Menghadapi Musibah dengan Optimis dan Berbaik Sangka Kepada Allah, Ini Hikmahnya

Menghadapi Musibah dengan Optimis dan Berbaik Sangka Kepada Allah, Ini Hikmahnya

Menghadapi Musibah dengan Optimis dan Berbaik Sangka Kepada Allah, Ini Hikmahnya

Al-Qur’an dan sunnah adalah sumber hukum Islam. Rasulullah SAW telah menjelaskan segala apa yang diturunkan kepadanya berupa Alquran dan sunnah Nabi untuk kebaikan umat manusia dan sebagai pegangan bagi kehidupan dunia dan akhirat. Islam memerintahkan setiap perkara yang membawa kebaikan bagi setiap muslim pada badan, akal, agama, harta, kesehatan, maupun lainnya.

Kemajuan IPTEK dengan segala ragamnya ternyata tidak berhasil mengangkat harkat dan martabat manusia secara hakiki. Yang terjadi justru sebaliknya, banyak terjadi kegelisahan-kegelisahan dan tidak bermaknanya kehidupan serta hampanya nilai spiritual. Ditengah bencana wabah yang sedang melanda dunia ini tidak jarang banyak orang yang frustasi dan terkesan berputus asa dan tidak jarang menyalahkan pihak lain bahkan menyalahkan Sang Pencipta. Namun, kita sebagai manusia yang beriman kita wajib optimis dan selalu berbaik sangka kepada Allah.

Optimistis adalah suatu sikap yang selalu berpengharapan (berpandangan) baik dalam menghadapi segala hal. Optimis adalah lawan kata dari putus asa. Putus asa timbul karena tiada kemauan hati dan raga untuk mencari dan meyakini rahmat Allah. Sikap optimistis merupakan kebutuhan pokok yang sangat diperlukan oleh orang yang menempuh jalan Allah, yang seandainya dia meninggalkannya walaupun sekejap, maka akan luput.

Optimisme timbul dari rasa gembira dengan kemurahan Allah dan karunia-Nya serta perasaan lega menanti kemurahan dan anugerah-Nya karena percaya akan kemurahan Tuhannya. Orang yang mempunyai sikap optimistis ialah orang yang mempunyai kelestarian dalam menjalankan ketaatan dan menegakkan semua yang dituntut oleh keimanannya. Dia berharap agar Allah tidak memalingkannya, menerima amalnya, dan tidak menolaknya, serta melipatgandakan pahala-Nya.

Allah SWT berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ تَتَنَزَّلُ عَلَيۡهِمُ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ أَلَّا تَخَافُواْ وَلَا تَحۡزَنُواْ وَأَبۡشِرُواْ بِٱلۡجَنَّةِ ٱلَّتِي كُنتُمۡ تُوعَدُونَ

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. (QS: Fushshilat  ayat 30)

orang yang optimistis itu ingin mencari kebaikan dan ingin terhindar dari keburukan, sementara tiada yang dapat mendatangkan kebaikan, kecuali hanya Allah dan tiada yang dapat melenyapkan keburukan. Allah berfirman dalam Surat Yunus ayat 107:

َإِن يَمۡسَسۡكَ ٱللَّهُ بِضُرّٖ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَۖ وَإِن يُرِدۡكَ بِخَيۡرٖ فَلَا رَآدَّ لِفَضۡلِهِۦۚ يُصِيبُ بِهِۦ مَن يَشَآءُ مِنۡ عِبَادِهِۦۚ وَهُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ

Artinya:

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS: Yunus ayat 107)

Sebaliknya orang yang bersikap pesimis sering kali merasa bimbang apabila menghadapi permasalahan hidup, terkadang kebimbangan itu menjadi sebuah kekhawatiran yang mendalam yang akhirnya berujung kepada sikap tidak percaya diri, mudah menyalahkan sesuatu termasuk dalam menghadapi wabah penyikit ataupu musibah.

Putus asa adalah sikap tercela dan dibenci Allah. Manusia diberikan cobaan oleh Allah sesuai dengan  kemampuan yang dimilikinya. Realitas di lingkungan masyarakat, bahkan individu masing-masing banyak terpengaruh dengan perkataan yang bernada pesimis, mudah  mengeluh, tidak sabar, dan menganggap semua yang terjadi adalah kesialan. Padahal melalui ucapan bernada mengeluh adalah  awal dari pesimisme. Betapa  pentingnya  ucapan yang baik sehingga  mempengaruhi orang lain untuk selalu berkata baik dan berpikiran positif.

