Mengapa Islam Disebut Agama Kemanusiaan?

Mengapa Islam Disebut Agama Kemanusiaan?

Mengapa Islam Disebut Agama Kemanusiaan?

Imam al-Nawawi al-Jawi dalam kitabnya Nashaih al-Ibad menegaskan bahwa semua tuntutan Tuhan, baik perintah maupun larangan, tujuan utamanya ada dua. Pertama untuk mengagungkan Tuhan yang Esa. Kedua untuk menumbuhkan belas kasih di antara sesama makhluk.

Untuk memperkuat pernyataan di atas, al-Nawawi mengutip salah satu  firman Allah surat al-Baqarah ayat 43; Artinya; “Dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”.

Perintah mendirikan shalat hampir selalu menyatu dengan perintah mengeluarkan zakat di dalam al-Qur’an. Shalat dilaksanakan dalam rangka mengagungkan Allah, sedangkan zakat untuk merekatkan keutuhan relasi antar sesama manusia satu dengan lainnya.

Islam dihadirkan ke dunia sebagai rahmat untuk semuanya. Perbuatan destruktif dalam bentuk apa pun, dengan alasan apa pun, kepada siapa pun, tidak memiliki justifikasinya dalam islam.

Setelah perang Uhud, Nabi Saw pernah diminta salah satu sahabatnya agar mendoakan kebinasaan terhadap kaum musyrik yang memerangi beliau. Respon Nabi Saw sungguh diluar nalar manusia biasa. Beliau bersabda; “Saya diutus bukan untuk mencela melainkan sebagai rahmat”.

Inilah akhlak Nabi Saw sebagai representasi dari Islam. Pada saat disakiti sekalipun, Nabi Saw tetap memastikan semua orang selamat, baik dari celaan dan bentuk akhlak negatif lainnya. Banyak riwayat yang mengisahkan Nabi Saw disakiti, dipukuli, dilempari batu dan kotoran hewan, namun Nabi Saw tetap menunjukan akhlak yang mulia.

Suatu ketika orang yang setiap hari melempari Nabi Saw sakit, yang pertama kali menjenguknya justru Nabi Saw. Melalui akhlak mulia inilah, orang tersebut menyatakan diri masuk islam.

Ada banyak kisah tauladan agung yang dicontohkan Nabi Saw untuk bisa dijadikan cermin bagaimana seharusnya berislam. Sebagaimana arti islam itu sendiri, yaitu al-Salam, berislam harus bisa bertanggung jawab terhadap terciptanya keselamatan serta kedamaian untuk semua makhluk Tuhan, terutama untuk sesama manusia.

Pada saat melaksanakan haji Wada’ di penghujung hayatnya, Nabi Saw mengumpulkan para sahabat yang hadir pada waktu itu dan Nabi Saw berpidato menyampaikan beberapa pesan, di antaranya pesan tanggung jawab kemanusiaan, “Sesungguhnya darah, harta benda dan kehormatan kalian dihormati sebagaimana terhormatnya hari kalian sekarang, di bulan dan negeri kalian ini”.

Andai pesan Nabi Saw ini dilaksanakan semua umatnya, sungguh betapa tentram dan damai kehiduapan berislam ini. Semua akan selamat, baik nyawa, harta benda maupun kehormatan diri.

Sehingga tidak ada orang lain yang khawatir dengan adanya Islam. Bahkan ketika berjihad pun bukan mendahulukan jihad dengan pedang, tetapi berjihad dengan akhlak yang mulia dengan niat mencari ridha Allah dan kedamaian untuk orang lain.

Sebagai umatnya, kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mewujudkan pesan kemanusiaan Nabi Saw ini. Hal ini tidak lain supaya kita betul-betul diakui sebagai umatnya dan pula diakui sebagai muslim sejati. Karena kata Nabi Saw, “Muslim sejati ialah orang yang menyelamatkan orang lain dari bahaya lisan dan tangannya”.