah wanita mandul meskipun akhirnya Allah memberinya putra dengan kuasa-Nya. Ismail dan Hajar ditinggal oleh Ibrahim di sebuah lembah tandus lagi sunyi. Sedangkan Ibrahim melanjutkan apa yang diperintah Allah.

Hajar melanjutkan kehidupannya bersama Ismail kecil. Ia membuat kemah untuk rumah mereka. Siang hari mengumpulkan kayu untuk dibakar sebagai penghangat malam hari. Kehidupan terus berlanjut hingga Hajar kehabisan stok air. Ismail kecil menangis kehausan dan Hajar kebingungan bagaimana ia harus mendapat air di tempat tandus nan sunyi itu.

Naluri keibuan Hajar berkata harus melakukan sesuatu demi kehidupan buah hatinya. Ia berlari ke bukit Shafa, namun ia tak menemukan air. Kemudian ia balik ke tempat Ismail. Ia melihat bukit Marwah. Berlari dan mendaki bukit Marwah dengan cepat, namun tidak menemukan air juga. Kejadian itu berulang hingga akhirnya ia kembali ke Ismail dan melihat anaknya dngan tenang menggerakkan tangan dan kakinya hingga keluar mata air yang kelak orang-orang menyebutnya sumur Zamzam.

Suku Jurhum

Burung-burung mencium aroma air. Mereka berterbangan kian kemari di lembah dimana mata air keluar dari gerakan tangan dan kaki Ismail. Hal tersebut juga disadari oleh suku Juhrum. Mereka segera menuju ke lembah itu dan terkejut ketika melihat seorang wanita dan bayinya di sana.

Suku Juhrum adalah orang-orang baik. Ketika Hajar berkata kalau dia adalah istri Ibrahim, mereka ingin tinggal di lembah itu. Namun Hajar meminta mereka menunggu Ibrahim. Jika Ibrahim mengizinkan mereka, maka mereka boleh tinggal di lembah tersebut.

Sembari menanti kedatangan Ibrahim, mereka mendirikan tenda dan menggembalakan unta. Tak lupa mereka juga membangunkan tenda untuk Hajar dan Ismail. Hingga suatu hari datanglah Ibrahim. Kegembiraan luar biasa tergambar ketika Ibrahim melihat penampakan di tempat anak dan istrinya tinggal. Ia mengizinkan suku tersebut tinggal di lembah itu. Sebagai imbalannya, mereka memberikan domba yang amat banyak kepada Ismail. []

Diceritakan ulang dari buku “The Greatest Stories of Al-Qur’an” karya Syekh Kamal As Sayyid