Definisi mukjizat adalah sesuatu yang luar biasa di luar kebiasaan pada umumnya dan tampak serta dimiliki oleh orang yang mengaku Nabi sebagai bukti atas pengakuannya untuk melemahkan orang-orang yang mengingkari kenabiannya.
Adapun hikmah dari perwujudan mukjizat para nabi yaitu sebagai bukti kebenaran atas pengakuannya, karena setiap pengakuan yang tidak disertai dengan pembuktian maka pengakuannya itu tidak diperdulikan atau diabaikan. Dan mukjizat itu sebagai pembeda antara Nabi yang asli dengan orang yang hanya mengaku nabi (nabi palsu).
Dalil aqli (tinjauan secara logika) Mukjizat sebagai bukti kebenaran atas kenabian seseorang, dan yang terutama dari mukjizat itu sendiri sebagai persetujuan dari Alalh Swt atas pengakuan para nabi sebagai utusan yang diperintahkan untuk menyampaikan risalah kenabiannya, yaitu salah satu perumpamaannya sebagai berikut:
Ada seorang juru bicara dari seorang raja untuk menyampaikan pesan kepada rakyatnya, ia berdiri diantara raja yang duduk di atas singgasananya dan sekumpulan rakyat yang menunggu titah dari seorang raja.
Sebelum ia menyampaikan pesan dari raja kepada rakyatnya, untuk meyakinkan keberadaan posisinya sebagai jubir, juga meyakinkan kepada rakyat yang hadir atas kebenaran pesan yang disampaikannya, maka ia berkata kepada rajanya;
“Wahai Bagindaku yang agung, dengan penglihatanmu dan pendengaranmu atas apa yang akan aku lakukan dan aku ucapkan ini atas perintahmu, maka yakinkan rakyatmu dengan tindakanmu yang tidak pernah engkau lakukan di hadapan rakyatmu, yaitu bangkit berdiri dari singgasanmu dan duduk kembali lalu engkau mengulangnya secara terus menerus sebanyak tiga kali.”
Lalu raja tersebut melakukan atas apa yang diminta oleh jubirnya, maka perbuatan raja itu sudah merepresentasikan bahkan lebih kuat posisinya dari ucapan “aku membenarkan apa yang diucapkan dari jubirku ini”.
Begitu pula mukjizat yang diminta oleh para nabi kepada Allah Swt sebagai bukti kenabiannya dihadapan para umatnya. Maka posisi mukjizat itu juga sama halnya dengan firman Allah Swt atau bahkan lebih kuat posisinya dari pada firman-Nya secara langsung; “benar apa yang disampaikan oleh nabi_ku ini, bahwa ia utusan-Ku untuk menyampaikan risalah-Ku kepada kalian.”