Sebagian besar orang pasti senang untuk dipuji. Namun terkadang ada orang-orang yang hanya memuji di depan, tapi mencaci di belakang.
Terkait hal ini, Hadis menyebutnya sebagai orang yang munafik.
Imam Al-Bukhori dalam kitab Sahih Al-Bukhari menyebutkan sebuah Hadis dari Muhammad bin Zaid terkait perilaku orang-orang yang memberikan pujian kepada orang lain saat mereka berada di depannya, tetapi ketika di belakang mereka mencacinya.
Sahabat Abdullah bin Umar yang mendengar cerita itu ia lalu mengatakan bahwa orang orang seperti itu adalah orang yang munafik.
حدّثنا أبُو نُعَيْمٍ، حَدثنا عاصِمُ بنُ مُحَمَّدِ بنِ زَيْدِ بنِ عَبْدِ الله بنِ عُمَرَ، عنْ أبِيهِ قالَ أُناسٌ لابنِ عُمرَ: إنّا نَدْخُلُ عَلى سُلْطاننا فَنَقُولُ لَهُمْ خِلاَفَ ما نَتَكَلَّمُ إذا خَرَجْنا مِن عِنْدِهمْ. قالَ: كُنّا نَعُدُّهُ نِفاقًا.
“Telah bercerita kepada kami Abu Nuaim, ia berkata, telah bercerita kepada kami Ashim bin Muhammad bin Zaid bin Abdullan bin Umar bahwa ada beberapa orang berkata kepada Abdullah bin Umar R.A: “Sesungguhnya bila kami datang ke hadapan para penguasa maka kami mengatakan kepada mereka lain dengan apa yang kami katakan bila kami keluar dari hadapan mereka.” Kemudian Allah bin Umar berkata, “Pada masa Rosulullah SAW kami menganggap hal yang demikian itu termasuk perbuatan munafik”. (H.R al-Bukhari)
Meskipun secara matan Hadis ini hanya disebutkan untuk memuji dan mencaci penguasa (untuk menjilat penguasa) tetapi Hadis ini bisa berlaku umum.
Artinya jika ada siapa pun yang memuji orang lain saat di depannya dan mencacinya saat orang itu tidak ada, maka orang tersebut teegolong sebagai orang munafik. Baik yang dipuji itu penguasa ataupun orang biasa.
Hal ini disebutkan oleh Syeh Mustofa Dib al-Bugha dalam salah satu kitab Syarahnya. Menurutnya, Hadis ini bisa dimaknai bahwa jujur saat di depan seseorang dan di belakangnya adalah perilaku orang orang mukmin yang jujur. Adapun memuji di depannya dan mencaci di belakangnya adalah perilaku para pengecut yang munafik. (AN)
Wallahu a’lam.