Musabaqah TIlawatil Quran (MTQ) Nasional 2024 di Samarinda dan Prinsip Memperindah Bacaan Al-Quran

Musabaqah TIlawatil Quran (MTQ) Nasional 2024 di Samarinda dan Prinsip Memperindah Bacaan Al-Quran

Musabaqah TIlawatil Quran (MTQ) Nasional 2024 di Samarinda dan Prinsip Memperindah Bacaan Al-Quran

Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) merupakan ajang kompetisi bacaan Al-Qur’an yang sudah menjadi bagian dari budaya Islam di Indonesia. Lomba ini menekankan pentingnya bacaan Al-Qur’an yang baik, indah, dan sesuai dengan kaidah tajwid.

Dalam setiap penyelenggaraannya, MTQ selalu menjadi perhatian umat Islam, terutama karena perlombaan ini bukan sekadar ajang untuk memamerkan keindahan suara, tetapi juga untuk memperdalam pemahaman dan penghayatan terhadap bacaan Al-Qur’an.

Dengan MTQ Nasional ke 2024 di Samarinda yang telah dibuka penyelenggaraannya malam ini, masyarakat diharapkan dapat lebih memahami pentingnya memperbaiki bacaan Al-Qur’an, baik dalam kompetisi maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Pada MTQ, sering kali, keindahan bacaan menjadi sorotan, tetapi penting untuk diingat bahwa bacaan Al-Qur’an bukan hanya soal estetika melodi, melainkan juga menjaga keutuhan lafadz dan makna dari setiap ayat yang dibacakan. Inilah yang membedakan MTQ dengan ajang kompetisi lainnya, di mana aspek ketepatan pengucapan dan pemahaman terhadap Al-Qur’an sangat diutamakan.

Selain menjadi platform untuk menampilkan keindahan bacaan, MTQ juga mengingatkan kita akan pentingnya memperbaiki bacaan Al-Qur’an di luar konteks perlombaan. Bacaan Al-Qur’an yang benar dan indah merupakan salah satu cara untuk menghormati wahyu Allah serta menjaga pesan-Nya tetap murni. Di sinilah relevansi pandangan ulama klasik, seperti yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dalam karyanya al-Adzkar, menjadi penting sebagai pedoman dalam memperbaiki bacaan Al-Qur’an.

Kajian dari al-Adzkar an-Nawawi: Prinsip Memperindah Bacaan Al-Qur’an

Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar menekankan pentingnya memperindah suara ketika membaca Al-Qur’an. Ia menjelaskan bahwa memperindah bacaan adalah hal yang dianjurkan, namun harus tetap berada dalam batas-batas yang diperbolehkan.

ويستحبّ تحسين الصوت بالقراءة وتزيينها ما لم يخرج عن حدّ القراءة بالتمطيط، .

“Dianjurkan memperindah suara dalam membaca dan menghiasinya, selama tidak melewati batas bacaan dengan menambahkan atau mengurangi huruf-huruf.”

Dalam pandangan ini, keindahan bacaan sangat dihargai, tetapi jika dilakukan secara berlebihan hingga merusak makna asli atau menambah huruf yang seharusnya tidak ada, maka hal tersebut menjadi haram.

Lebih lanjut, Imam an-Nawawi juga menyoroti tentang membaca Al-Qur’an dengan lagu-lagu atau melodi. Menurutnya, penggunaan melodi dalam bacaan adalah sah-sah saja selama tidak berlebihan. Namun, jika melodi tersebut terlalu berlebihan hingga mengubah struktur bacaan atau menyembunyikan beberapa huruf, maka bacaan tersebut menjadi haram. Ini memberikan peringatan kepada para peserta MTQ untuk berhati-hati agar tidak fokus semata-mata pada aspek keindahan suara tanpa memperhatikan akurasi tajwid dan ketepatan bacaan.

Prinsip-prinsip ini sangat relevan dalam konteks MTQ, di mana peserta sering kali tergoda untuk menampilkan suara semerdu mungkin demi meraih nilai tinggi. Namun, penting untuk diingat bahwa keindahan suara harus tetap sejalan dengan ketepatan dalam membaca Al-Qur’an. Tajwid, sebagai ilmu yang mengatur cara pengucapan setiap huruf dalam Al-Qur’an, harus menjadi prioritas utama.

Mengaitkan Prinsip an-Nawawi dengan MTQ

Dalam kompetisi MTQ, peserta yang ingin memperindah bacaan Al-Qur’an mereka harus mengingat panduan yang diajarkan oleh Imam an-Nawawi. Memperindah suara dan melagukan ayat-ayat Al-Qur’an tidak dilarang, bahkan dianjurkan, selama tidak melanggar batas-batas yang diperbolehkan. Para peserta harus mampu menggabungkan keindahan suara dengan ketepatan bacaan, sehingga bacaan Al-Qur’an tetap memelihara maknanya tanpa ada kesalahan dalam pengucapan.

MTQ menyediakan kesempatan bagi umat Islam untuk menunjukkan keterampilan mereka dalam membaca Al-Qur’an, tetapi juga berfungsi sebagai pengingat bahwa keindahan bacaan tidak boleh mengorbankan kebenaran tajwid. Para juri dalam MTQ pun menilai tidak hanya dari aspek suara dan melodi, tetapi juga dari ketepatan bacaan menurut hukum tajwid. Inilah yang membuat MTQ menjadi salah satu ajang penting dalam melestarikan tradisi bacaan Al-Qur’an yang benar di Indonesia.

Refleksi: Menjaga Kualitas Bacaan Al-Qur’an

Memperbaiki bacaan Al-Qur’an bukan hanya penting dalam konteks perlombaan seperti MTQ, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari umat Islam. Prinsip yang dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar menjadi pedoman yang sangat relevan, di mana keindahan suara dan melodi harus selalu selaras dengan ketepatan bacaan. Dengan demikian, kita tidak hanya memperindah bacaan Al-Qur’an secara lahiriah, tetapi juga menjaga keutuhan pesan Allah.

MTQ, selain menjadi ajang kompetisi, juga mengingatkan kita akan pentingnya memperbaiki bacaan Al-Qur’an sebagai bentuk ibadah yang mendekatkan diri kepada Allah. Bacaan yang benar, indah, dan penuh penghayatan adalah cerminan kecintaan kita terhadap Al-Qur’an.

Untuk sebagai umat Islam, marilah kita terus belajar dan memperbaiki bacaan kita, agar bacaan Al-Qur’an yang kita lafalkan senantiasa sesuai dengan yang diajarkan oleh para ulama, menjaga kesucian dan makna yang terkandung dalam setiap ayatnya.