Menjelajahi Islam Persia

Menjelajahi Islam Persia

Menjelajahi situs dan kota-kota di Iran seakan menjadi momentum kilas balik sejarah peradaban Persia.

Menjelajahi Islam Persia

Menjelajahi situs dan kota-kota di Iran seakan menjadi momentum kilas balik sejarah peradaban Persia. Iran merupakan negeri yang mewarisi peradaban Persia sebagai, yang bersebelahan dengan negeri Irak dengan tradisi Babilonia. Sebagai negeri ini sistem Republik Islam, dengan referensi keagamaan kepada Mullah, Iran hadir sebagai negeri kokoh dengan romantisme sejarah yang kaya.

Perjalanan Afifah mengunjungi negeri situs-situs penting, desa-desa kuno dan makam-makam tua di Iran menjadi perjalanan sejarah yang memancing rasa ingin tahu. Lewat buku ini, Afifah Ahmad berbagi kisah dan rasa tentang peradaban Persia yang penting untuk disinggahi. Buku ini terdiri dari 29 esai yang ditulis dalam empat bagian tema: Peninggalan Bersejarah, Mausoleum Penyair-Ilmuan, Desa-Alam Persia dan Perjalanan Religi. Afifah menjelajahi peradaban Persia melewati lorong-lorong sejarah di Bundaran Isfahan, Rudkhan Castle, Persepsiolis, Bazar Tabriz, Rumah Klasik Kashan dan situs Bagh-e Ferdows.

Dalam perjalanannya, Afifah mengunjungi Kashan untuk menikmati rumah-rumah tradisional di kota ini. Dalam catatan Afifah, rumah-rumah tradisional Kashan sebagian besar berada dalam satu kompleks, menempati gang-gang tua. Suara deru mobil dan bisingnya kota tidak sampai ke tempat ini. Berjalan di antara lorong-lorong dengan pintu dan jendela klasik, membuat saya merasa terlempar ke masa kejayaan Dinasti Qajar. Bangunan artistik ini terselip di antara pemukiman sederhana penduduk.

Dari luar, rumah-rumah yang dibangun pada abad ke-18 sampai ke-19 ini, terlihat sangat biasa. Dahulu, saya sering mengomentari rumah-rumah di Iran yang tidak terawat luarnya. Ternyata, itulah salah satu karakteristik bangunan tradisional di Iran. Konsentrasi desain terpusat pada ruangan dalam, seolah memberikan pesan agar manusia lebih mengutamakan inner beauty ketimbang penampilan luar. Setiap bangunan klasik Kashan memiliki ciri khas tersendiri, tetapi secara umum mengembangkan pola arsitektur yang hampir mirip, yaitu perpaduan gaya Persia lama dan Islam (hal.60).

Situs penyair

Iran juga menjadi rumah terakhir bagi penyair dan filsuf besar. Penyair Omar Khayyam, Ferdowsi, Hafiz, Saadi, Mulla Sadra dan beberapa ilmuan lain. Perjalanan Afifah mengunjungi makam-makam kuno penyair dan filsuf adalah ziarah keilmuan untuk mencecap makna di balik puisi dan kalimat bijak sang penyair.

Dalam catatan perjalanannya ke rumah abadi Khayyam, Afifah menjejakkan kaki dengan seolah berpuisi. “Suatu hari, semasa hidupnya, Khayyam pernah berangan-angan. Saat meninggal kelak, ia ingin makamnya berada di suatu tempat yang bila musim semi tiba menjadi tempat kuncup-kuncup bunga berguguran. Hosshang, sang arsitektur bangunan, ratusan tahun kemudian mewujudkan mimpi itu. Ia membangun makam Khayyam tepat di bawah pohon peach. Konon, bila musim semi tiba, bunga-bunga pohon itu akan memenuhi pusaranya” (hal. 107).

Selain menziarahi Khayyam, Afifah juga mengunjungi Mauseloum Ferdowsi. Afifah mengenang Ferdowsi karena figur ini sangat penting dalam sejarah Iran. “Kompleks makam ini seperti sedang berbenah. Gundukan pasir, besi-besi panjang, batu-bata, dan truk-truk bangunan terlihat di pintu masuk. Mauseloum ini pertama dibangun seratus tahun setelah kepergian sang penyair, sekitar abad ke-12. Namun, bentuknya masih sangat sederhana. Makam Ferdowsi terus mengalami pemugaran hingga puncaknya akhir Perang Dunia I, seiring menggeliatnya semangat nasionalisme. Pada 1968, kembali dilakukan penyempurnaan hingga hari in (hal. 117).

Selanjutnya, Afifah dengan lincah menulis suasana pasar-pasar kuno di penjuru Iran. Suasana desa-desa kuno yang eksotik menjadi bagian dari penjelajahan Afifah Ahmad, untuk memungut kembali remah sejarah peradaban Persia. Iran menjadi oase sejarah tentang peradaban agung, yang menjadi referensi peradaban dunia.

Dalam renungan selama penjelajahan, Afifah seolah menjadi pejalan jauh yang mencoba menzirahi lokasi-lokasi eksotik untuk mencerap obat rindu. “Seperti Marcopolo, saya pernah berada dekat dengan titik terpanas di dunia. meskipun saat itu musim dingin, saya merasakan betapa langit sangat cerah dan matahari bersinar terang. Orang-orang kota itu berlindung di balik rumah-rumah bata yang eksotis sambil merancang teknologi pendingin paling tua. Sebagaimana Ibnu Batutah yang memuji kota Shiraz sebagai taman indah tempat penyair berkumpul, Tuhan pun menakdirkan saya singgah dan berlama-lama menikmati rumah terakhir para penyair yang berada di taman-taman indah”, demikian tulis Afifah Ahmad.

Ya, menjelajahi kota-kota di Iran adalah menziarahi kembali peradaban agung Persia.

______________________________________________

Judul Buku     : The Road to Persia: Menelusuri Keindahan Iran yang Belum Terungkap

Penulis            : Afifah Ahmad

Penerbit         : Penerbit Bunyan, Yogyakarta

Cetakan          : 2013

Tebal              : xiv + 216 hal.

 

Ikuti diskusi tentang riset keislaman di @MoenawirAziz