Kata atau perkataan, tidak hanya memiliki suatu  arti atau makna, melainkan juga  sering membangkitkan kekuatan tertentu atau malah sebaliknya. Kekuatan kata-kata (the power of words) kerap digunakan untuk memotivasi, baik memotivasi diri sendiri maupun orang lain. Sesuai dengan hadis yang menggambarkan optimisme dalam bentuk ucapan. Rasulullah bersabda, Tidak ada ramalan nasib sial. dan yang terbaiknya adalah optimisme.” Ada yang bertanya. “Wahai Rasulullah, apa itu optimisme?” Beliau menjawab, “Yaitu kalimat baik yang didengar oleh salah seorang kalian.” (HR: Muslim)

Hadis tersebut menunjukkan betapa dahsyatnya perkataan yang penuh harapan dan motivasi  dapat membangkitkan kepercayaan diri dan selalu positive thinking. Lain halnya, dengan orang  yang pesimis akan mengeluarkan kata-kata yang tidak baik dan selalu mengeluh. Berdasarkan sabda Nabi SAW yang terbaik adalah bersikap optimis. Sikap optimis sangat membantu dalam menghadapi kesulitan atau permasalahan yang dihadapi baik dalam bentuk wabah virus seperti sekarang maupun musibah dan bencana lainnya.

sikap optimis dan berbaik sangka kepada Allah SWT merupakan perkara yang layak menjadi perhatian khusus bagi seorang mukmin yang harus terus dirawat dan dijaga. Karena cara bersikap semacam itu akan membantu dirinya untuk terus berkarya dan meraih kesuksesan yang ada dihadapannya. Seseorang yang optimis akan mempunyai harapan tinggi untuk meraih masa depan indah yang lebih baik dari keadaanya sekarang. Termasuk dalam menghadapai wabah virus ataupun bencana yang sedang melanda. Orang yang optimis akan memaksimalkan usaha lahir dan batin untuk melewati masa sulit yang sedang menimpanya. Demi tercapainya cita-cita, perbaikan serta keselamatan dari musibah dan bencana.

Imam al-Marwadi menjelaskan, “Optimisme akan menguatkan kemauan, melahirkan kekuatan, dan mendorong untuk memperoleh apa yang diinginkan. Dimana Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam juga begitu optimis didalam ekspedisi maupun peperangannya. Dan yang dimaksud dengan optimis ialah seorang mukmin berlapang dada, berprasangka baik serta mengharapkan bernasib baik” Nabi Muhammad SAW pernah diisolir, disakiti bahkan dikeluarkan dari negerinya, kekasihnya terbunuh, enam putranya meninggal dunia, namun, dengan itu semua beliau tetap optimis.

Dijelaskan dalam sebuah hadis yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, beliau berkata, Nabi Muhammad SAW bersabda:

“Sangat menakjubkan diriku pengharapan nasib baik dari sebuah ucapan yang bagus”. (HR: Bukhari no: 5756. Muslim no: 2224.)

Nabi Muhammad SAW menyukai sikap optimis karena didalamnya terkandung pengharapan pada kebaikan serta manfaat yang ada dibaliknya. Sedang berharap memperoleh kebaikan itu lebih utama bagi seseorang dari pada pesimis dan menganggap sudah putus harapannya”. Dan tafa’ul (optimisme) ialah dengan berprasangka baik kepada Allah. Seorang mukmin diperintah agar senantiasa berprasangka baik kepada Allah ta’ala pada tiap keadaan. Di mana Nabi Muhammad SAW telah membimbing umatnya agar selalu memiliki prasangka baik kepada Allah.

Sikap optimis dan berbaik sangka kepada Allah adalah tumbuhnya semangat untuk menghadapi hidup menerima dan mengatasi musibah atau wabah bencan dengan lapang dada dan tidak mudah menyalahkan yang lain. Di antara faedah bersikap optimis dan berbaik sangka kepada Allah adalah, Pertama; Membawa kebahagian dan kesenangan di dalam hati. Sebaliknya akan menghilangkan kesedihan dan kegundahan. Kedua; Akan menguatkan kemauan, mendorong meraih cita-cita dan menumbuhkan kesungguhan dalam berkarya. Ketiga; Mengikuti sunah Nabi Muhammad SAW di mana beliau sangat menganjurkan untuk bersikap optimis.