Doa dalam pandangan Quraish Shihab adalah permohonan dari seseorang yang mempunyai kedudukan dan kemampuan lebih rendah (manusia) kepada Dzat yang lebih tinggi (Allah Swt).
Adapun doa dalam pandangan Wahbah Zuhaily adalah meminta kemanfaatan dan menolak kemadaratan. Akan tetapi, dalam pandangan Toshihiko Izutsu doa bukanlah sekedar permohonan atau permintaan dari manusia terhadap Tuhannya.
Lebih dari itu, doa adalah bentuk komunikasi verbal yang terjadi antara Tuhan dan manusia. Hubungan antara keduanya pun tidak bersifat sepihak, walaupun terkadang manusia akan mengambil inisiatif dan berusaha melakukan komunikasi dengan Tuhan melalui isyarat bahasa.
Di dalam komunikasi di antara keduanya, tercermin bukti ketundukan manusia kepada Tuhan serta pengakuan atas kelemahan dan juga ketidakberdayaan manusia di hadapan Tuhan. Selain itu, terdapat juga suatu keharuan, rasa penyesalan, harapan, keinginan, serta kepasrahan yang dilakukan secara totalitas dari orang yang berdoa kepada Tuhan. Allah swt memerintahkan kepada manusia untuk senantiasa berdoa, sebagaimana firman-Nya:
وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ (٦٠)
“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam Keadaan hina dina“. (Q.S Al-Mu’min [40]: 60).
Secara tidak langsung, ayat tersebut mengisyaratkan betapa pentingnya berdoa. Pertanyaannya kemudian, mengapa berdoa itu menjadi penting? Karena doa merupakan salah satu perintah Allah SWT, sekaligus ancaman bagi orang-orang yang sombong, termasuk di dalamnya adalah orang-orang yang tidak mau berdoa kepada Allah SWT.
Dengan kata lain, orang yang banyak berdoa maka akan mulia, sebaliknya orang yang enggan berdoa maka akan menjadi hina dina. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Imam Al-Hakim:
ليس شيئ اكرم على الله عز وجل من الدعاء في الرخاء
“Tidak ada sesuatu yang paling mulia dalam pandangan Allah Swt, selain dari “berdoa” kepada-Nya, sedang kita dalam keadaan lapang”
Hal senada juga diungkapkan oleh Alexis Carell, seorang ilmuan Prancis, pemenang dua hadiah Nobel dalam bidang kedokteran. Menurutnya, doa adalah pusaka yang selalu menyertai orang yang berdoa di manapun ia berada.
Di samping itu, mengabaikan doa adalah pertanda kehancuran suatu bangsa. Masyarakat yang mengabaikan doa adalah masyarakat yang berada di ambang kemunduran dan kehancuran. Masyarakat Roma misalnya, adalah bangsa yang agung namun secepat mereka mengabaikan doa maka secepat itu pula kehinaan dan kelemahan menimpa mereka.
Alasan lain tentang mengapa berdoa itu menjadi penting adalah karena doa mempunyai faidah yang sangat banyak, sebagaimana ungkapan Imam Al-Ghazali. Menurutnya, walaupun doa tidak dapat menolak qadha namun doa dapat melahirkan sikap khudhu’ dan hajat kepada Allah Swt. Apalagi jika diingat bahwa menolak bala dengan doa termasuk qadha Allah SWT juga.
Bahkan, doa menjadi salah satu sebab bagi tertolaknya suatu bencana. Laksana perisai yang menjadi sebab untuk menangkis senjata dan laksana air yang menjadi sebab keluarnya tumbuh-tumbuhan dari bumi. Maka sebagaimana perisai menangkis senjata, demikianlah doa menangkis bencana yang telah ditakdirkan.
Dengan kata lain, doa bisa diibaratkan sebagai senjata yang digunakan untuk menolak berbagai macam bencana sekaligus sebagai alat untuk mendatangkan berbagai macam kebaikan. Sebab, pada dasarnya hanya Allah Swt lah yang mampu menolak berbagi macam bencana dan mendatangkan berbagai macam kebaikan. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la:
ينجيكم من اعدائكم ويدر لكم ارزاكم
“Tuhan yang melepaskan kamu dari bencana-bencana yang disebabkan oleh musuh-musuhmu dan Dia pulalah yang mencurahkan rezeki kepada kamu sekalian”.
Hasbie As-Shiddiqie juga menjelaskan tentang beberapa faidah doa, sebagaimana berikut:
Pertama, doa sebagai sarana menghadapkan diri kepada Allah SWT dengan tadharru’.
Kedua, doa sebagai sarana menyampaikan permohonan kepada Allah SWT yang memberikan nikmat yang tiada habis-habisnya.
Ketiga, doa sebagai sarana untuk memperoleh naungan rahmat Allah SWT.
Keempat, doa sebagai wujud dari menunaikan kewajiban taat dan menjauhi maksiat.
Kelima, doa sebagai wujud dari membendaharakan sesuatu yang diperlukan untuk masa susah dan sempit.
Keenam, doa menjadikan orang yang berdoa memperoleh hasil yang pasti, karena setiap doa itu dipelihara dengan baik di sisi Allah SWT. Maka adakalanya permohonan itu dipenuhi dengan cepat, adakalanya ditunda, ada juga yang ditunda sampai di akhirat.
Ketujuh, doa dapat menolak tipu daya musuh, menghilangkan kegundahan, menghasilkan hajat serta memudahkan kesukaran.
Wallahu A’lam