Mengapa Kita Harus Bertaubat? Begini Nasehat Ibrahim bin Adham

Mengapa Kita Harus Bertaubat? Begini Nasehat Ibrahim bin Adham

Mengapa Kita Harus Bertaubat? Begini Nasehat Ibrahim bin Adham

Bertaubat atas dosa-dosa yang pernah kita lakukan sangatlah tidak mudah. Malah kadang kita menikmati perbuatan dosa dan maksiat tanpa merasa perlu untuk segera menyesalinya. Kita kadang sering merasa bersalah saat melakukan dosa, meski demikian kita juga seakan tak punya kuasa untuk bertaubat dan mengakhirinya. Jika kondisi kita demikian, maka sebaiknya kita merenungi nasehat Ibrahim bin Adham ini agar kita bisa berhenti melakukan maksiat kepada Allah.

Suatu hari, ada seorang laki-laki yang menemui Ibrahim bin Adham. Dia datang untuk berkonsultasi tentang kondisi dirinya yang tidak pernah mau berhenti bermaksiat. “Wahai Aba Ishak, selama ini aku gemar bermaksiat. Karena itu, tolong berikan aku nasihat.”

Setelah mendengar permintaan orang tersebut, Ibrahim berkata, “Jika kamu mau menerima lima nasehat dan mampu melaksanakannya, maka boleh kamu terus melakukan maksiat.”

Laki-laki tersebut bertanya, “Apakah nasehat-nasehat itu, wahai Aba Ishak?.”

Ibrahim bin Adham berkata, “Nasehat pertama, jika kamu bermaksiat kepada Allah SAW, maka jangan memakan rezeki-Nya.”

Mendengar hal itu, dia mengerutkan keningnya seraya berkata, “Lantas dari mana aku mau makan?. Bukankah semua yang ada di bumi ini rezeki Allah?.”

“Ya,” jawab Ibrahim bin Adham dengan tegas. “Kalau kamu sudah memahaminya, masih mampukah kamu memakan rezekinya, sedangkan kamu selalu berkeinginan melanggar larangan-Nya?.”

“Yang kedua,” lanjut Ibrahim, “kalau mau bermaksiat, jangan tinggal di bumi-Nya.”

Kata-kata ini membuat laki-laki itu heran. Kemudian Ibrahim kembali melanjutkan, “Wahai Abdullah, pikirkanlah, apakah kamu layak memakan rezeki-Nya dan tinggal di bumi-Nya, sedangkan kamu melanggar segala larangan-Nya?.”

“Iya, anda benar,” respon laki-laki itu. Kemudian dia menanyakan nasehat ketiga. Ibrahim menjawab, “Kalau kamu masih mau bermaksiat, carilah tempat tersembunyi yang tidak dapat terlihat oleh-Nya.”

Lelaki itu kembali heran dan berkata, “Wahai Ibrahim, ini nasihat seperti apa?. Mana mungkin Allah tidak melihat kita?.”

“Ya, kalau memang kamu tahu demikian, apakah kamu masih berkeinginan melakukan maksiat?,” kata Ibrahim. Laki-laki kemudian minta nasehat keempat. Ibrahim melanjutkan, “Kalau malaikat maut datang hendak mencabut rohmu, katakanlah kepadanya, ‘Ketepikan kematianku dulu. Aku masih mau bertaubat dan melakukan amal soleh.’”

Kemudian laki-laki itu segera berucap, “Wahai Ibrahim, mana mungkin malaikat maut akan memenuhi permintaanku?.”

“Wahai Abdullah, kalau kamu sudah meyakini bahwa kamu tidak boleh menunda dan mengundurkan datangnya kematianmu, lalu bagaimana engkau boleh lari dari kemurkaan Allah?.”

“Baiklah, apa nasehat yang kelima?.” Ibrahim pun menjawab, “Wahai Abdullah, kalau malaikat Zabaniyah datang hendak mengiringmu ke api neraka di hari kiamat nanti, jangan engkau ikut bersamanya.” Nasehat tersebut membuat laki-laki itu tersadar. Kemudian dia berkata, “Wahai Aba Ishak, sudah pasti malaikat itu tidak membiarkan aku menolak kehendaknya.”

Laki-laki itu tidak tahan lagi mendengar perkataan Ibrahim bin Adham. Dalam keadaan bercucuran air mata, dia berujar, “Mulai saat ini aku bertaubat kepada Allah.”