Membaca Disertasi Oki Setiana Dewi: Mengapa Dakwah Salafi dan Jamaah Tabligh Lebih Diterima di Kalangan Selebritis?

Membaca Disertasi Oki Setiana Dewi: Mengapa Dakwah Salafi dan Jamaah Tabligh Lebih Diterima di Kalangan Selebritis?

Oki Setiana Dewi dalam disertasinya menjelaskan alasan mengapa banyak selebritis yang lebih tertarik dengan dakwah Salafi dan Jamaah Tabligh

Membaca Disertasi Oki Setiana Dewi: Mengapa Dakwah Salafi dan Jamaah Tabligh Lebih Diterima di Kalangan Selebritis?

Dalam sebulan terakhir, saya menikmati betul disertasi Oki Setiana Dewi. Meskipun ada beberapa hal yang masih perlu ditimang-timang ulang, namun banyak temuan penting yang dapat memperluas horison pengetahuan. Terlebih ketika membaca transkip wawancara dari para selebritis dan musisi yang memutuskan hijrah. Lebih dari itu, saya sebagai santri yang mengasup keilmuan dan tradisi NU, semakin terteguhkan bahwa meskipun dalam beberapa hal ada perbedaan antara Salafi, Jamaah Tabligh, NU, Muhammadiyah, ataupun ormas lain, namun tetap saja banyak titik temu. Boleh saling kritik dalam upaya diskursus keilmuan dan saling menasihati, tetapi tidak layak jika saling mencibir ataupun merendahkan.

Ada tiga pertanyaan yang hendak dijawab oleh disertasi yang berjudul “Penerimaan Kelas Menengah Muslim terhadap Dakwah Salafi dan Jamaah Tabligh; Studi Pengajian Selebriti Hijrah (2000-2019)” ini. Pertama, apa model dakwah Salafi dan Jamaah Tabligh dalam pengajian selebritis hijrah? Kedua, sejauh mana penerimaan selebritis hijrah terhadap dakwah Salafi dan Jamaah Tabligh? Ketiga, bagaimana bentuk ekspresi keagamaan yang dihasilkan dari proses belajar agama selebritis hijrah dengan pendakwah Salafi dan Jamaah Tabligh?

Kerangka teori yang digunakan penelitian Program Doktor Kajian Islam Jurusan Dakwah dan Komunikasi Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini adalah teori habitus Pierre Bourdieu (1930-2002) dan teori resepsi aktif yang dikembangkan oleh Andi Faisal Bakti. Data dikumpulkan melalui observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Tempat penelitian dibatasi pada tiga kota; Jakarta, Bandung, dan Yogyakarta. Disertasi setebal 227 halaman di bawah bimbingan Prof. Andi Faisal Bakti, M.A dan Prof. Dr. Azyurmardi Azra, M.A. ini telah lulus sidang promosi pada 23 Oktober 2020.

Setidaknya ada tiga hal yang membuat selebritis tertarik mengikuti kajian Salafi. Pertama, pendakwah Salafi selalu merujuk al-Qur’an dan Sunnah. Hampir semua selebritis yang diwawancarai tertarik mengikuti kajian Salafi karena sesuai dengan al-Qur’an dan Sunnah. Kedua, pendakwah Salafi mudah dihubungi dan konten keagamaannya tersebar luas di media sosial. Sehingga mudah diakses. Ketiga, pendakwah Salafi tegas dan jelas. Meskipun sebagian orang beranggapan pendakwah Salafi kaku dan sangat tekstualis, tetapi faktanya, pribadi yang seperti itulah yang justru lebih disukai oleh beberapa selebritis hijrah. Primus Yustisio menceritakan awal mula ketertarikkannya dengan Ustadz Khalid Basalamah karena ketegasan dan kejelasan dalam berpendapat.

Perjumpaan selebritis hijrah dengan pendakwah Salafi, secara umum melalui dua media. Pertama, media sosial, TV alternatif, dan radio. Primus dan Ferry Anwar tertarik mengikuti pengajian Salafi setelah mendengar video ceramah Ustadz Khalid Basalamah dan pengajian keagamaan yang disiarkan Radio Rodja. Kedua, jaringan pertemanan. Pertemanan sesama artis juga berperan besar dalam mempertemukan selebritis hijrah dengan pendakwah Salafi. Mediana Hutomo dan Teuku Wisnu misalnya, awal mula bertemu dengan pendakwah Salafi setelah mengikuti kajian rumahan yang diadakan teman-temannya.

Di satu sisi yang lain, pertemanan juga menjadi faktor penting bagi selebritis tertarik dengan Jamaah Tabligh. Selebritis yang telah merasakan ketenangan dan ketentraman bergabung dengan Jamaah Tabligh lantas mengajak dan menginspirasi teman-temannya yang lain. Secara garis besar, ada tiga motivasi para selebritis hijrah ke Jamaah Tabligh. Pertama, mereka ingin mempelajari agama lebih mendalam, khususnya belajar tentang adab dan sunnah Rasulullah. Kedua, belajar dakwah yang diajarkan Rasulullah kepada para sahabat. Ketiga, kesederhanaan, kesetaraan, dan pantang menyerah dalam berdakwah.

Gito Rollies (1947-2008) adalah tokoh sentral bagi selebritis yang hijrah ke Jamaah Tabligh. Musisi dan aktor yang moncer di tahun 1960-an hingga 1980-an ini adalah role model bagi musisi hijrah ke Jamaah Tabligh. Alkisah, setelah aktif mengikuti Jamaah Tabligh, Gito Rollies memantapkan diri hijrah dari kehidupan hampa agama menjadi individu yang religius hingga tutup usia.

Jika di beberapa sudut halaman transkip wawancara penelitian ini saya sempat berkaca-kaca karena larut dalam gejolak saudara-saudara selebritis dan musisi menemukan jalan hijrahnya, lantas tertarikkah anda untuk berempati?