Majelis Ilmu untuk Sahabat Perempuan, Bukti Rasulullah Mendukung Pendidikan untuk Perempuan

Majelis Ilmu untuk Sahabat Perempuan, Bukti Rasulullah Mendukung Pendidikan untuk Perempuan

Majelis Ilmu untuk Sahabat Perempuan, Bukti Rasulullah Mendukung Pendidikan untuk Perempuan

Seiring perkembangan zaman, kesadaran masyarakat akan pendidikan untuk perempuan semakin meningkat. Upaya menyetarakan hak pendidikan antara laki-laki dan perempuan semakin digaungkan. Meskipun demikian, bagi sebagian orang, pendidikan tinggi untuk perempuan masih menjadi hal mewah dan tabu.

Doktrin-doktrin yang beredar di masyarakat, baik berupa dalil-dalil agama, stereotip maupun budaya masyarakat setempat seringkali menjadi tembok penghalang bagi perempuan untuk berpendidikan tinggi. Tak jarang kita temukan nyinyiran seperti “Duh kamu ngapain sih sekolah tinggi-tinggi, nanti juga ujung-ujungnya kembali ke kasur, dapur dan sumur,” “Perempuan tuh jangan sekolah tinggi-tinggi, nanti laki-laki minder,” dan lain sebagainya.

Padahal jika kita telisik lebih dalam lagi, Islam justru sangat mendukung pendidikan bagi perempuan. Rasulullah SAW senantiasa mengajarkan istri-istrinya perkara agama, bahkan Rasulullah SAW juga menyediakan majelis ilmu khusus untuk para sahabat perempuan. Hal ini sebagaimana tercantum dalam beberapa kitab hadis, termasuk shahih Bukhari dan muslim.

Dari Abu Said al-Khudri RA, ia berkata : Seorang perempuan datang kepada Rasulullah SAW dan menyampaikan keluh kesahnya:

يَا رَسُولَ اللهِ، ذَهَبَ الرِّجَالُ بِحَدِيثِكَ فَاجْعَلْ لَنَا مِنْ نَفْسِكَ يَوْمًا نَأْتِيكَ فِيهِ تُعَلِّمُنَا مِمَّا عَلَّمَكَ اللهُ

“Wahai Rasulullah, para laki-laki sudah biasa datang kepadamu untuk menimba hadis (ilmu), maka berilah kami jatah hari untuk menemuimu sehingga Engkau dapat mengajarkan kami apa yang telah diajarkan Allah kepadamu”

Rasulullah SAW pun menyambut permintaan ini dengan senang hati, beliau berkata “Berkumpullah kalian pada hari ini dan ini,” maka para perempuan pun mendatangi Rasulullah SAW dan beliau mengajarkan mereka apa yang telah diajarkan Allah kepadanya.

Rasulullah SAW kemudian bersabda “Tidaklah salah seorang diantara kalian melahirkan tiga anak kecuali ketiga anak itu akan menjadi penghalang neraka baginya.” Lalu seorang perempuan bertanya “Wahai Rasulullah, bagaimana kalau hanya dua?” wanita itu mengulang pertanyaannya hingga dua kali. “Sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua, sekalipun hanya dua,” jawab Rasulullah SAW (Disarikan dari HR Bukhari no.7310).

Kisah ini menunjukkan bahwa benih-benih penyetaraan hak pendidikan sesungguhnya sudah muncul sejak masa Nabi. Para sahabat perempuan tak ingin ketinggalan menimba ilmu langsung dari Rasulullah SAW. Meskipun sejatinya mereka bisa mendapatkan ilmu tersebut dari suami, ayah, atau kerabat laki-laki mereka, namun mereka justru meminta hak yang sama dengan para sahabat laki-laki.

Tak hanya memberikan majelis khusus, tatkala berkhutbah, Rasulullah SAW senantiasa memastikan khutbahnya dapat didengar oleh para perempuan. Dalam beberapa riwayat hadis, Ibnu Abbas berkata bahwa ia menyaksikan Rasulullah SAW keluar pada hari raya Idul Fitri, kemudian beliau shalat dan berkhutbah.

Beliau mengira para perempuan tak mendengar khutbahnya (sebab saat itu jamaah banyak, sedangkan shaf perempuan berada di belakang shaf laki-laki), maka beliau bersama Bilal menemui mereka dan menasihati mereka agar memperbanyak sedekah. Mereka pun segera melepaskan anting dan cincin mereka, lalu melemparkannya ke kain Bilal.

Selain itu, Rasulullah SAW juga selalu merespon berbagai problematika yang ditanyakan perempuan kepadanya. Anas RA bercerita, seorang perempuan datang menemui Rasulullah SAW dan berkata “Wahai Rasulullah, aku mempunyai keperluan denganmu,” beliau menjawab “Wahai Ummu Fulan, duduklah di tempat mana saja yang kamu sukai hingga aku dapat menemuimu,” perempuan itu pun duduk, lalu Rasulullah SAW mendatangi tempat duduknya. Beliau tetap di situ hingga perempuan tersebut menyelesaikan keperluannya. (Hadis shahih, disarikan dari riwayat Abu Daud no 4810)

Demikianlah Rasulullah memperhatikan pendidikan bagi perempuan, beliau amat demokratis dan sangat cepat merespon keluh kesah yang dirasakan para sahabat perempuan. Oleh karena itu, partisipasi perempuan dalam bidang pendidikan sejatinya sangatlah sejalan dengan ajaran yang dituntunkan dan dipraktikkan oleh Rasulullah SAW.