Mantan Simpatisan: Saya Tidak Melihat Islam dalam Kehidupan Anggota ISIS

Mantan Simpatisan: Saya Tidak Melihat Islam dalam Kehidupan Anggota ISIS

Mantan Simpatisan: Saya Tidak Melihat Islam dalam Kehidupan Anggota ISIS

Nurshadrina adalah salah satu mantan simpatisan ISIS yang mengungkap segala kebusukan ISIS. Nur beserta keluarga pernah membayangkan indahnya kehidupan mereka jika nanti bergabung dengan ISIS.

Namun setelah sampai dan hidup dalam naungan khilafah ISIS, bayang-bayang kehidupan Islam yang damai dan tentram pun tak tergambar sama sekali. ISIS dengan sewenang-wenang membunuh siapa saja yang tidak sepemahaman dengan mereka. Lingkungan sekitar sangat kotor, jauh dari ajaran Islam yang sangat mengedepankan kebersihan.

Dalam wawancaranya bersama Rosi, Nur mengatakan: “Saya Tidak Melihat Islam dalam Kehidupan Anggota ISIS, kehidupan mereka sangat jauh dari Islam yang saya ketahui.”

Para laki-laki diwajibkan berperang, jika enggan berperang mereka akan dimasukkan ke penjara dan disebut sebagai orang munafik. Para perempuan akan dinikahi oleh anggota ISIS. Jihad perempuan bagi mereka adalah dengan menikah.

Para kombatan ISIS sering mendatangi keluarga Nur untuk menikahi Nur dan adiknya. Tidak hanya Nur, para perempuan lain juga tidak luput dari usaha pernikahan tersebut. Biasanya mereka memilih perempuan-perempuan yang sudah haid untuk dinikahi. Asrama perempuan ISIS yang pernah ditinggali ISIS pun membagi warganya menjadi beberapa bagian: janda, perawan, dan perempuan yang belum baligh.

Bahkan bisa dikatakan bahwa isi otak dari para kombatan ISIS adalah perempuan. Nur bercerita bahwa suatu hari salah satu saudaranya bertemu dengan salah seorang kombatan ISIS.

Tanpa perkenalan atau apapun tiba-tiba kombatan itu menemui saudara Nur dan menanyakan ikhwal siapa perempuan yang bisa dinikahi. Saudara Nur pada saat itu hanya bisa menjawab “tidak tahu”.

Nur berhasil menolak tawaran pernikahan dari para kombatan ISIS. Ia bersikukuh bahwa bukan hal itu yang dia cari. Ia merasa kecewa karena hal-hal yang dijanjikan oleh ISIS hanyalah dusta.

Nur juga bercerita bahwa tidak mudah keluar dari genggaman ISIS, paspor mereka disita oleh pihak ISIS. Bahkan siapa saja yang diketahui kabur akan dibunuh. Berbulan-bulan keluarga Nurmencari jalan keluar, akhirnya mereka berhasil kabur melalui bantuan seorang penyelundup.