Makna Hidayah dan Macam-macamnya dalam Al-Qur’an

Makna Hidayah dan Macam-macamnya dalam Al-Qur’an

Al-Maraghi menyebutkan berbagai makna hidayah. Bahkan menurutnya, Allah sudah memberikan hidayah sebelum kita minta.

Makna Hidayah dan Macam-macamnya dalam Al-Qur’an
Islam berkembang di Tiongkok sejak zaman dahulu. pict by muslimahdiary.com

Siapa manusia yang tidak ingin mendapatkan hidayah? Hampir semua manusia yang hidup di muka bumi ini ingin mendapatkan hidayah dari Allah SWT. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah apa yang dimaksud dengan hidayah? Berikut penjelasan sederhananya: makna hidayah

Kata hidayah secara bahasa berasal dari akar kata berbahasa Arab yaitu : هداية–هدى – يهدي – هديا – هدى – هدية yang berarti petunjuk dan bimbingan. Sedangkan hidayah secara istilah adalah petunjuk yang sangat halus dan lemah lembut guna mengantarkan seseorang pada kebenaran dan kebaikan. Sederhananya, hidayah adalah petunjuk yang dapat mengantarkan seseorang pada kebaikan.

Muhammad Abduh, penulis kitab tafsir al-Manar mengartikan hidayah sebagai petunjuk halus yang menyampaikannya pada tujuan. Dalam kaitannya dengan petunjuk Allah SWT, beliau mengartikannya sebagai petunjuk Allah SWT yang disampaikan kepada makhluk-Nya. Dengan petunjuk itu mereka dapat mencapai tujuan penciptaan-Nya. Menurut beliau, hidayah itu dapat diibaratkan sebagai sebuah cahaya kilat di malam gelap gulita yang dapat menerangi jalan bagi siapapun yang berjalan.

Ibnu Katsir dalam kitabnya berjudul Tafsir al-Qur’an al-Aldzim atau lebih dikenal dengan sebutan tafsir Ibnu Katsir berpendapat bahwa hidayah yang tercantum dalam Al-Quran memiliki arti penjelasan, petunjuk, dan taufiq.

Hidayah dengan makna penjelasan mengacu kepada dua hal, yaitu menjelaskan sesuatu yang membawa kepada kebenaran dan menjelaskan sesuatu yang membawa kepada kesesatan. Mungkin, penjelasan Ibnu Katsir ini lebih diarahkan pada makna hidayah dari segi bahasa yang bersifat umum.

Lebih lanjut, Ahmad Mustafa al-Maraghi dalam kitabnya berjudul tafsir Al-Qur’an al-Karim atau yang lebih dikenal dengan sebutan tafsir al-Maraghi berpendapat bahwa hidayah yang ditujukan kepada manusia dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu al-hidayah al-ammah (hidayah yang umum) dan al-hidayah al-khashah (hidayah yang khusus). Perbedaannya, umum dan khususnya hidayah versi al-Maraghi lebih diarahkan kepada orang atau objek yang diberi hidayah itu sendiri.

Al-hidayah al-ammah (hidayah yang umum) adalah hidayah yang diberikan Allah kepada segenap manusia untuk dijadikan sebagai petunjuk dalam hidupnya. Hidayah berfungsi sebagai filter dalam menjalani hidup di muka bumi. Dalam hal ini, setidaknya terdapat empat jenis hidayah jika dikaji secara umum, berikut pembagiannya:

Pertama, hidayah al-ilhamiah (petunjuk ilham). Hidayah ini berupa insting atau pembawaan asli sejak manusia dilahirkan. Manusia sudah diberi hidayah untuk melakukan apa saja sesuai dengan naluri dan instingnya. Jika ia lapar, maka ia akan makan. Jika ia lelah, maka ia akan istirahat. Jika ia terluka, maka ia akan menangis. Begitulah seterusnya. Hidayah dalam bentuk ini tidak saja diberikan kepada manusia, karena Allah Swt juga melimpahkan hidayah seperti ini kepada semua jenis binatang.

Kedua, hidayah al-hawasiah (petunjuk panca indra). Hidayah ini berupa lima indra yang dianugerahkan oleh Allah Swt kepada umat manusia untuk memenuhi kebutuhan fisiknya. Semuanya diberikan oleh Allah SWT untuk kebutuhan hidup manusia agar bisa hidup dengan tentram dan tenang. Itulah sebabnya, manusia disebut sebagai makhluk yang sempurna. Jika dibandingkan dengan makhluk yang lain, manusia tentu lebih unggul karena ia memiliki penampakan fisik yang sangat sempurna.

Ketiga, hidayah al-‘aqliah’ (petunjuk akal). Hidayah ini digunakan sebagai petunjuk umat manusia agar dapat membedakan antara yang benar dan yang salah. Sebab, akal adalah bagian penting dalam diri manusia, yang bisa membedakan antara dia dengan makhluk Allah SWT lainnya. Kemampuan akal bisa menghantarkan manusia kepada Allah SWT. Begitu juga sebaliknya, yaitu akal dapat menjatuhkan kualitas iman seseorang kepada Allah SWT.

Keempat, hidayah ad-diniyah (petunjuk agama). Hidayah ini berupa wahyu yang diturunkan Allah SWT kepada para Rasul-Nya untuk disampaikan kepada umat manusia yang kemudian dijadikan sebagai pedoman hidup guna mencapai kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat. Wahyu itu kemudian berbentuk kitab suci yang wajib diyakini.

Sementara itu, al-hidayah al-khashah (hidayah yang khusus) adalah hidayah yang diberikan kepada orang tertentu saja, yang mengantarkannya kepada kebenaran sejati dan keselamatan dalam hidup. Hidayah yang seperti ini hanya akan diberikan kepada orang spesial saja, yaitu orang yang benar-benar layak diberi hidayah oleh Allah SWT, dan hanya Dia lah yang lebih tahu. Dalam hal ini, al-Maraghi sepertinya mengklasifikasikan hidayah dalam konteks tingkat derajat ketakwaan.

Pada akhirnya, jika dilihat dari pembagian hidayah yang dijelaskan oleh al-Maraghi maka dapat dikatakan bahwa sebenarnya manusia sudah mendapatkan hidayah umum dari Allah SWT yang berupa hidayah al-ilhamiah (petunjuk ilham), hidayah al-hawasiah (petunjuk panca indra), hidayah al-‘aqliah (petunjuk akal), dan hidayah ad-diniyah (petunjuk agama). Namun, hidayah khusus menurut al-Maraghi hanya diberikan kepada orang-orang spesial. Menurutnya, hal ini dapat dilihat sesuai dengan konteks derajat ketakwaan masing-masing manusia.

Wallahu A’lam