Melatih Anak Puasa dengan Imbalan Hadiah

Melatih Anak Puasa dengan Imbalan Hadiah

Melatih Anak Puasa dengan Imbalan Hadiah

Ada banyak cara yang dilakukan oleh orang tua agar seorang anak mau menjalankan sebuah perbuatan yang baik, termasuk menjalankan ibadah puasa. Beberapa orang tua memiliki kiat-kiat khusus agar putra-putri mereka mampu menjalankan puasa bahkan sampai seharian dan sebuan penuh.

Salah satu kiat yang dilakukan oleh beberapa orang tua agar putra-putri mereka mampu menjalankan ibadah puasa, bahkan full sampai seharian penuh adalah dengan memberikan iming-iming hadiah kepada sang anak. Dalam beberapa hal, kiat ini memang berhasil. Beberapa orang tua seringkali puas dengan ibadah puasa yang dilakukan sang anak. Karena nyatanya, dengan iming-iming hadiah tersebut, baik berupa uang ataupun berupa barang, anak-anak mereka bisa termotivasi untuk menjalankan ibadah puasa.

Menanggapi peristiwa itu ulama’ tafsir kenamaan asal Indonesia, Quraisy Sihab berpendapat bahwa selayaknya dan lebih baik untuk tidak melakukan atau menghindari hal tersebut.

Karena menurut Quraish Shihab, puasa itu sejatinya dilakukan dengan penuh keikhlasan, bukan untuk menuntut materi. Maka ketika mengajarkan anak-anak berpuasa, maka yang ditekankan adalah keikhlasan. Jangan sampai ketika melatih berpuasa dengan iming-iming uang itu, anak menjadi tidak ikhlas dalam berpuasa dan malah ingin mendapatkan barang atau uang yang dijanjikan.

Quraish Shihab menyarankan agar melatih anak berpuasa tak perlu langsung dengan berpuasa seharian penuh. Para orang tua bisa memulai melatih anak dengan berpuasa setengah hari sesuai dengan kemampuan sang anak, asalkan dilakukan dengan ikhlas. Sehingga kenikmatan melakukan berpuasa itu muncul sejak dini dan dari sendiri, bukan dari orang lain atau benda dan uang yang dijanjikan.

Penulis kitab tafsir Al-Misbah ini pernah bercerita bahwa beliau sama sekali tidak pernah memberikan iming-iming hadiah kepada anak-anaknya ketika melatih mereka berpuasa. Bahkan, sebagaimana dituturkan oleh Najeela Sihab, ia sempat iri dengan teman-temannya yang mendapatkan iming-iming hadiah dari orang tuanya karena berpuasa sebulan penuh.

Anak yang bisa menyelesaikan puasanya tanpa iming-iming imbalan dari siapapun akan merasakan suatu kenikmatan tersendiri, walaupun hanya berbuka dengan air putih. Hal ini sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Saw.

Ada dua kebahagiaan yang akan diraih oleh orang yang berpuasa: kebahagiaan ketika berbuka dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya.

Mengutip pakar psikologi, Quraish mengatakan bahwa kenikmatan dan kebahagiaan yang dirasakan oleh orang yang berpuasa sebenarnya karena ia merasa telah berhasil mengendalikan hawa nafsunya. Justru tantangan berpuasa yang bisa diselesaikan dengan sendirinya adalah sebuah kebahagiaan. Dan kebahagiaan itu munculnya dari dalam diri sendiri bukan dari luar.

Oleh karena itu sogok-menyogok atau memberikan iming-iming hadiah kepada anak bertentangan dengan hakikat dan tujuan puasa yang mendidik untuk mengendalikan diri dan agar beribadah secara ikhlas karena Allah Swt.