Jika Anda memasukkan pertanyaan “Berapa pengguna Instagram di Indonesia?” ke dalam mesin pencarian Google, maka Anda akan mendapatkan data statistik yang menunjukkan angka 64 juta pengguna saat ini. Seiring dengan daya tariknya yang tidak memudar, barisan ‘selebgram’ pun semakin ramai berseliweran di jagat maya. Anda punya banyak pilihan kelompok sesuai dengan minat Anda, dari mulai selebgram dengan citra seksi dan atraktif, hingga selebgram hijab yang bercitra anggun nan meneduhkan hati.
Para selebgram hijab ini mempunyai ‘pasar’ masing-masing, yang terdiri dari ratusan ribu bahkan jutaan followers setia. Pengikut selebgram A belum tentu mengikuti selebram B, begitu pula pengikut selebgram C belum tentu mengikuti selebgram A, meskipun A, B, dan C berada dalam satu lingkaran selebgram hijab yang sama. Konten-konten yang ada di media sosial mereka pun memiliki beberapa perbedaan satu sama lain, dan ini bertujuan untuk menyesuaikan selera ‘pasar’ tadi.
Di balik sejumlah perbedaannya, ada satu hal serupa yang menonjol: mayoritas dari mereka adalah brand ambassador suatu produk yang menyasar kaum Muslimah berhijab di Indonesia. Dari sini, ketenaran mereka pun terdongkrak. Nama mereka lalu dimanfaatkan banyak e-commerce dan online shop untuk endorsement berbagai produk modest fashion, dari mulai gamis dan abaya, hingga pakaian renang syar’i.
Apa sebenarnya yang dimaksud dengan modest fashion? Secara garis besar, modest fashion adalah gaya berpakaian yang tertutup, yang identik dengan potongan-potongan baju panjang yang nyaris tanpa lekuk sehingga akan cenderung nampak longgar. Dari segi harfiah, kata modest dapat berarti ‘sederhana’ dalam Bahasa Indonesia.
Meskipun modest fashion secara ramai diasosiasikan dengan cara berpakaian yang Islami, sebenarnya ia juga bisa ditelusuri hingga ke konsep kesederhanaan dalam agama lain seperti Yahudi, Kristen, Hindu, dan Buddha. Seperti yang kita ketahui bersama, agama Yahudi dan Kristen juga mengenal adanya konsep menutup sebagian besar tubuh guna menyatakan kesederhanaan dan ketaatan ibadah terhadap Tuhan.
Jika Anda mengikuti sepak terjang para selebgram hijab di Instagram, maka Anda akan sangat akrab dengan berbagai merek modest fashion Islami yang sering melakukan kolaborasi dengan mereka, atau online shop berskala menengah ke atas yang rajin meng-endorse mereka. Para selebgram hijab ini bisa bekerja sama dengan beberapa merek sekaligus dalam satu hari. Tugas mereka adalah mempromosikan seri, varian, atau stok yang paling up to date dari berbagai merek tersebut.
Satu merek modest fashion yang mereka promosikan bisa meluncurkan lebih dari satu jenis produk dalam sekali waktu. Mereka tak jarang merilis seri gamis dan kerudung terbaru secara bersamaan. Narasi yang digunakan oleh para selebgram hijab ini pun seragam. Intinya, mereka mengumumkan bahwa merek tersebut sedang meluncurkan produk terbaru, dan bahwa para followers harus bergerak cepat sebelum kehabisan.
Punggawa di balik berbagai merek tersebut pun menggunakan strategi marketing yang cerdas. Sebagian besar dari mereka hanya akan membuka pemesanan pada jam-jam tertentu, dengan durasi yang lumayan pendek, biasanya kurang dari sehari. Tak jarang, mereka memasang jam open order yang tidak lazim, seperti tengah malam atau dini hari.
Hal ini biasanya untuk menghindari kekacauan server situs web mereka akibat serbuan para konsumen secara bersamaan. Selang beberapa jam kemudian, mereka akan membuat pengumuman di Instagram bahwa semua produk terbaru mereka sudah sold out, dengan keterangan, “…hanya dalam satu jam saja!”
Perpaduan antara promosi gencar para selebgram hijab dan strategi marketing yang membuat para konsumen merasakan adanya kompetisi ini begitu ampuh. Merek-merek baru terus bermunculan, selebgram hijab yang kemudian naik daun pun bertambah banyak. Followers setia pun makin tidak ingin ketinggalan produk terbaru yang juga dikenakan oleh selebgram favorit mereka. Bisa mengenakan baju kembaran dengan selebgram favorit adalah suatu pencapaian. Bisa mendapatkan seri kerudung merek A yang kabarnya limited edition adalah kebanggaan tersendiri. Hingga tanpa mereka sadari, gamis, atasan, ataupun kerudung berbagai merek telah bertumpuk tinggi di lemari, dengan kondisi tiap helainya hanya pernah dipakai sekali saja dalam siklus hidupnya. Harga tiap helai pun tidak murah, berkisar antara ratusan ribu hingga beberapa juta rupiah.
Uang sudah melayang, menguap jadi berhelai-helai pakaian dan kerudung yang kehilangan fungsi praktisnya. Mungkin banyak dari followers setia ini yang bahkan lupa bahwa dia pernah membeli kerudung seri G dari merek P, rasa bangga yang dulu hinggap setelah menerima paket dari kurir sudah tinggal samar-samar di ingatan. Modest hanya tinggallah kata, sederhana hanya tinggallah konsep.
Keinginan untuk terus berkompetisi mendapatkan seri terbaru dari merek modest fashion tertentu makin menggebu, apalagi sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri tiba. Memang mereka tidak akan mengenakannya untuk bersilaturahmi ke sanak saudara di tengah pandemi ini. Namun perasaan tidak ingin ketinggalan tren terbaru harus dipuaskan, demi apapun saja, selain kesederhanaan.