Mahfud MD: Pengajian di Kantor itu Membangun Persaudaraan, Bukan Malah Takfiri

Mahfud MD: Pengajian di Kantor itu Membangun Persaudaraan, Bukan Malah Takfiri

Benarkah takfiri belakangan ini merasuki masjid-masjid kita?

Mahfud MD: Pengajian di Kantor itu Membangun Persaudaraan, Bukan Malah Takfiri
Prof. Mahfud MD.

Persebaran paham takfiri atau gemar mengkafirkan yang berbeda dari golongannya belakangan ini memang cukup meresahkan. Hal itu selaras dengan temuan Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) terkait persebaran masjid yang dianggap menyebarkan konten yang dianggap radikal. Salah satu tempat yang dianggap menyumbang persebaran takfiri adalah masjid, apalagiposisinya sebagai tempat belajar Islam dan tentu saja tempat ibadah.

Fenomena ini pun dikomentari oleh Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan HAM (Menkopolhukkam) Prof. Mahfud MD yang agaknya mulai resah terkait. Menurutnya, masjid harus jadi jembatan pesan agama yang damai, khususnya terkait masjid yang berada di lingkungan pemerintah.

“Pesan saya ke masjid, agar masjid-masjid pemerintah itu dikelola secara baik sebagai pengelola pesan agama. Apa pesan agama paling pokok? Membangun kedamaian hati, membangun kedamaian persaudaraan sesama umat manusia,” tutur Mahfud MD sebagaimana dikutip dari Antara.

Riset dari Perhimpunan Pengembangan Pesantren dan Masyarakat (P3M) bahkan menyatakan, ada 41 masjid terindikasi menyebarkan paham radikal dan intoleransi. Masjid yang di bawah pemerintah dan BUMN bahkan mendapatkan catatan merah dan jadi tempat yang paling rentan disusupi agenda radikal.

Salah satu indikator yang disebut dalam riset tersebut yang paling tampak adalah; adanya ‘gerakan’ untuk  gemar mengafirkan orang lain dan menjadikan orang lain–yang tidak sesuai dengan mazhab dan keyakinannya sebagai musuh agama.

Dan, tentu saja semua itu memakai instrumen agama seperti Ustadz, pengajaran di dalam masjid hingga ceramah-ceramah yang terkadang provokatif dan cenderung memecah belah umat islam. Belakangan kita menyebutnya sebagai buah dari politik identitas.

“Tidak boleh mengadu domba, tidak boleh bersifat takfiri, menganggap orang kalau tidak sepakat dengan dia musuh adalah kafir dan sebagainya,” tutupnya.

Tentu saja, penyebaran intoleransi, takfiri dan di level tertentu kebencian merupakan hal yang buruk dan bukan fungsi utama masjid. Masjid adalah rumah umat Islam dan sudah seharusnya menjadi tempat untuk ilmu dan tempat yang adem. Itulah konsep Rahmatan lil Alamin, di mana Islam menjadi spirit untuk peradaban bukan kemunduran dengan gemar mengafirkan atau membenci orang di luar agama kita. (DP)