Momen mengharukan sekaligus membahagiakan terjadi ketika salah seorang atlet pencak silat bernama Hanifan Yudani Kusumah (19) berlari menuju tribun VVIP setelah memastikan medali emas dengan mengalahkan pesilat Vietnam Nguyen Thai Linh. Di tribun tersebut, Hanifan tidak hanya menyalami beberapa elit negeri yang hadir, tetapi yang mengejutkan seluruh masyarakat Indonesia ialah ketika pesilat kelahiran Bandung, 25 Oktober 1997 itu merangkul kedua kontestan Capres 2019 Joko Widodo dan Prabowo Subianto secara bersamaan.
Gemuruh para penonton yang hadir menggema melihat pemandangan tersebut. Ratusan juta pasang mata pemirsa televisi juga dibuat takjub atas inisiatif Hanifan di tengah kondisi yang akhir-akhir ini nampak kurang kondusif dari sebagian pendukung Jokowi dan Prabowo di media sosial. Apalagi jika melihat gerakan-gerakan tertentu yang aksinya beberapa kali ditolak sehingga sempat memunculkan konflik horisontal.
“Saya ingin menunjukkan bahwa antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo tidak ada apa-apa,” kata Hanifan saat diwawancarai wartawan.
Foto dan video Hanifan seketika viral di media sosial. Inisiatifnya dipuji. Dia berhasil menciptakan suasana adem dan hangat. Tentu saja pesan ini secara tidak langsung ia sampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia. Bahwa perbedaan jangan sampai menimbulkan ketegangan dan perpecahan.
Hanifan adalah putra bangsa berprestasi internasional. Tentu saja di dunia pencak silat. Tetapi pada Rabu, 29 Agustus 2018 malam, bagi rakyat Indonesia dia juga berprestasi telah menyatukan seluruh elemen anak bangsa lewat pelukan hangat yang menyatukan Jokowi dan Prabowo. Ia berada di tengah, menjadi washilahatau perantara bagi persatuan dua pemimpin tersebut.
Hal ini juga membawa pesan bahwa peran penting seluruh rakyat dibutuhkan dalam mewujudkan kondusivitas bangsa. Jangan menggadaikan gotong royong dan persaudaraan hanya karena tujuan politik lima tahunan.
Dari upaya Hanifan itu, Budayawan Sudjiwo Tedjo (2018) melihat dari sisi lain bahwa Hanifan tidak menyatukan kita. Tapi jasa besar Hanifan adalah mengingatkan kembali bahwa sejatinya kita ini satu. Usaha mengingatkan kembali dari seorang anak bangsa yang masih sangat muda tetapi berprestasi tersebut harus menjadi renungan dan tamparan kita bersama sehingga soal beda pilihan politik tidak melalaikan identitas kebangsaan yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Hal ini penting ditekankan karena tujuan politik sementara kerap menghalalkan segala cara sehingga menimbulkan perpecahan.
Dengan pertarungan ketat melawan pesilat Vietnam, Hanifan juga mengingatkan kembali slogan bahwa Indonesia adalah Land of Diversity seperti yang disampaikan Ketua Panitia Penyelenggara Asian Games (INASGOC) 2018 Erick Tohir ketika menyampaikan sambutan dalam pembukaan pada 18 Agustus 2018 lalu. Itu Hanifan lakukan di hari-hari jelang berakhirnya Asian Games 2018 sehingga pesan kebangsaan tersebut masih terus melekat di dada seluruh rakyat Indonesia.
Bagi Hanifan, memeluk Jokowi dan Prabowo secara bersamaan tidak lain ialah memeluk seluruh bangsa Indonesia jelang kontestasi Pilpres 2019. Penegasan bahwa perbedaan pilihan tidak menjadi persoalan, tetapi kehangatan di tengah perbedaan itu yang harus terus diwujudkan.
Di titik ini, meminjam istilah Wewey Wita atlet pencak silat putri yang juga meraih medali emas Asian Games 2018, pencak silat mencintai siapa pun bagi yang memeluknya.
Pernyataan penuh makna (meaningfull) dari Wewey Wita jika diintegrasikan dengan lontaran Hanifan bahwa silat merupakan kata penggalan dari silaturahim yang artinya menyambung tali kasih yang tadinya sempat terputus dan belum tersambung kembali. Momen kehadiran para tokoh bangsa dimanfaatkan dengan baik oleh para atlet pencak silat. Bahkan secara umum, perjuangan semua atlet Indonesia mampu menyatukan seluruh indera rakyat Indonesia untuk mendukung dan mendoakan perjuangan para atlet dalam upaya mengharumkan nama baik bangsa.
Para atlet Indonesia juga memberikan pelajaran serius bagi generasi bangsa bahwa kemajuan negara harus diwujudkan dengan karya dan prestasi, bukan dengan bersilat lidah atau nyinyir tak terukur.
Usai merebut medali emas, pesilat Hanifan Yudani Kusumah berlari keliling lalu naik ke tempat saya duduk bersama Ketua IPSI, Bapak Prabowo Subianto. Kami bertiga berpelukan dalam selubung merah putih.
Selamat kepada para atlet, pelatih dan pengurus pencak silat Indonesia. pic.twitter.com/rqYfHCPW3W
— Joko Widodo (@jokowi) August 29, 2018
Apalagi hanya dengan omong kosong belaka tanpa melakukan apa-apa. Sebab itu, jika tidak bisa menciptakan kondisi yang baik, maka tidak seharusnya menambah keburukan dengan ujaran-ujaran atau laku-laku yang tidak produktif, jauh dari karya dan prestasi.
Alakullihal, upaya dan inisiatif Hanifan mengajak Jokowi dan Prabowo berpelukan merupakan mercusuar penting yang harus menjadi perhatian seluruh elemen bangsa setidaknya untuk tujuh bulan ke depan di mana rakyat Indonesia bakal disibukkan dengan emosi-emosi Pilpres 2019. Bahkan, kehangatan dan saling berpelukan harus terus tercipta dari siapa pun dan sampai kapan pun demi Indonesia yang satu.
*selengkapnya, klik di sini