TANGERANG SELATAN, ISLAMI.CO – Pakar tafsir asal Indonesia, M. Quraish Shihab, mengibaratkan alam semesta sebagai sebuah rumah yang telah disiapkan oleh Allah Swt. untuk menyambut tamu-Nya, yaitu manusia. Karena itu, sebagai seorang tamu yang telah disambut baik oleh Tuan Rumah (Allah), sudah semestinya manusia menjaga dan memelihara kelestarian alam.
“Boleh nggak tamu yang (sudah) disiapkan untuknya kursi, meja, (lalu) merusak? Tamu kurang ajar nggak? Yang merusak lingkungan itu tamu kurang ajar atau bukan? Pelihara dong,” tegasnya dalam kegiatan ‘Maulid Bersama Prof. M. Quraish Shihab’ di Masjid Bayt al-Qur`an, Tangerang Selatan, pada Rabu (20/9) pagi.
Sebelumnya, ia menjelaskan tentang akhlak dan macam-macamnya. Segala tindakan yang dilakukan oleh manusia ada akhlaknya. Mulai dari akhlak kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada manusia (biasa) lainnya, dan termasuk pula akhlak kepada alam atau lingkungan.
“Kalajengking yang bisa mencederai kita, boleh dibunuh. Tapi kata Nabi, ada akhlak ketika membunuhnya. Membunuh sekali itu lebih baik daripada menginjak-injak. Jadi akhlak itu banyak,” ujarnya.
Lebih lanjut, M. Quraish Shihab menegaskan, Allah telah menyiapkan Rumah-Nya yang berupa alam semesta ini dengan baik untuk menyambut tamu-Nya yang berbentuk manusia. Bumi sebagai tempat tinggal, langit sebagai atap untuk melindungi dari ancaman benda luar angkasa yang membahayakan, hingga makanan dan minuman sebagai hidangan untuk dinikmati oleh manusia.
“Tuhan yang mengatur atau tidak? Untuk siapa? Tamunya. Dia beri makan? Kulu min rizqih, makan apa saja, tetapi jangan berlebihan,” tandasnya.
Karena Allah Swt. telah mengatur alam semesta dengan sangat baik, manusia yang diperbolehkan untuk memanfaatkannya harus menjaga dan memelihara kelestariannya.
“Tuhan senang kalau anda pelihara. Kalau anda merasa bahwa anda tamu Allah, maka nikmati dunia ini, makan yang enak, kulu mimma fil ardli halalan thayyiban,” terangnya.
Sayangnya, manusia yang telah diberi keleluasaan untuk memanfaatkan fasilitas di alam semesta ini lupa. Mereka menjadi berlebih-lebihan, dan perilaku berlebih-lebihan itu menimbulkan kerusakan alam.
“Penyakit kita itu israf. (Misalnya) masak masakan banyak, tidak habis, dibuang. Merusak lingkungan nggak?” tanyanya kepada para hadirin. Sebagaimana diketahui, sisa makanan yang dibuang bisa memproduksi gas metana yang bisa membuat suhu permukaan bumi menjadi lebih panas.
Menurut Quraish Shihab, Al-Qur`an sendiri telah mengabarkan tentang fenomena kerusakan lingkungan. Di dalam Al-Quran, disebutkan bahwa kerusakan lingkungan itu terjadi akibat ulah manusia. Dan Allah sengaja menampakkan kerusakan itu, agar manusia mencicipi akibat pengerusakan lingkungan yang dilakukan olehnya.
“Sudah nampak kerusakan di darat dan laut disebabkan ulah manusia. Kerusakan lingkungan atau tidak itu? Supaya apa? liyudziqahum ba’dla ma ‘amilu, supaya Allah mencicipkan (kepada) mereka sebagian akibat dari pengerusakan (yang mereka lakukan). Itu baru mencicipkan, liyudziqahum, bukan liyushibahum (menimpakan),” bebernya.
Ia menambahkan, “Anda kepanasan? Kenapa panas? Udara pengap, terlalu banyak AC, terlalu banyak kendaraan bermotor, pembuangan limbah ke laut. Maka dicicipkan kepanasan. Kalau mau ditimpakan, hati-hati. Kalau ditimpakan, habis manusia.” [NH]
Baca Juga: Sustainable Living dan Peringatan Kerusakan Lingkungan dari Al-Quran