Makna Bulan Rajab dan Nama Lainnya dalam Literatur Keislaman

Makna Bulan Rajab dan Nama Lainnya dalam Literatur Keislaman

Makna Bulan Rajab dan Nama Lainnya dalam Literatur Keislaman

Adalah masyarakat Arab, sebelum masa kedatangan Islam, telah masyhur dengan memberikan penamaan pada tahun dan bulan berdasarkan sebuah peristiwa yang menurutnya luar biasa. Misalnya ada istilah ‘am al-fil (tahun gajah), di mana pasukan tentara gajah yang dipimpin oleh Raja Abrahah melakukan penyerangan terhadap Ka’bah, namun dibalas secara kontan oleh Allah SWT dengan mengirimkan burung Ababil dan melemparinya dengan sijjil (kerikil yang panas).

Pasca diserang, kondisi mereka luluh lantak dengan kondisi yang benar-benar di luar nalar manusia, sebagaimana digambarkan dalam Surat Al-Fiil. Itulah sebabnya, tahun terjadinya peristiwa gajah itu kemudian diberi nama sebagai ‘am al-fiil (tahun gajah).

Ketika Baginda Nabi sebelum melakukan Isra’ dan Mi’raj, Baginda Nabi SAW mengalami tahun-tahun keprihatinan dan duka yang sangat besar. Duka diakibatkan oleh wafatnya orang-orang yang dicintainya dan benar-benar setulusnya mendukung perjuangan beliau. Orang-orang tersebut adalah Pamanda Nabi, yaitu Abu Thalib, dan Istri Baginda SAW yaitu Khadijat al-Kubra. Tahun duka cita ini, kemudian diabadikan sebagai ‘Am al-Huzni.

Ada nama tahun yang disebut sebagai Tahun Zalzalah, yaitu tahun di mana pasukan muslimin kala itu mengalami ujian ekonomi, keamanan, dan krisis yang sangat berat selepas Perang Khandaq. Kondisi ini selanjutnya ditengarai sebagai kondisi zalzalah. Dan masih banyak tahun lain, yang ditengarai berdasar peristiwa.

Tidak hanya tahun, bahkan bulan dan hari pun juga sering dinamai berdasarkan peristiwa. Kita sering mendapati istilah-istilah seperti yauma khaibar, maksudnya hari terjadi Perang Khaibar. Yauma Badrin, merupakan hari terjadinya peristiwa Perang Badar, dan lain sebagainya.

Nah, khusus pada bulan  Rajab, ada 18 rekam sejarah, mengenai asal-usul dari nama ini dijadikan sebagai salah satu nama bulan pada kalender Hijriyah. Nama-nama ini merupakan berhasil direkam oleh Al-Hafidh Ibn Hajar al-Asyqalany dalam kitabnya yang berjudul Tabyin al-‘Ajab Bi Ma Wurida Fi Fadlail Rajab, halaman 21-22. Apa saja nama-nama itu? Simak penjelasannya!

Ibnu Hajar menukil dari Ibnu Dahiyah, bahwa Rajab itu merupakan kosakata mufrad (singular) dan memiliki bentuk jamak (plural), yaitu Arjab, Rajbanat, Arjibah, Arajib, Rujaby. Rajab memiliki 18 nama lain sehingga ia dimasukkan sebagai salah satu nama bulan dalam Kalender Hijriyah, antara lain:

Pertama, disebut Rajab yang berarti bulan mulia. Nama ini memiliki latar belakang bahwa bulan ini sudah dimulyakan semenjak lama oleh kaum Jahiliyah.

Kedua, al-Asham (bisu, senyap). Latar belakang penamaan ini didasarkan pada keumuman masyarakat bahwa bila datang bulan ini, maka tidak lagi ada gemerincingnya senjata. Mereka menyarungkan segala persenjataan dan tidak melakukan peperangan.

Ketiga, Al-Ashab (curahan rahmat). Ada sebagian besar anggapan dari masyarakat Arab kala itu, bahwa pada bulan Rajab ini, turun curahan dan limpahan rahmat kepada mereka.

Keempat, Rajm (tahun rajam). Latar belakang dari penamaan ini, adalah adanya keyakinan dari  masyarakat bahwa pada bulan rajab, setan-setan dibelenggu sehingga mereka terbebas dari godaan setan.

