
Perjalanan bukan sekadar perpindahan fisik dari satu tempat ke tempat lain. Dalam Islam, bepergian juga merupakan momentum untuk introspeksi, doa, serta persiapan spiritual. Imam An-Nawawi dalam Al-Adzkar menekankan pentingnya kesiapan sebelum melakukan perjalanan, baik dari segi ibadah, etika, maupun pengetahuan tentang tempat yang dituju.
Sebelum berangkat, seseorang dianjurkan untuk mempersiapkan berbagai hal yang berkaitan dengan aturan dan norma di tempat tujuan. Salah satu hal mendasar yang perlu dilakukan adalah menuliskan wasiat serta meminta kehalalan dari orang-orang yang pernah memiliki hubungan dengannya, baik dalam urusan muamalah maupun pergaulan.
Selanjutnya adalah menyelesaikan hak-hak yang masih menjadi tanggungan. Misalnya kamu masih memiliki tanggungan pekerjaan, maka sebaiknya diselesaikan sebelum berangkat. Agar perjalananmu lebih nyaman tanpa dikejar-kejar kerjaan.
Imam an-Nawawi juga menjelaskan bahwa bertobat dan memohon ampunan kepada Allah adalah amalan penting yang harus dilakukan sebelum berangkat. Setiap perjalanan merupakan kesempatan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, sehingga seorang Muslim dianjurkan untuk membersihkan hati dari dosa-dosa sebelum meninggalkan tempat tinggalnya.
Selain aspek spiritual, memohon restu dan doa dari orang tua, guru, serta kerabat juga menjadi bagian dari etika perjalanan yang dianjurkan. Doa dan restu dari mereka diyakini akan membawa keberkahan dan kelancaran selama dalam perjalanan. Makanya, saat bepergian, jangan sampai ngumpet, atau tidak pamitan kepada keluarga. Dikhawatirkan terjadi sesuatu dan malah membuat keluarga khawatir.
Tidak kalah penting, menurut an-Nawawi, seseorang yang akan bepergian sebaiknya mempelajari ilmu yang relevan dengan tujuan perjalanannya.
وليجتهدْ على تعلّم ما يحتاج إليه في سفره.
Sebaiknya, seorang yang akan traveling berusaha untuk belajar segala pengetahuan yang diperlukan untuk perjalanannya.
Jika seseorang hendak melaksanakan haji atau umrah, maka memahami manasiknya sebelum berangkat menjadi suatu keharusan. Begitu pula bagi mereka yang bepergian untuk berdagang, hendaknya mengetahui hukum jual beli agar tidak terjebak dalam transaksi yang dilarang. Seseorang yang bertugas sebagai utusan atau duta pun perlu memahami etika komunikasi dan diplomasi yang berlaku dalam interaksi dengan pihak lain.
Selain memahami aturan agama dan aspek teknis perjalanan, seorang Muslim juga dianjurkan untuk mengenali adat istiadat, hukum, serta norma sosial di tempat tujuan. Dengan memahami nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat, seseorang dapat lebih berhati-hati dalam bersikap agar tidak melakukan hal yang bertentangan dengan kebiasaan yang berlaku di sana.
Persiapan ini juga mencakup hal-hal praktis, seperti memastikan dokumen perjalanan dalam kondisi lengkap, membawa bekal ilmu yang diperlukan, serta memahami regulasi mengenai barang yang boleh dan tidak boleh dibawa ke tempat tujuan. Sementara itu, ada pula beberapa hal yang perlu dihindari selama perjalanan. Mengabaikan hak orang lain, melalaikan ibadah, bersikap sembarangan dalam berpakaian dan bertindak, serta tidak menghormati warga lokal. Mengapa ini penting diperhatikan? Karena dapat menimbulkan masalah dan mencoreng citra diri sebagai seorang Muslim.
Persiapan yang matang sebelum bepergian bukan hanya akan membuat perjalanan menjadi lebih nyaman, tetapi juga menjadikannya bernilai ibadah. Dengan menjaga adab dan memenuhi hak-hak yang harus ditunaikan sebelum berangkat, seorang Muslim dapat menjalani perjalanannya dengan penuh keberkahan. Semoga setiap perjalanan yang kita lakukan selalu berada dalam lindungan dan ridha-Nya. Aamiin.
Wallahu a’lam.
(AN)