Entah disadari atau tidak, perbincangan kita hari ini hanya mereproduksi percakapan atau narasi di dunia maya. Apa yang sedang dibicarakan atau viral di dunia maya hari ini, maka perbincangan di warung kopi, angkringan, hingga berbagai tempat nongkrong pun turut membincangkannya.
Isu Asian value, misalnya, sempat meledak beberapa waktu lalu karna mendadak diperbincangkan di banyak podcast atau siniar. Hari ini selain Twiter (X) dan TikTok, podcast atau siniar wadah persebaran ide dan narasi paling populer di masyarakat.
Bahkan, beberapa podcast mulai dapat menggeser posisi beragam program televisi dalam mempengaruhi opini dan perbincangan publik. Banyak isu atau narasi yang diperbincangkan di podcast tak butuh waktu lama juga tersebar luas di berbagai platform media sosial lainnya, baik disengaja atau tidak.
***
Steve Jobs, pendiri Apple.inc, mengungkapkan bahwa kata “Podcast” berasal dari penggabungan dua kata, yakni Ipod dan Broadcasting. Kehadiran Ipod sebagai teknologi baru tidak saja berfungsi sebagai alat pemutar musik, namun Jobs dan kawan-kawan juga menyertakan teknologi bernama ITunes.
Kehadiran ITunes yang memungkinkan banyak orang bisa membuat kanal podcast. Adapun di Indonesia, aplikasi Sportify dan Youtube adalah faktor vital dan awal dalam mendongkrak popularitas podcast.
Dalam kajian sosial dikenal teori “Determinasi Teknologi.” Marshall Mcluhan adalah sosok paling populer dalam mengembangkan teori tersebut. Menurut Mcluhan, kehadiran teknologi tidak bisa dilepaskan dalam mempengaruhi struktur dan dinamika sosial masyarakat sebagai penggunanya.
Sebagaimana Ipod yang disebutkan Steve Jobs di atas. Selain berfungsi sebagai pemutar lagu, Ipod juga terhubung dengan internet sehingga bisa mengunggah dan mendengarkan beragam kanal-kanal podcast. Hari ini, kita menikmati dan mendengarkan beragam podcast lewat kanal-kanal Youtube dan Sportify.
Podcast pun turut mempengaruhi dinamika kehidupan kita. Siniar tidak saja mendemokratisasi persebaran informasi, namun kehadirannya juga menghadirkan sosok-sosok baru sebagai otoritas atau organisasi yang menguasai persebaran informasi. Pemilik media mainstream pun tidak lagi memiliki kekuasaan sebesar dahulu pasca kehadiran podcast.
Bahkan, di perhelatan pemilihan Presiden kemarin, podcast berperan cukup besar dalam mempengaruhi pilihan politik masyarakat, yang ditandai dengan kemunculan kanal-kanal baru atau memanfaatkan kanal siniar yang memiliki pemirsa setia lebih banyak dalam mempromosikan calon-calon Presiden.
Selain itu, kanal-kanal siniar juga dipakai untuk membesarkan suara-suara alternatif atau melawan narasi yang disebarkan media mainstream atau kanal siniar lainnya. Promosi film, kampanye gerakan, hingga media klarifikasi atas beragam insiden dapat dijumpai dengan mudah di berbagai kanal siniar.
***
Bagaimana dengan Islam?
Entah disadari atau tidak, podcast sudah mulai berkelindan dengan dunia dan masyarakat Islam sejak kehadiran kanal-kanal Youtube dan Sportify, yang membincang soal Islam dari berbagai sudut pandang dan beragam narasi. Hari ini pun TikTok turut mengambil peran di sini, lewat beragam konten yang sengaja dipotong dan diedit ulang agar bisa sesuai dengan algoritma mereka.
Islam sebagai agama mayoritas penduduk Indonesia tentu berkelindan dengan dunia siniar. Muslim Indonesia menaruh atensi besar pada beberapa kanal siniar, khususnya yang diasuh para otoritas Agama. Bahkan, Beberapa nama pesohor pun turut memanfaatkan pangsa pasar ini. Sebut saja, Deni Sumargo, dr. Richard Lee, hingga Deddy Corbuzier. Pundi-pundi rupiah (atau dolar) pun mengalir deras selama ada perbincangan terkait Islam dan masyarakat muslim.
Di salah satu siniar, Deni Sumargo mengaku bahwa isu Islam menghadirkan keuntungan besar baginya. Menariknya, beberapa nama pendakwah populis pun berkolaborasi bersama para pesohor tersebut, seperti Felix Siauw dan dr. Richard Lee. Deddy Corbuzier pun membuat program khusus Ramadan yang telah berlangsung dua tahun terakhir.
Selain unsur ekonomi, dinamika keislaman hari ini juga dipengaruhi banyak perbincangan di berbagai podcast. Kegiatan mencari ilmu atau transmisi pengetahuan agama adalah unsur paling awal yang terdampak, mulai dari kemunculan sosok-sosok baru, model dan metode baru, hingga perubahan selera dakwah masyarakat Muslim.
Program “Login” yang diasuh Habib Ja’far dan Onad tidak lagi satu-satunya program Ramadan. Dr. Richard Lee bersama Felix Siauw membuat program baru, bernama “Download.” Kedua program ini mungkin terlihat sekedar ngobrol, namun di sisi lain inilah wajah transmisi pengetahuan dalam Islam kontemporer.
Felix Siauw dan kawan-kawan membuat kanal Youtube dan kelas eksklusif di dalamnya, sehingga mereka harus membayar untuk mengonsumsi konten-konten khusus. Kanal Youtube asuhan Felix dan kawan-kawan bahkan sempat mengadakan beberapa kegiatan Kopi Darat (Kopdar), yang tentu sebagiannya harus berbayar lagi.
Perbincangan antar para pendakwah populis dalam naungan kanal Youtube asuhan Felix pun memiliki program-program khusus dan berbeda-beda. Ajaran agama Islam pun disampaikan dengan metode dan model penyampaian yang khas atau mengadaptasi selera dakwah masyarakat muslim modern.
Kita menjumpai wajah Islam yang terus beradaptasi dengan beragam perkembangan teknologi, diantaranya siniar. Kelindan Ipod, Sportify, Youtube, hingga podcast telah menghadirkan beragam perubahan di masyarakat Muslim, banyak contoh diperbincangan di atas, yang masih akan terus berjalan entah sampai kapan.
Fatahallahu alaina futuh al-arifin