Kelima, Al-Syahr al-Haram (bulan mulia). Nama ini berasal dari Q.S. Al-Taubah [9]: 36, Allah SWT berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِندَ اللّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَات وَالأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ

“Sesungguhnya jumlah bilangan bulan di sisi Allah adalah berjumlah 12 bulan, yang ditetapkan dalam Kitab Allah di hari diciptakannya langit dan bumi. Dari ke-12 bulan itu, ada 4 bulan yang dimuliakan.” (Q.S. Al-Taubah /9: 36).

Ayat ini kemudian mendapat penafsiran dari sebuah hadits Rasulillah SAW:

إنَّ الزمانَ قد استدار كهيئتِه يومَ خلق اللهُ السّمواتِ والأرضَ، السّنةُ اثنا عشرَ شهرًا، منها أربعةٌ حُرُمٌ، ثلاثةٌ مُتوالياتٌ ذو القعدةِ، وذو الحجّةِ، والمحرّمِ، ورجبُ مضرَ الذي بين جمادى وشعبانَ

“Sesungguhnya roda zaman terus berputar sebagaimana kondisinya semenjak Allah menciptakan langit dan bumi. Satu tahun adalah 12 bulan. Sebagian di antaranya ada 4 bulan yang dimuliakan. 3 di antaranya berturut-turut, yaitu Dzu al-Qa’dah, Dzu al-Hijjah, dan Muharram. Dan Rajab Mudlar yang terdapat di antara dua bulan Jumadil (ula dan tsani) dengan Sya’ban.” (HR: Bukhari-Muslim)

Keenam, Hurum (bulan mulia), dengan alasan, sifat mulianya sudah terdapat sejak sebelum Islam datang.

Ketujuh, al-Muqim. Alasan penamaan ini adalah karena sifat mulianya bulan Rajab bersifat tsabit, dan diterima secara universal.

Kedelapan, al-Ma’la (Bulan yang Tinggi Derajatnya), disebabkan masyarakat Arab Jahiliyah sudah memuliakannya terlebih dulu.

Kesembilan, al-fard (melulu masuk pada kedirian). Nama ini merupakan salah istilah yang ditetapkan oleh syara’.

Kesepuluh, manshal al-asinnah. Nama ini dituturkan oleh Imam Bukhari dengan sumber dari Abu Raja al-‘Atharidy. Latar belakangnya adalah, ada kebiasaan dari kalangan muslim jika sudah memasuki bulan Rajab, mereka mengatakan: manshal al-asinnah.

Kesebelas, Syahr al-‘Atirah (bulan menyembelih). Latar belakang penamaan ini adalah ada kebiasaan masyarakat Jahiliyah kala itu, bila memasuki bulan Rajab, mereka melakukan penyembelihan yang dipersembahkan kepada sesembahan mereka.

Keduabelas, manza’u al-asinnah (bulan gencatan senjata). Nama ini diambil, karena pada bulan Rajab, tidak ada lagi peperangan antar suku atau qabilah Arab.

Ketigabelas, Manshalu al-Ali (bulan jawab). Istilah ini terdapat dalam sebagian syair masyarakat Arab kala itu sebagaimana diriwayatkan oleh A’sya sebagai berikut:

تداركه في منصل الآل بعد ما # مضى غير دأداء وقد يكاد يعطب

Keempat belas, al-Mabary.

Kelimabelas, al-Mu’asy’asy.

Keenambelas, Syahrullah (bulannya Allah). Tidak diketahui asal-usul dari dua istilah yang pertama. Adapun istilah yang ke-16, merupakan istilah yang lazim diketahui dan berlaku di kalangan muslimin.

Ketujuhbelas, Rajab (perang), disebabkan karena kaum muslimin diperintahkan meninggalkan peperangan dan berkonsentrasi pada ibadah.

Kedelapanbelas, rajab yang merupakan pecahan (isim musytaq) dari lafadh al-rawajib yang bermakna peperangan.

Dua istilah terakhir ini menurut Abu Dahiyah dikomentari sebagai bukan nama tambahan. Akan tetapi keduanya tetap dicantumkan mengingat sifat musytaq-nya rajab masih diperselisihkan oleh para ulama.

Itulah nama-nama lain dari bulan Rajab. Penting untuk diketahui sebagai upaya menambah wawasan khazanah keislaman kita. Alhasil, bulan Rajab ternyata sejak dulu memang sudah masuk dalam bagian bulan-bulan yang dimuliakan, baik sejak masa Pra Islam, hingga dakwah Islam tersebar di seantero penjuru dunia.