Dalam sepanjang sejarah intelektual Islam telah banyak bermunculan sarjana-sarjana muslim kenamaan yang memiliki kontribusi penting baik di masanya maupun di era setelahnya. Munculnya sarjana-sarjana besar dalam bidang fikih madzhab Syafii misalnya, di samping mereka menulis sejumlah karya yang merespon zamannya, mereka juga secara tidak langsung mengembangkan dan melanggengkan madzhab yang didirikan Imam Syafii tersebut.
Tulisan ini akan mencoba mengulas para sarjana muslim yang secara fikih menganut madzhab Imam Syafii alias tokoh Syafiiyyah.
Di antara periwayat madzhab qadim (pendapat Imam Syafii sebelum hijrah ke Mesir) yang terpenting adalah imam Ahmad ibn Hanbal, Abu Tsaur, Az Za’farani dan al-Karabisyi. Sedangkan murid-murid Asy-Syafi’i yang meriwayatkan madzhab Jadid (pendapat Imam Syafii pasca hijrah) adalah al-Muzani, al-Buwaithi, Robi’ al-Muradi, Harmalah, ar-Rabi’ al-Jizi, Yunus ibn Abdul A’la yang diberi julukan oleh imam Asy Syafi’i dengan sebutan periwayat madzhab. Semua imam-imam ini wafat di abad ketiga Hijriyah.
Pada abad selanjutnya, abad keempat Hijriyah, di antara yang paling menonjol di abad ini adalah Imam Ibn Suraij, Al-Qaffal Kabir Asy-Syasyi, Abu Hamid al-Isfiraini, al-Ushtukhri, al-Marwazi, Ibn Abi Khurairah dan Abi al-Qash.
Sedangkan pembesar madzhab Syafii di abad Kelima di antaranya adalah Imam al-Mawardi, Abu Ishaq as-Syairazi, Abu Muhammad al-Juwaini dan putranya (Imam al-Haramain), al-Baihaqi, al-Bandaniji, al-Mahamili, al- Qaffal Shagir al-Marwazi, al-Qodhi Husain, al-Furani al-Mas’udi, Ibn as Shabagh dan al-Mutawalli.
Di abad ke enam ada Abu Hamid al-Ghazali. Ulama besar penulis Ihya’ Ulumuddin yang bergelar hujjatul islam, Asy-Syasyi, Al-Baghawi, dan al Umrani.
Lalu di abad ke tujuh ada Ibn Shalah, al-Qazwini, Izzudin Ibn Abd Salam, dua imam besar madzhab Syafii yaitu an Nawawi dan ar Rofi’i, Ibn al Farkah, dan Ibn Daqiq ‘Id.
Di abad ke delapan ada Ibn Rif’ah, Taqyudin as-Subki, al-Qamuli, al Isnawi, al-Adzra’i, al-Bulqini, Ibn al Mulqin, ibn Naqib, asy-Syarf al-Barizi, dan al-Muhib Ath-Thabari.
Di abad ke Sembilan ada Al-Wali Al-Iraqi, Taqyudin al-Hishni, Asy Syihab Ibn Ruslan (penyusun nadzam Zubad), Ibn Qadli Syuhbah, Ibn al Muzajad, Ad-Darimi, Abdullah ibn Abdurrahman dan yang lainnya.
Selanjutnya di abad kesepuluh ada Imam Jalaludin As-Suyuthi, Syaikhul Islam Zakariya Al-Anshori, Al-Khatib Asy-Syiribni, asy-Syihab Ar-Ramli dan putranya (Asyamsyu Ramli), Ibn Hajar al-Haitami, Abdullah ibn Umar Ba Makhramah, Ibn Qasim al-Ubadi, Ba Qusyairin, dan ibn Ziyyad.
Di abad sebelas ada al Burhan Al-Birmawi, Ali Asy-Syibromalusi, Ar-Rosyidi dan yang lainnya. Dan di abad ke dua belas ada Muhammad ibn Sulaiman al Kurdi (pakar fiqh Hijaz), Sulaiman al Jamal dan yang lainnya.
Kemudian di abad tiga belas ada Al-Bajuri, Asy-Syarqawi, al Bujairami, Abdullah Ibn Husain Bal Faqih, Abdullah Ibn Ahmad Ba Sudan, Sa’id Ibn Muhammad Ba ‘Asyin, Abdurrahman Ibn Sulaiman al-Ahdal, Ali Bashirin dan yang lainnya.
Di abad empat belas ada Sayyid Alawi ibn Ahmad As-Saqaf, Ahmad Ibn Zaini Dahlan, Bakri Syatho, Abdurahman al-Masyhur, Abu BakarIbn Abdurahman ibn Syibah, abu Bakar Ibn Ahmad al Khatib, Abdullah Bajamah, Abdullah Ibn Umar Asy-Syathiri, Ahmad Ibn Umar Asy-Syathiri, Abdurahman Ibn Abdullah As-Saqaf, Muhammad Ibn Hadi as-Saqaf, Muhammad ibn Salim Ibn Hafidz, dan yang lainnya.
Secara umum, para ulama yang disebutkan dari generasi-generasi awal munculnya madzhab Syafii hingga abad ke empat belas ini memiliki karya-karya fikih yang menjadi rujukan fikih Syafii di masanya maupun di masa setelahnya.