Jakarta, 24 Februari 2021. Indonesia dan Jepang telah lama menjalin hubungan diplomatik dalam berbagai bidang, salah satunya melalui pertukaran budaya. Tiap tahunnya pemerintah Jepang memberi kesempatan Muslim Indonesia untuk berkunjung ke Negeri Sakura. Pesantren menjadi salah satu kelompok utama untuk mempromosikan pemahaman yang lebih baik antara komunitas Muslim Indonesia dan Jepang.
Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta bekerjasama dengan pemerintah Jepang menginisiasi program “Pesantren Leaders Visit to Japan”. Program bergulir sejak 2004 hingga kini, dengan rata-rata pemberangkatan 10 orang tiap tahunnya. Sekitar 160-an pemimpin pesantren yang terdiri dari para kiai, nyai, ustadz, dan ustadzah yang tersebar dari berbagai pesantren di seluruh Indonesia telah mengikuti program yang berdurasi, kurang lebih, selama 2 pekan ini.
Selama program berlangsung, meskipun tidak selalu sama setiap tahunnya, para pemimpin pesantren mengunjungi sejumlah situs keagamaan, budaya, sejarah, lembaga pendidikan, perusahaan, dan bangunan pemerintah di beberapa bagian di Jepang. Mereka mengalami kehidupan masyarakat Jepang dan hidup dalam komunitas non-Muslim ketika mendapatkan kesempatan home stay di rumah penduduk.
MAARIF Institute bekerjasama dengan PPIM UIN Jakarta dan UNDP melakukan evaluasi dan studi dampak terhadap para alumni program. Menurut Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd Rohim Ghazali, buku yang diluncurkan merupakan salah satu luaran dari kegiatan ini. Di mana terdapat 4 hal utama yang ingin dilihat.
“Pertama, kami ingin mengidentifikasi aktivitas kiai, nyai, ustadz, dan ustadzah alumni program pasca rihlah ke Jepang. Kedua, memeriksa dampak apa saja yang terjadi di pesantren, misalnya dalam kurikulum, metode pembelajaran, maupun aktivitas yang dikembangkan. Ketiga, menganalisis sejauhmana manfaat yang dirasakan pesantren. Dan terakhir atau keempat, mengidentifikasi tantangan yang dihadapi dan solusi yang diambil dalam menerapkan pembelajaran yang didapat di Negeri Matahari Terbit,” ungkapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif PPIM UIN Jakarta, Ismatu Ropi, mengungkapkan bahwa evaluasi dan studi dampak ini ingin melihat impact secara keseluruhan, baik yang bisa diukur maupun tidak. “Buku yang diluncurkan merupakan rekaman dari dampak-dampak yang tidak bisa diukur, yang perubahannya bersifat personal, ke dalam diri. Nanti kita juga akan mengikuti paparan dari dampak-dampak yang bisa diukur. Misalnya terkait kebersihan, metode pembelajaran, dan aktivitas yang dikembangkan,” terangnya.
Dalam acara peluncuran buku ini, MAARIF Institute juga akan memaparkan temuan-temuan dari asesmen yang dilakukan. Pemaparan hasil asesmen dan peluncuran buku akan diikuti oleh diskusi yang menghadirkan Zahroh (Ponpes Madrasah Wathoniyah Islamiyah Banyumas/Alumni Program tahun 2017) dan Ketut Imaduddin Djaman (Ponpes Bali Bina Insani/Alumni Program tahun 2007), yang akan ditanggapi oleh Debbie Affianty (Universitas Muhammadiyah Jakarta) dan Syafiq Hasyim (Universitas Islam Negeri Jakarta). Turut hadir dalam acara ini Abd Rohim Ghazali (Direktur Eksekutif MAARIF Institute), Siprianus Bate Soro (UNDP Indonesia), Waryono Abdul Ghafur (Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama RI), Mr. Tanaka Motoyasu (Ketua Bidang Politik Kedutaan Besar Jepang), dan Mr. Tamura Masami (Wakil Duta Besar Jepang). Acara berlangsung pada Rabu, 24 Februari 2021 pukul 09:00-12:00 WIB/10:00-13:00 WITA/11:00-14:00 WIT secara online melalui zoom meeting yang juga dapat diikuti di Channel Youtube MAARIF Institute.