Bagaimana mewujudkan islam yang santun, khususnya di media sosial? Mungkin cara dari Surakarta ini bisa kamu ikuti. Selasa kemarin (17/4) Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara (PKPPN) IAIN Surakarta melaunching Program Unggulan LISAN (Literasi Islam Santun dan Toleran).
LISAN (Literasi Islam Santun dan Toleran) adalah program kerjasama antara Pusat Kajian dan Pengembangan Pesantren Nusantara (PKPPN) IAIN Surakarta yang didukung oleh Wahid Foundation di bawah program Innovation Challenge Fund Tolak Ujaran Kebencian (ICF Toleran). Program ini bertujuan mengkampanyekan nilai-nilai kesantunan dan toleransi yang merujuk pada kitab-kitab klasik.
“Kampanye islam santun dilakukan melalui media sosial dan media massa. Selain itu, kegiatan ini berikhtiyar menyambungkan sumber klasik dengan generasi mellenial saat ini yang salah satunya direpresentasi dari pada santri muda,” tutur LISAN sebagaimana rilis diterima redaksi.
Acara ini langsung dibuka oleh rektor IAIN Surakarta. Ia membuka dengan sebuah publik lecture dengan tema Pesantren, Perguruan Tinggi Islam, dan Tantangan Generasi Millenial.
“Setidaknya ada tiga hal yang mencirikan masyarakat millennial yakni; speed (kecepatan), surprise (keterkejutan) dan suddent change (perubahan yang tiba-tiba). Dengan memahami dan mengenal tantangan generasi millennial, diharapkan para mahasiswa bisa cepat dalam merespon tantangan dan peluang tersebut dengan baik,” tutur beliau.
Hal senada juga dituturkan oleh Drs. K.H. Dian Nafi. Ia menjelaskan tentang tantangan generasi millennial dalam perspektif pesantren. Salah satu yang menjadi fokus kajiannya adalah proses pendidikan Islam di pesantren.
“Di pesantren, santri ditanamkan aspek spiritual melalui kepemimpinan pengasuh yang mencerahkan, mengilhamkan, menyemangatkan, dan menguatkan,” jelas beliau.
Beliau juga menegaskan bahwa proses pendidikan ditempuh dengan melalui dua hal yakni; dengan tarbiyyah ta’limiyyah (pengajaran ilmu pengetahuan) dan tarbiyyah sulukiyyah (pengajaran berupa karakter). Keduanya harus berjalan selaras agar santri menjadi pribadi berkarakter yang kokoh dan tidak mudah terbawa arus.
Hal terakhir dan salah satu yang menarik adalah kisah pengalaman dari Prof. Abdurrahman Mas’ud. menceritakan pengalamannya yang berasal dari pesantren tetapi berhasil meraih beasiswa ke Amerika Serikat. Beliau juga menceritakan tentang puterinya yang setelah lulus Madrasah mendapatkan beasiswa di Jepang. Dari kisah tersebut beliau menyampaikan pesan kepada peserta seminar bahwa prestasi tersebut diperoleh karena adanya motivasi belajar yang tinggi, dorongan dan doa dari orang tua.
“Ulama tersohor Imam al-Bukhari yang berusaha mencari hadis selama empat belas tahun sehingga memperoleh kisaran 17.000 hadis. setelah itu, hadis yang terkumpul diedit dan tersisa sekitar 7000-an dalam Shahih Bukhari,” tutur beliau.
Tentus saja hal ini dilakukan oleh Imam al-Bukhari pada waktu belum ada teknologi canggih seperti sekarang. Prof. Abdurrahman melanjutkan penjelasannya dengan mengutip Q.S al-‘Alaq 1-5.
“Alasan ayat ini diwahyukan pertama kali adalah karena peran besar pena, yang berkenaan dengan membaca dan menulis (reading and writing) dalam membentuk peradaban,” tambahnya.
Acara launching LISAN ini dihadiri oleh Dr. H. Mudofir (Rektor IAIN Surakarta), Prof. Abdurrahman Mas’ud, M.A., Ph.D. (Kepala Balitbang Kementerian Agama R.I), Drs. K.H. Dian Nafi’, M.Pd. (Pengasuh Pondok Pesantren Al-Muayyad-Surakarta) dan sekitar 500-an peserta dari 350 peserta yang ditargetkan.
Nah, menarik, bukan? Yuk sebarkan islam sejuk di sekitar kita. [DP]