Mengapa Allah Menjadikan Manusia Berbeda-Beda?

Mengapa Allah Menjadikan Manusia Berbeda-Beda?

Mengapa Allah Menjadikan Manusia Berbeda-Beda?

Tentu sering terlintas di benak kita sebuah pertanyaan besar mengapa Allah menjadikan manusia berbeda-beda, dalam berfikir, bertindak dan beragama. Terkadang, perbedaan itu menjadikan kita sering berselisih dengan orang yang berbeda dengan kita. Berbagai perbedaan, terlebih perbedaan agama sering membuat kita ribut dengan penganut agama lain. Bahkan terkadang menganggap jelek penganut agama lain.

Untuk menjawab hal itu, ahli tafsir kenamaan Indonesia, Quraish Sihab menuturkan bahwa Allah sangat mampu untuk menjadikan semua manusia menjadi satu dan tidak berbeda-beda. Hanya saja Allah tidak berkehendak untuk itu.

Allah menjadikan umat manusia berbeda adalah untuk melatih manusia memilih dan berperinsip. Sehingga hal itu menjadi sebuah keniscayaan yang diberikan Allah kepada seluruh umat manusia.

Jika Allah menjadikan semua manusia sama, termasuk dalam hal agama, maka manusia tidak akan memiliki kemampuan untuk memilih dan memilah. Sehingga memiliki pilihan, hidup dengan pilihan yang berbeda-beda adalah bagian dari kehidupan.

Karena Allah menjadikan manusia yang berbeda-beda, maka sebagai manusia ciptaan-Nya kita seharusnya bisa hidup dengan segala perbedaan itu dengan bersikap toleran kepada orang yang berbeda dengan tujuan hidup damai dalam bingkai kebaikan.

Perlu juga mengajarkan kepada anak untuk memahami perbedaan. Karena anak biasanya belum mampu untuk menerima perbedaan tersebut.

Mengajarkan makna perbedaan kepada anak-anak agar tidak kaget dengan lingkungannya tidak sekedar dengan ucapan. Orang tua juga harus melakukan teladan dengan tindakan yang kongkrit kepada anak. Sehingga anak merasa bahwa perbedaan itu merupakan suatu pembelajaran yang menyenangkan.

Namun, tentunya butuh proses lama untuk hidup damai dengan perbedaan dalam bingkai kebaikan tersebut. Untuk itu, Quraish mengatakan agar kita jangan mudah menyalahkan orang lain. Kita boleh menganggap diri kita benar dan orang lain salah, dan hal itu memang alamiah ada dalam diri kita.

Namun jangan sampai hal itu diungkapkan untuk menyalah-nyalahkan orang lain yang dianggap salah. Justru ketika diungkapkan itulah yang menjadikan kita berpecah dan tidak bisa memahami perbedaan. Apalagi sampai memaki dan menebar kebencian.

Ada ilustrasi penting yang menggambarkan bingkai kehidupan kita dalam al-Quran. Kehidupan muslim itu ibarat sebuah pohon yang akarnya kuat dan batangnya menjulang ke langit. Akar yang kuat adalah perumpamaan akidah bagi muslim, namun hal itu tidak untuk menyalahkan orang lain. Sedangkan batangnya adalah ibadah yang menyuburkan jiwa. Adapun akhlak adalah buahnya yang nampak dan bisa dilihat.