Mansa Musa, Sedekahnya Mampu Menghancurkan Perekonomian Sebuah Negeri

Mansa Musa, Sedekahnya Mampu Menghancurkan Perekonomian Sebuah Negeri

Mansa Musa, Sedekahnya Mampu Menghancurkan Perekonomian Sebuah Negeri

Disebutkan Mansa Musa pernah berkelana ke Mekah untuk menunaikan ibadah haji. Musa tidak sendiri tetapi ditemani rombongan berjumlah 60.000 orang dan 12.000 budak. Musa dikenal sebagai penguasa Afrika Barat di abad ke-14 yang kekayaaannya tak terhitung. Ia kaya raya lagi dermawan. Saking dermawannya, sedekahnya bisa menghancurkan perekonomian suatu negeri.

Dalam perjalanan hajinya disebutkan rombongannya seperti sebuah kota yang bergerak diatas gurun. Musa yang merupakan Raja Mali membawa seluruh pejabatnya, tentara, hingga ratusan unta dan sapi. Yang menjadi luar biasa adalah ratusan onta itu mengangkut ratusan kilogram emas murni. Sedangkan para rombongan mengenakan pakaian mahal dengan brokat emas dan sutra terbaik dari Persia.

Rombongan Raja Mali ini menjadi bagian sejarah yang tidak terlupakan bagi warga Kairo, Mesir. Mansa Musa dengan entengnya membagikan emas yang dibawanya di Kairo.Gara-gara hal tersebut harga emas di kawasaan tersebut anjlok hingga sepuluh tahun dan menghancurkan perekonomian di sana. Sebuah perusahaan teknologi AS, SmartAsset.com, seperti dilansir laman bbcindonesia menganalisis berdasarkan penyusutan nilai emas – perjalanan haji Mansa Musa menyebabkan kerugian ekonomi senilai US$1,5 miliar atau sekitar Rp21,4 triliun di seantero Timur Tengah.

Sekembalinya dari ibadah haji, Mansa Musa kembali melintasi Mesir. Menurut keterangan Musa mencoba untuk membantu mengembalikan perekonomian Mesir dengan menarik sebagian emasnya dari peredaran. Caranya adalah dengan meminjamnya menggunakan suku bunga yang amat tinggi dari para pemberi pinjaman Mesir.

Mansa Musa kembali dari Mekah bersama sejumlah cendekiawan Islam, termasuk keturunan langsung Nabi Muhammad dan penulis puisi sekaligus arsitek Andalusia bernama Abu Es Haq es Saheli. Arsitek ini dikenal sebagai perancang Mesjid Djinguereber yang terkenal. Raja dikabarkan membayarnya dengan 200 kilogram emas atau setara Rp117,2 miliar.

Musa sangat mendorong kemajuan dunia seni dan arsitektur. Ia mendanai dunia sastra dan membangun banyak sekolah, perpustakaan, dan mesjid. Salah satu warisannya adalah pusat pendidikan di Timbuktu dengan Universitas Sankore yang

Mansa Musa dilahirkan tahun 1280. Keluarganya adalah penguasa Mali. Sebanarnya musa hanya mewarisi apa yang dilakukan oleh Mansa Abu Bakar, saudara lelakinya yang memerintah kerajaan pada hingga tahun 1312. Mansa Abu Bakar turun takhta karena pergi dalam sebuah ekspedisi. Ada cerita menarik tentang Mansa Abu Bakar ini. Shibab al-Umari seorang sejarawan Suriah abad ke-14, menyebut Abu-Bakr terobsesi dengan Samudera Atlantik dan segala sesuatu yang ada di baliknya. Dalam ekspedisi tersebut ada sebanyak 2.000 kapal dengan ribuan pria, perempuan, dan budak. Namun tak pernah kembali.

Mansa Musa lah yang kemudian mewarisi takhta yang ditinggalkan sang saudara laki-laki. Di bawah kepemimpinannya, Kerajaan Mali berkembang pesat. Ia berhasil menguasai 24 kota baru, termasuk Timbuktu. Kerajaan tersebut membentang sepanjang 3.128 kilometer, dari Samudera Atlantik hingga daerah yang kini merupakan Niger, termasuk kawasan-kawasan yang kini menjadi Senegal, Mauritania, Mali, Burkina Faso, Niger, Gambia, Guinea-Bissau, Republik Guinea, dan Pantai Gading. Dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas, sumber daya alam yang dimiliki Kerajaan Mali pun sangat besar, termasuk emas dan garam.

“Sebagai penguasa, Mansa Musa punya akses yang hampir tidak terbatas terhadap sumber-sumber kekayaan paling bernilai pada abad pertengahan,” ujar Kathleen Bickford Berzock, yang merupakan spesialis seni Afrika di Block Museum of Art di Universitas Northwestern, kepada laman bbcindonesia.

Setelah Mansa Musa meninggal dunia tahun 1337, pada usia 57, kerajaannya diwariskan kepada putra-putranya yang tak mampu menjaga keutuhan kerajaan. Sejumlah daerah memisahkan diri dan akhirnya kerajaan itu pun runtuh. Kedatangan bangsa Eropa di kemudian hari ke Afrika menjadi titik akhir kehancuran kerajaan Mali.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh situs web AS Celebrity Net Worth jumlah kekayaan Musa berada di angka US$400 miliar atau sekitar Rp5,72 kuadriliun. Bahkan sejarawan ekonomi satu suara bahwa kekayaannya tak mungkin diejawantahkan ke dalam angka. Pada abad ke-19, negeri tersebut masih menyimpan sebuah mitos sebagai kota emas yang hilang di ujung dunia, dan menjadi incaran para pemburu dan penjelajah Eropa.