Mendengarkan Al-Qur’an Berbicara Untuk Manusia

Mendengarkan Al-Qur’an Berbicara Untuk Manusia

Fazlurrahman masih terus diperbincangkan karyanya, salah satunya Tema Pokok dalam Quran

Mendengarkan Al-Qur’an Berbicara Untuk Manusia
Salah satu buku penting dari pemikir islam, Fazlurrahman, diterbitkan kembali.

Salah satu pemikir Islam modern yang karya-karyanya masih terus dikaji di berbagai universitas di dunia adalah Fazlur Rahman. Salah satu karya Rahman yang masih terus dibicarakan adalah Major Themes of the Qur’an, buku ini baru saja diterjemahkan oleh penerbit Mizan dengan judul Tema-Tema Pokok Al Qur’an.

Cak Nur, Buya Syafii dan Pak Amin Rais adalah di antara orang Indonesia yang pernah belajar langsung dari Rahman di Universitas Chicago. Tiga Pendekar dari Chicago, begitu Gus Dur menjuluki tiga orang tersebut. Tiga orang dengan tiga konsentrasi dan fokus yang berbeda-beda. Mereka turut andil dalam perkembangan pemikiran Islam di Indonesia.

Dalam kesempatan diskusi buku Tema-Tema Pokok Al Qur’an yang diselenggarakan di IAIN Tulungagung pada tanggal 22 Februari 2018. Dr. Aksin Wijaya, Direktur Pascasarjana IAIN Ponorogo dan Prof. Dr. Mujamil Qomar, Guru Besar Pemikiran Islam IAIN Tulungagung, didapuk menjadi narasumber.

Secara eksploritatif, Aksin membahas latar belakang, metode metode menulis Fazlur Rahman dan cara berfikir Rahman dalam menulis Tema-Tema Pokok Al Qur’an. Dalam Tema-Tema Pokok Al-Qur’an itu, Rahman membagi al-qur’an ke dalam 8 (delapan) tema pokok dan 2 (dua) tema tambahan tersebut.

Dalam menulis, menurut kacamata Aksin, Rahman menggunakan metode apresiasi-kritis dalam dua peradaban sekaligus, yaitu peradaban Timur Tengah dan Barat, dan dalam cara berpikir, Rahman menggunakan cara berpikir neomodernisme.

Diskusi buku Fazlurrahman. Pict By Mizan

Aksin menyimpulkan bahwa dalam kepenulisan buku tersebut, Rahman sebenarnya mencoba menyampaikan pesan penting tentang dua objek penting yang disampaikan Al-qur’an, yaitu Tuhan, manusia, dan alam, dan relasi ketiganya.

Di penghujung penyampaiannya, Aksin memberikan pernyataan kemungkinan bahwa, Rahman sengaja tidak memberikan konstektualisasi Al-qur’an dalam bukunya, karena Rahman menginginkan Al-qur’an berbicara sendiri tentang tema yang dikandungnya.

Berbeda dengan Aksin yang mencoba menjelaskan latar belakang Rahman, setelah memaparkan isi buku, Mujamil menyampaikan kritik pada kandungan isi buku Rahman.

Menurut Mujamil, berbagai tema yang dibahas dalam buku tersebut sebenarnya bukanlah representasi dari kandungan Al-qur’an, sebab masih banyak tema lain yang terdapat dalam Al-qur’an selain dari yang dipaparkan Rahman dalam bukunya tersebut.

Dalam pandangan Mujamil, Rahman tidak menetapkan fokus pembahasan yang mengarah pada permasalahan tertentu, sehingga yang terjadi tiba-tiba ialah ia memunculkan tema-tema yang termaktub tanpa disertai argumantasi yang logik, dan hal itu menjadi kelemahan buku tersebut.

Diskusi buku tersebut berlangsung dalam rangkaian acara Mizan Goes To Campus yang bekerjasama dengan Pusat Studi Timur Tengah (PSTT). Sehari sebelum acara diskusi berlangsung, telah dilaksanakan workshop menulis otobiografi inetelektual yang diikuti oleh peserta terpilih, dan seminar tentang seluk beluk dunia penerbitan, dan bazaar buku.

Direktur PSTT, M. Khorul Malik, LC, MA, mengapresiasi antusiasme peserta dalam kegiatan Mizan Goes To Campus ini, dalam dua hari mahasiswa disuguhi dengan kegiatan yang sangat posititf dan diharapkan mampu mendorong berkembangnya gairah intelektual di lingkungan mahasiswa.